Hallo Sobat100,

Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional

#AnakIndonesiaAnakGENIUS, sobat100 hari ini meramaikan dunia media social kalian. Dengan hashtag #AnakIndonesiaAnakGENIUS dibuat untuk mengingatkan kita semua, Tepat di tanggal 23 Juli 2018, seluruh anak-anak di Indonesia akan memperingati Hari Anak Nasional (HAN).

Hari Anak Nasional berawal dari gagasan mantan Presiden RI ke-2 (Bpk. Soeharto), yang melihat anak-anak yang merupakan sebuah aset kemajuan bangsa. Sehingga sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Presiden RI No 44 tahun 1984. Ditetapkan setiap tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional dan kegiatan Hari Anak Nasional dilaksanakan mulai dari tingkat pusat, hingga daerah. Selanjutnya untuk menunjang kegiatan tersebut, dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). KPAI sebagai insitusi independen yang bertugas melakukan pengawasan pelaksanaan upaya perlindungan anak. Dilakukan oleh institusi negara serta melakukan investigasi terhadap pelanggaran hak anak yang dilakukan negara. KPAI juga dapat memberikan saran dan masukkan secara langsung ke Presiden tentang berbagai upaya yang perlu dilakukan berkaitan dengan perlindungan anak terutama anak Indonesia.


Maju atau tidaknya sebuah bangsa, tidak bisa dilepaskan dari peran para generasi mudanya. Di mana termasuk di dalamnya ialah anak-anak, yang kelak akan tumbuh dan berkembang untuk menjadi pemimpin dan sosok-sosok penting untuk membangun sebuah negara. Maka dari itu, kehadiran dan peran dari anak-anak sebagai bagian dari elemen masyarakat juga sama pentingnya dengan peran orang-orang dewasa lainnya.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) mengharapkan anak-anak di Indonesia bisa selalu berbahagia dan tetap merasa aman. Setiap anak pasti punya hak masing-masing untuk hidup, bertumbuh kembang, berpartisipasi sesuai harkat dan martabatnya hingga memiliki hak dalam mendapatkan perlindungan.

Untuk peringatan Hari Anak Nasional 2018, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) akan menyelenggarakan peringatan HAN dengan tema yang diusung adalah anak Indonesia anak GENIUS (Gesit-Empati-Berani-Unggul-Sehat) yang mana dituturkan oleh Yohana Yembise selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Sebagai orangtua peran diperlukan untuk membentuk anak menjadi pribadi yang GENIUS sesuai dengan peringatan Hari Anak Nasional tahun ini.

“Melalui tema yang diangkat tahun ini, berharap anak Indonesia dapat menjadi anak yang sehat, bahagia dan aman. Anak juga dapat berolahraga, beraktivitas di luar ruangan, belajar sportivitas sehingga dapat terhindar dari pengaruh lingkungan yang negatif.†Papar Yohana Yembise selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.“Forum Anak Nasional (FAN) dan Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2018â€.

Untuk Ayah dan Bunda yang ingin menerapkan anak menjadi pribadi yang GENIUS, berikut penjelasannya :

1. Gesit

Terkadang usia anak-anak itu masih cenderung lelet dalam melakukan rutinitasnya sehari-hari. Namanya anak-anak jadi perlu belajar beradaptasi, beproses hingga anak mampu melakukan apa yang orangtua inginkan. Peran orangtua dalam hal ini dibutuhkan untuk menjadikan anak seorang anak yang gesit. Sebenarnya sikap gesit ini bisa orangtua perkenalkan sehari-hari dengan berbagai cara. Salah satu cara yang bisa Ayah dan Bunda coba yaitu dengan mengajarkan anak mengenal angka. Ayah dan Bunda bisa menggunakan angka jam untuk menunjukkan kapan waktu yang tepat untuk menyelesaikan rutinitasnya sendiri. Saat diperkenalkan dengan jam, anak pun akan belajar mengenai pentingnya waktu. 

Selain itu, Ayah dan Bunda bisa mengajarkan sikap gesit saat jam makan. Ada baiknya untuk menjauhkan mainan atau tayangan televisi saat jam makan karena ini justru akan mengganggu perhatian anak. Membiasakan memberikan mainan atau tayangan televisi terkadang membuat jam makan anak jadi lebih lama daripada saat dirinya fokus untuk makan saja. 

2. Empati

Empati adalah perasaan mendasar yang sangat penting dimiliki semua orang. Pengaplikasian dari bersikap empati pun berhubungan langsung dengan perasaan. Untuk itu, bersikap empati ke orang lain di sekitarnya pasti akan dibutuhkan anak dalam bersosialisasi. Orangtua nggak ada salahnya memperkenalkan ini sejak dini. 

