Halo Sobat100, It's science time. Apa kabar semua? Semangat menyongsong semester baru bagi seluruh siswa di penjuru Indonesia. Kali ini tim100 mengulas fenomena sangat langka di langit yang akan terjadi pada akhir Bulan Januari 2018. Berikut artikelnya bersumber dari halaman Science Nature yang diunggah oleh Hashem al-Ghaili.
Pada 31 Januari 2018, kita akan menjadi saksi sebuah fenomena langit sangat langka. "Bulan Super Biru dan Darah" Kejadian ini mengkombinasi 3 fenomena langit pada waktu yang bersamaan. Bulan Biru, Bulan Super dan Gerhana Bulan Total.
Kejadian ini terjadi lagi setelah pertama kali terjadi 150 tahun yang lalu. Kita akan menjadi saksi terjadinya bulan super masif. Yang mana bulan akan terlihat 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari pada biasanya.
Bulan super terjadi apabila bulan berada pada titik terdekatnya (perigee, yaitu sekitar 356 400 km) terhadap bumi. Hal ini karena lintasan orbit bulan adalah berbentuk elips bukan lingkaran.
Bagian kedua dari kejadian langka ini adalah bulan Biru. Disebut bulan biru karena fase ini adalah bulan purnama kedua pada bulan Januari ini. Kata biru sebenarnya tidak berkaitan dengan warna asli bulan.
Penampakan Bulan berwarna biru yang pernah terjadi di Swedia dan Kanada pada tahun 1950 dan 1951 akibat adanya peristiwa kebakaran hutan[1]. Pernah juga terjadi pada tahun 1883 saat terjadinya letusan Gunung Krakatau, yang mana bulan terlihat berwarna biru selama hampir 2 tahun. Akibat letusan gunung berapi juga pernah terjadi pada tahun 1983 karena Gunung El Chichon di Meksiko juga pada 1980 saat Gunung St. Helens meletus serta tahun 1991 karena Gunung Pinatubo[2].
Bulan biru pada 31 Januari 2018 nanti akan bertepatan dengan Gerhana Bulan Total. Gerhana Bulan Total juga disebut Bulan Darah. Fenomena ini terjadi apabila Bumi terletak di antara Matahari dan Bulan. Menyebabkan berkas cahaya matahari lewat melalui atmosfer bumi. Atmosfer bumi kebanyakan memfilter warna cahaya biru. Sehingga menyisakan cahaya berwarna jingga dan merah.
DALAM SUDUT PANDANG ISLAM
Allah telah Menerangkannya dalam Al - Qur'an kurang lebih 14 abad yang lalu. Tepatnya pada Surat ke 84 Al-'InshiqÄq (Terbelah)
ayat 16 - " Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,
17 - dan dengan malam dan apa yang diselubunginya,
18 - dan dengan bulan apabila jadi purnama,"
Subhanallah
Maha Benar Allah atas segala Firman - Firman Nya
Bagaimana hadits menjelaskan fenomena tersebut? Dirangkum dari berbagai sumber, fenomena gerhana bulan ditemukan dalam hadits Al Bukhari dan Muslim berikut ini.
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah salah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang maupun lahirnya seseorang. Akan tetapi, dengan gerhana itu, Allah menginginkan hamba-hamba-Nya bertakwa."
Hadits itu menjadi pertanda bahwa gerhana bulan telah terjadi selama ribuan tahun lalu. Bahkan hadits tersebut ada berdasarkan pada kisah kematian anak Nabi Muhammad SAW bernama Ibrahim. Kematian Ibrahim diiringi dengan peristiwa gerhana matahari dan para sahabat mengira bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh kematian Ibrahim. Oleh karena itu, Rasulullah pun bersabda melalui hadits tersebut[3].
KAPAN KEJADIANNYA ?
Tiga even ini akan bertepatan pada 31 Januari dalam pengamatan langit yang sangat menakjubkan. Waktu kejadian akan bervariasi bergantung di mana lokasi dan zona waktu kota Sobat100 berada (tinggal). Dan di mana saja asalkan Sobat100 berada di belahan Bumi sebelah timur.
Untuk Sobat100 yang berada di Kota Jakarta bisa cek di situs timeanddate.com. Sobat100 kalau bisa meluangkan waktu dari waktu senja sekitar 18.00 WIB hingga puncak purnama pada pukul 20.26 WIB pada tanggal 31 Januari 2018 tersebut.
Kejadian terakhir berlangsungnya 3 even secara bersamaan ini adalah lebih dari 150 tahun yang lalu. Sejarah mencatat, Kejadian terakhir Gerhana Bulan Total dan Bulan Biru berlangsung pada tahun 1866.
Bulan Darah akan terjadi lagi pada 19 Januari 2019. Kejadian ini juga disebut Bulan Super tapi tidak terjadi Bulan Biru. Kejadian tahun 2019 ini dapat terlihat pada seluruh daerah di Amerika Serikat.
Berbeda dengan Gerhana Matahari, fenomena langit sangat langka. "Bulan Super Biru dan Darah" sangat aman untuk dilihat dengan mata secara langsung. Sobat100 bisa juga menggunakan teropong jika perlu dan menyimpannya dalam bingkai kenangan. Jika Sobat100 memiliki kamera DSLR (mirrorless) gunakan kemahiranmu dalam fotografi untuk mengambil momen - momen yang tak kan terulang dalam waktu dekat ini.
