Hallo Sobat Seratus

Kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil pemberian hadiah penjajah. Bukan juga anugerah yang jatuh tiba-tiba dari langit. Kemerdekaan Indonesia selain atas berkat rahmat Allah, juga merupakan hasil pengorbanan dan jasa para pahlawan.

Seperti kata Bung Karno dalam pidatonya pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1961 disebutkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Maka sudah seyogyanya kita perlu juga mengenang jasa para pahlawan-pahlawan tersebut.

Tentu langkah pertama yang kita ambil agar kita lebih menghargai jasa pahlawan kita adalah dengan mengenalnya terlebih dahulu.

Pahlawan-pahlawan berikut mungkin sudah pernah Sobat dengar namanya, akan tetapi apakah kita benar-benar mengenal dan mengetahui sumbangsihnya untuk bangsa.

Mari kita lihat

1. Sultan Thaha Syaifuddin

Sultan Thaha Syaifuddin yang lahir di Jambi pada tahun 1816 merupakan sultan terakhir dari Kesultanan Jambi.

Semenjak beliau di angkat sebagai Pangeran Ratu pada tahun 1841, sikap permusuihannya terhadap Belanda telah ditunjukkannya. Bahkan beliau mulai membuka kerjasama dengan negara-negara lain seperti Turki, Inggris maupun Amerika guna memperoleh senjata untuk melawan Belanda.

Puncaknya ketika beliau telah di angkat menjadi Sultan Jambi pada tahun 1855, maka beliau memicu kemarahan Belanda dengan menganulir perjanjian yang pernah dibuat dengan sultan-sultan terdahulu. Salah satu perjanjian yang dianulir adalah bahwa Kesultanan Jambi tidak mengakui kekuasaan pemerintahan Nederlandsch Indie di tanah Jambi.

Tentu saja hal ini menyulut kemurkaan Belanda. Apalagi negosiasi dengan perantaraan Residen Palembang gagal. Ditambah Sultan Thaha yang menolak untuk menyerahkan dirinya kepada Belanda.

Maka meletuslah pertempuran Muara Kumpeh.  Pasukan Kesultanan Jambi tentu saja telah mempersiapkan diri. Namun demikian pasukan Belanda begitu kuat. Pasukan Sultan Thaha tidak dapat mempertahankan Keraton Kesultanan Muaro Kumpeh itu. Lalu mengundurkan diri ke Muara Trembesi.

Kekalahan Sultan Thaha pada pertempuran Muara Kumpeh tidak menyurutkan perlawanannya. Sang Sultan dengan dibantu rakyat Jambi, senantiasa melakukan perlawanan kepada pos-pos militer Belanda.

Perlawanan yang berlangsung selama puluhan tahun ini, telah membuat pusing Belanda. Karenanya Belanda mendatangkan pasukan tambahan dari Jawa dan Palembang. Akhirnya pada tanggal 26 April 1904 Belanda dapat mengakhiri perlawanan Sultan Thaha. Sultan Thaha gugur pada hari itu sekaligus berakhir juga perlawanan rakyat Jambi.

2. Nuku

Sultan Nuku adalah Sultan Tidore (Maluku) yang lahir pada 1738 dan berhasil membangkrutkan VOC pada tahun 1800.

Sultan Nuku adalah Sultan yang bercita-cita untuk membebaskan seluruh kepulauan Maluku dari penjajahan bangsa asing terutama Belanda. Kerenanya hampir selama 25 tahun Sultan Nuku melakukan peperangan demi mempertahankan tanah airnya dan membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan. 

Perlawanan Nuku dimulai ketika Belanda turut campur dalam urusan dalam negeri Kerajaan Tidore. Nuku lalu membangun kekuatan berupa armada Kora-kora dan benteng pertahanan yang berbasis di Seram Timur (Papua). Di benteng itu, Nuku juga menyebar ranjau di sepanjang pantai juga memasang Meriam tempur.

Namun demikian pada 1787, Belanda berhasil merebut Seram Timur. Maka Sultan Nuku mengalihkan basis perlawanannya ke Pulau Gorong. Di pulau inilah Belanda mulai kerepotan menghadapi Sultan Nuku. Apalagi Sultan Nuku juga menggunakan siasat devide et impera seperti yang digunakan Belanda dengan menghasut Inggris untuk melawan Belanda. Setelah Inggris berhasil mengalahkan Belanda, Nuku juga menggempur Inggris dan panen persenjataan. Tentu saja pasukan Nuku menjadi semakin kuat.

Akhirnya Nuku memperoleh kemenangan yang gilang gemilang setelah berhasil merebut kesultanan Tidore dan naik tahta pada tahun 1796. Sultan Nuku terus memerangi Belanda sampai VOC bangkrut pada tahun 1800 dan beliau menutup usia di tahun 1805.

3. Radin Intan II

Radin Intan II adalah pahlawan nasional yang lahir di Lampung pada tahun 1834.

Radin Intan II merupakan keturunan ke 8 dari Fatahillah. Karenanya darah pejuang mengalir dibadannya. Ketika Radin Intan dilahirkan, Radin Imba (ayahnya) ditangkap dan di asingkan oleh Belanda karena melakukan perlawanan. Ibunyalah yang mewariskan semangat perjuangan ayahnya.

Perjuangan Radin Intan dalam melawan Belanda didukung oleh seluruh rakyat Lampung. Untuk itu, ketika naik tahta di Keratuan Lampung, Radin Intan membangun benteng-benteng baik yang sudah ada maupun yang masih baru. 

Melihat perlawanan yang tiba-tiba muncul ini, akhirnya Belanda pada tahun 1851 mendatangkan pasukan dari Batavia. Akan tetapi Radin Intan tidak juga dapat ditaklukan.

Akhirnya Belanda mengubah taktik dengan mengadakan perundingan-perundingan. Namun perundingan ini hanyalah taktik Belanda untuk mengulur waktu menaklukan Radin Intan. Belanda melakukan politik devide et impera. Di beberapa daerah, rakyat dibuat benci kepada Radin Intan.

Tahun 1856, Belanda mengirimkan pasukan besar untuk menghancurkan benteng-benteng Radin Intan. Tentu saja hal ini mendapat perlawanan dari Radin Intan, walaupun akhirnya satu per satu bentengnya tidak dapat dipertahankan. Dan posisi Radin Intan makin tersudut.

Akhirnya pada Oktober 1856 , Radin Intan tewas karena dikhianati oleh pengikutnya yang bernama Radin Ngerapat. Radin Intan dijebak dan tewas dikeroyok oleh pengikut Radin Ngerapat dan serdadu Belanda dalam usia yang masih sangat muda 22 tahun.

Rujukan

1. Museum Keprajuritan TNI TMII