Beda siswa hebat dan tidak hebat hanyalah setipis kertas. Kamu pasti ada yang tidak percaya. Tapi biarkan dulu pernyataan itu dan tetap berada dalam rasa penasaran kamu dan mari kita lanjutkan pembahasan ini.
Kita akan mulai dengan sebuah kisah menarik dari seorang siswa. Suatu hari saat ujian seorang guru memberikan 5 soal ujian di selembar kertas. Lalu beliau menuliskan sebuah soal lagi di papan tulis dan berkata, “ Kalau kalian bisa mengerjakan 5 soal di kertas yang saya bagikan, maka kalian akan mendapatkan nilai sempurna. Soal yang ada di papan tulis ini adalah soal bonus. Siapa yang bisa mengerjakan dengan benar akan mendapatkan nilai 100, tidak peduli apakah soal yang di kertas dikerjakan atau tidak. Dan perlu saya sampaikan, soal bonus ini adalah soal yang sangat sulit, karena tidak pernah ada yang bisa mengerjakannya sejak 5 angkatan sebelum kalian bahkan yang terpandai sekalipun.â€
Selang 5-10 menit kemudian masuklah seorang siswa ke kelas tersebut yang ternyata dia terlambat. Guru memberikan ijin masuk karena dengan alasan yang dapat diterima dan memberikan kertas ujian, lalu siswa tersebut langsung mengerjakan soal-soal itu tanpa menghiraukan sekitarnya karena sudah ketinggalan waktu.
Ketika waktu sudah habis, guru mengatakan soal yang di papan tulis dijadikan PR dan akan sangat mempengaruhi nilai ujian. Kalau ada yang bisa mengerjakan dengan benar, maka siswa itu akan langsung mendapatkan nilai 100.
Siswa yang datang terlambat berpikir, “Waah, ini kesempatan bagus karena aku tidak yakin dengan jawaban atas 5 soal tadi.†Karena datang terlambat, dia tak mendengar apa yang sudah disampaikan oleh sang guru mengenai soal yang sangat sulit dan belum ada yang bisa mengerjakannya sejak 5 angkatan sebelumnya.
Siswa ini adalah bukan siswa yang hebat dan terpandai dan nilainya sedang-sedang saja. Sepulangnya dari sekolah, dia langsung mengerjakan soal itu, dan ternyata tidak semudah yang dia pikirkan. Sampai beberapa hari dia terus mengotak-atik soal itu sekalipun mentok terus. Begitu juga teman-temannya. Beberapa siswa yang brilian pun belum ada yang bisa menjawabnya dengan benar.
Nah, bedanya adalah para siswa yang pintar itu dan teman-temannya sudah mendengar dari sang guru bahwa soal itu memang sulit dan tidak ada yang pernah bisa menjawabnya sejak 5 angkatan sebelum mereka. Maka setelah mentok beberapa kali, akhirnya mereka menyerah dan memilih percaya bahwa soal itu memang sulit dan wajar jika tidak bisa menjawabnya.
Sedangkan rasa frustasi itu tidak dialami siwa yang terlambat itu, karena dia tidak mendengar pernyataan guru tentang sulitnya soal itu. Maka yang ada dalam pikirannya setelah beberapa kali mentok adalah : Mungkin teman-temanku yang pintar dan brilian sudah selesai. Jadi aku harus berpikir lebih keras dan mencari lebih banyak referensi. Tak ada niatan dia untuk mencontek jawaban temannya yang pintar. Dia terus berusaha mengerjakan soal itu tanpa menyerah. Karena terpacu mendapatkan nilai 100, dia terus mencoba dan mencoba lagi. Dan pada hari terakhir pengumpulan PR itu, semalaman dia berusaha habis-habisan sampai selesai. Keesokan harinya dia bergegas pergi ke sekolah untuk mengumpulkannya kepada sang guru.
Ternyata hasilnya, dialah satu-satunya yang mengumpulkan PR itu dan yang lebih hebat lagi jawaban siswa itu benar. Dihadapan para siswa, sang guru berkata, “ Sudah 5 angkatan tidak ada yang bisa mengerjakan soal ini dan baru kali ini ada siswa yang bisa. Sungguh luar biasa!â€
Menurut kamu apa yang membuat siswa itu bisa mengerjakan dengan benar? Dan siswa yang lebih pintar tidak bisa?
Ya, benar sekali, siswa itu bisa karena tidak tahu bahwa itu adalah soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kakak kelasnya sampai 5 angkatan . Dia menganggap soal itu pasti bisa dikerjakan dan mungkin teman-temannya yang pintar pasti sudah selesai. Sedangkan teman-temannya termasuk yang pintar menyerah karena setelah beberapa kali mentok mereka makin yakin bahwa soal itu memang sangat sulit sampai-sampai 5 angkatan tidak ada yang bisa mengerjakannya dengan benar. Dan akhirnya mereka berhenti mengerjakan soal itu.
Perbedaan yang ada hanya tentang persepsi atau cara pandang bahwa soal itu pasti bisa dikerjakan atau pasti susah dan tidak bisa dikerjakan.
Ketika ada sebuah soal yang susah, reaksi tiap siswa berbeda dan itu sangat mempengaruhi dia untuk bisa atau tidak bisa mengerjakannya. Hanya itu!
Baik siswa pintar maupun yang biasa-biasa saja begitu ketemu soal susah reaksi awalnya mungkin sama, yaitu “wah susah ini.†Namun siswa hebat akan mengatakan selanjutnya “akan saya usahakan†dan berpikir pasti bisa mengerjakannya. Namun siswa yang biasa-biasa saja akan berkata “Aku menunggu jawaban dari yang pintar aja deh.†Keinginan untuk berusaha mengerjakan sendiri menjadi kecil dan menyerah kalau dia mentok satu atau dua kali atau bahkan belum mulai sama sekali.
Siswa yang hebat berpikir kalau bukan dia siapa lagi yang akan bisa, “saya harus berusaha dan harus bisa, biar gak malu-maluin.â€
Itulah yang membedakan siswa hebat dan tidak. Hanya itu! Oleh karena itu, ketika ada soal, pr, atau latihan soal, mulailah mencobanya sampai mentok, lalu minta clue (petunjuk) sedikit dan coba lagi. Otakmu akan terbiasa dan akan membuat kamu menjadi siswa hebat. Kalau kamu tidak mencoba, dan mencobanya berkali-kali, maka kamu tidak akan percaya.
Jadi beda siswa hebat dan tidak adalah pada reaksi/respons awalnya terhadap materi (soal) yang berat dan keputusan setelah reaksi awal itu.
Diadaptasi dari :
Buku Mindset Siswa Sukses by Hindra Gunawan (Founder Sinotif).
Komentar berhasil disembunyikan.