Orangtua bisa mengajarkan anak untuk bisa memahami perasaan orang lain atau bahkan melibatkan dirinya secara langsung. Orangtua juga bisa mendiskusikan mengenali sikap kepedulian ke anak agar dirinya bisa terlibat secara aktif, tidak hanya menjadi pengamat pasif.  Dengan memperkenalkan bagaimana caranya bersikap berempati, anak akan belajar mengetahui tentang perasaan orang lain dan keberagaman hidup ini.

3. Berani

Memiliki sikap berani menjadi salah satu aspek yang perlu orangtua perhatikan juga. Berani bukan berarti harus melawan perintah orangtua atau bahkan menjadi jagoan di antara teman-teman sepermainannya. Berani di konteks ini dimaksudkan agar anak bisa belajar berani untuk bersosialisai dan tampil di depan umum. 

Untuk membentuk anak menjadi pribadi seperti ini, orangtua bisa membiarkan dirinya bereksplorasi diri lebih jauh. Apalagi anak-anak biasanya punya keingintahuan yang begitu tinggi hingga sering bereksplorasi sendiri. Saat anak sedang berusaha mengeksplorasi diri dengan berbagai hal, Ayah dan Bunda tidak perlu melarangnya. Berikan kesempatan dan biarkan anak berusaha mendapatkan jawaban atas rasa penasaran. Dari hal sederhana seperti ini, anak pelan-pelan akan terlatih dan lebih percaya diri. 

4. Unggul

Ayah dan Bunda pasti mau banget menjadikan anak pribadi yang unggul dan berprestasi, benar nggak?

Untuk membentuk pribadi anak yang unggul, Ayah dan bunda bisa menjadi pelatihnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan bentuk sederhana. Misalnya saja mengajarkan anak untuk memakaikan pakaiannya sendiri. Kegiatan yang satu ini juga bisa melatih kemandirian hingga keterampilan motorik halusnya. 

Bahkan Ayang dan bunda, bisa menerapkan sikap unggul ini ke dalam permainan. Ayah dan Bunda bisa memberikan tingkatan level yang harus diselesaikan anak ketika bermain. Ini juga bisa membuat anak gigih dalam menyelesaikan sebuah masalah, meskipun hanya dalam sebuah permainan.  Jika anak sudah cukup mahir dalam menyelesaikan permainan itu, Ayah dan bunda bisa menggantinya dengan permainan atau aktivitas lain. Tujuannya agar anak punya banyak keterampilan pada dirinya. 

5. Sehat

Masalah kesehatan anak harus diutamakan, tanpa kesehatan yang baik, anak tidak akan bisa untuk belajar gesit, simpati, berani dan punya kepribadian unggul. Dalam usaha menjaga kesehatan anak, Orang tua perlu memberikan makanan sehat anak bisa mendapatkan gizi terbaiknya. 

Jangan biasakan anak jajan sembarangan atau memberikannya makanan cepat saji. Jika diberikan terus-menerus anak justru jadi terbiasa untuk meminta makanan yang tidak punya nilai gizi. Apalagi makanan tidak sehat ini justru mengantarkan anak ke penyakit-penyakit yang bisa membahayakannya. Tidak hanya masalah kesehatan fisik saja. Perlu juga menjaga kesehatan mental anak agar tetap terjaga. Berikan suasana rumah yang menyenangkan tanpa ada tekanan apalagi kekerasan di dalamnya. 

 

Anak merupakan aset penting bagi sebuah bangsa, sehingga pendidikan dan pengasuhan yang diberikan harus mampu meningkatkan kualitas anak dimasa mendatang. Pendidikan harus dinomorsatukan, akan tetapi pola pendidikan yang diberikan harus mengarah pada potensi yang kita punyai. Artinya, bagaimana membangun nilai-nilai kerja keras, optimisme pada anak, bagaimana membangun karakter yang siap tahan banting serta berani bersaing. Selain pendidikan di bangku sekolah, pembangunan nilai-nilai luhur kepada sang anak juga sangat penting.

 

“Anak Indonesia Anak GENIUSâ€
Selamat Hari Anak Nasional. . .
 

DAFTAR PUSTAKA:

https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/fx-dimas-prasetyo/5-tips-mengajarkan-anak-menjadi-pribadi-genius-di-hari-anak-nasional/full

https://lifestyle.okezone.com/read/2018/07/16/196/1923112/sambut-hari-anak-nasional-2018-kppa-usung-tema-anak-indonesia-anak-genius

Djiwandono, S. (2005) Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, Jakarta: PT Grasindo.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, pada Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak. FK UNUD, Denpasar. 1987