PASANG SURUT AKIBAT GRAVITASI BULAN
Pasang surut air laut terjadi akibat gaya gravitasi matahari dan bulan pada air laut. Air laut adalah zat cair yang mudah berubah bentuk akibat dikenai gaya. Karena gaya gravitasi matahari atau bulan pada tempat yang berbeda di laut berbeda besarnya maka bentuk permukaan laut bisa berbeda akibat dikenai gaya tersebut. Ini mengakibatkan ada permukaan laut yang naik (pasang) dan ada permukaan laut yang turun (surut). Karena bumi berotasi maka dalam satu hari suatu tempat minimal mengalami dua kali pasang dan dua kali surut.
Kuat medan gravitasi matahari di bumi lebih besar daripada kuat medan gravitasi yang dihasilkan oleh oleh bulan. Kalian bisa membuktikannya menggunakan hukum gravitasi Newton. Tetapi, pasang surut yang disebabkan oleh gravitasi bulan lebih besar daripada yang disebabkan oleh gaya gravitasi matahari. Mengapa demikian?
Ternyata besarnya pasang surut tidak ditentukan oleh kuat medan gravitasi, tetapi ditentukan oleh perbedaan besar kuat medan gravitasi pada berbagai titik di laut. Untuk jelasnya, lihat skema pada Gambar Berikut ini.
Ilustrasi peristiwa pasang surut air laut. Atas : Bumi tidak mendapat gaya gravitasi, Bawah : bumi mendapat gaya gravitasi dari bulan atau matahari[4].
Sebagai ilustrasi kita anggap bumi ditutupi oleh laut dengan ketebalan tertentu. Tanpa adanya tarikan matahari atau bulan, ketebalan air laut di berbagai tempat di permukaan bumi sama sehingga tidak terjadi pasang atau surut. Saat terjadi pasang-surut, bagian permukaan laut yag menghadap atau membelakangi matahari atau bulan meninggi sedangkan bagian permukaan laut di sisi samping menurun.
Kuat lemah pasang surut ditentukan oleh perbedaan kuat gaya gravitasi pada permukaan laut yang menghadap matahari atau bulan dengan permukaan laut yang berada di sisi samping. Makin kuat tarikan pada sisi yang menghadap matahari/bulan dan makin lemah tarikan pada sisi samping maka makin besar pasang surut yang dihasilkan.
Berdasarkan Gambar di atas, kekuatan pasang – surut ditentukan oleh selisih kuat medan gravitasi pada titik A dan titik B. Untuk menentukan beda kuat medan tersebut mari kita misalkan massa matahari Mm, massa bumi Mbm, massa bulan Mbl, jarak bumi-matahari rbm-m, jarak bumi-bulan rbm-bl, dan jari – jari bumi Rb.
Dengan perhitungan yang cukup panjang, dapat dibuktikan bahwa perbedaan kuat medan gravitasi matahari di permukaan bumi yang menghadap matahari (titik A) dan yang berada di sisi samping (titik B) adalah
\(\Delta \text{g}_m=\text{g}_{mA }-\text{g}_{mB}\\ \Delta \text{g}_m=2G\ M_m \frac{R_b}{r_{bm-m} ^3}\)
Perbedaan kuat medan gravitasi bulan di permukaan bumi yang menghadap bulan (titik A) dan yang berada di sisi samping (titik B) adalah
\(\Delta \text{g}_{bl}=2G\ M_{bl} \frac{R_b}{r_{bm-bl} ^3}\)
Perbandingan selisih kuat medan gravitasi bulan dan matahari pada bumi adalah
\(\frac{\Delta \text{g}_{bl}}{\Delta \text{g}_{m}}=\frac{2G\ M_{bl} \frac{R_b}{r_{bm-bl} ^3}}{2G\ M_m \frac{R_b}{r_{bm-m} ^3}}\\ \frac{\Delta \text{g}_{bl}}{\Delta \text{g}_{m}}=\frac{M_{bl}}{M_{m}}\ (\frac{r_{bm-m}}{r_{bm-bl}})^3\)
Gunakan data Mbl = 7,4 x 1022 kg, Mm = 2 x 1030 kg, rbm-bl = 3,564 x 105 km, dan rbm-mt = 1,5 x 108 km kita peroleh
\(\frac{\Delta \text{g}_{bl}}{\Delta \text{g}_{m}}=\frac{7,4\times 10^{2}}{2\times 10^{30}} \ (\frac{1,5\times 10^8}{3,564\times 10^5})^3\\ \frac{\Delta \text{g}_{bl}}{\Delta \text{g}_{m}}=2,758\)
Dengan demikian, perbandingan perbedaan tinggi pasang surut akibat pengaruh bulan dan matahari lebih dari dua (hampir tiga) banding satu. Atau pasang yang diakibatkan oleh Gerhana bulan lebih tinggi dari pada yang diakibatkan oleh matahari. Jadi saat peristiwa ini berlangsung, diharapkan kewaspadaan masyarakat di sekitar pantai karena ada kemungkinan peningkatan ketinggian air laut sekitar 25% dari pasang yang biasanya terjadi sehari - hari. Jadi apabila suatu pantai sehari - hari mengalami pasang air laut dengan ketinggian 1 m maka pada akhir bulan ini dipresiksi pasang yang terjadi bisa sampai 1,25 m (atau naik 25 cm)
So Sobat100
Don't Miss it
Salam100
DAFTAR PUSTAKA
[1] Minnaert, M: "De natuurkunde van 't vrije veld" 5th edition Thieme 1974, part I "Licht en kleur in het landschap" par.187
[2] NASA. 2004. Bulan Biru. science.nasa.gov
[3] Fauzi, Moch Prima. 2017. Subhanallah, Ini Penjelasan Hadits soal Fenomena Gerhana Bulan. techno.okezone.com .
[4] Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I, Bandung : ITB
Komentar berhasil disembunyikan.