Hallo sobat100,
Sobat100, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) diperingati setiap tanggal 5 November. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa nasional serta untuk menumbuhkan dan mengingatkan akan pentingnya puspa dan satwa dalam kehidupan kita.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan satwa. Dari Sabang sampai Merauke banyak sekali beraneka macam satwa dan puspa yang dilindungi dan pastinya juga dilestarikan.
Melestarikan puspa dan satwa berarti menjaga keanekaragaman hayati. Puspa dan satwa sebagai bagian dari keanekaragaman hayati merupakan modal penting bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta penjaga keseimbangan ekosistem. Indonesia menjadi salah satu negara megabiodiversity di dunia. Hal ini sangat berkaitan dengan penetapan pada tahun 2010 sebagai Tahun Internasional Biodiversity yang dideklarasikan PBB.[1]
Pengertian Cinta Puspa dan Satwa
Sobat100, apa yang dimaksud dengan Cinta Puspa dan Satwa ?
Pengertian dari Cinta Puspa dan Satwa adalah sikap hati yang cinta atau mengasihi dunia Puspa dan Satwa, yang nyata dalam pikiran, pendapat, rancangan, rencana dan tindakan manusia terhadap duniwa hewan dan tumbuhan. Puspa itu sendiri merupakan lingkungan tumbuhan dan Satwa merupakan Lingkungan Hewan.
Cinta terhadap Puspa dan Satwa itu perlu ditanam dan dikembangkan dalam diri generasi muda agar tercipta sebuah ekosistem yang baik di lingungan masyarakat sehingga ada kehidupan yang seimbang dan masa depan yang baik bagi anak cucu kita.[2]
Indonesia salah satu negara megabiodiversity
Tahun Internasional Biodiversity (Keanekaragaman Hayati) atau International Year of Biodiversity (IYB). Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mendeklasikan pada tahun 2010 sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati (International Year of Biodiversity). Tema yang diambil dalam tahun biodiversity ini adalah “Biodiversity is Life, Biodiversity is Our Lifeâ€.
Pendeklarasian tahun 2010 lalu sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati digunakan sebagai ajang kampanye global dalam menggalang kesadaran publik dunia akan pentingnya keanekaragaman hayati bagi umat manusia.
Definisi Biodiversity
Biodiversity (keanekaragaman hayati) merupakan suatu istilah pembahasan yang mencakup segala bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi.
Secara singkat definisi biodiversity merupakan keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yang meliputi keanekaragaman genetik, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati (International Year of Biodiversity) bertujuan untuk:
• Meningkatkan kesadaran publik tentang pentingannya penyelamatan biodiversity dari ancaman utama penyebab kepunahan,
• Meningkatkan kesadaran akan penyelesaian penyelamatan biodiversity,
• Mendorong individu, organisasi, dan instansi pemerintah agar segera mengambil langkah tindakan yang dibutuhkan untuk mengatasi kehilangan biodiversity,
• Mempromosikan inovatif solusi untuk mengurangi berbagai ancaman keanekaragaman hayati
Deklarasi Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) ini penting bagi Indonesia mengingat Indonesia merupakan salah satu negra dengan tingkat biodiversity tertinggi di dunia.
Beberapa fakta tentang biodiversity (keanekaragmana hayati) Indonesia, antara lain:
• Terumbu karang Indonesia mempunyai keanekaragaman yang tinggi dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 590 jenis karang batu, 2500 spesies ikan, 2500 jenis Moluska, dan 1500 spesies udang-udangan.
• Biodiversity anggrek di Indonesia tertinggi di dunia dimana terdapat sekitar 5.000 jenis anggrek, seperti anggrek hitam, anggrek bulan, anggrek hartinah dan lainnya.
• Biodiversity burung yang mencapai 17 % jumlam jenis burung di dunia.
• Negara maritim terluas, garis pantai terpanjang kedua, hutan tropis terluas ketiga, jumlah spesies hiu terbanyak dan lain sebagainya. [2]
Puspa Nasional Indonesia
Bunga Nasional Indonesia adalah tiga jenis bunga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harapan mampu mewakili karakteristik bangsa dan negara Indonesia. Bunga nasional Indonesia yang terdiri atas tiga jenis bunga tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 1993 tentang yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto.
Ketiga bunga (puspa) nasional Indonesia selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Bunga Melati Putih (Jasminum sambac), Puspa Bangsa
Klasifikasi ilmiah melati adalah sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Family: Oleaceae
Genus: Jasminum
Spesies: Jasminum sambac. Sinonim: Nyctanthes sambac
2. Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Puspa Pesona
Klasifikasi ilmiah anggrek bulan adalah sebagai berikut:
Karajan: Plantae (tanpatingkat) Monocots
Ordo: Asparagales
Family: Orchidaceae
Subsuku: Epidendroideae
Genus: Phalaenopsis
Spesies: Phalaenopsis amabilis
3. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi), Puspa Langka
Klasifikasi ilmiah padma raksasa adalah sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Family: Rafflesiaceae
Genus:Rafflesia
Spesies: Rafflesia arnoldi
Puspa Langka di Indonesia
Rafflesia Arnoldii sebagai Puspa Langka
Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi) ditetapkan menjadi puspa langka melengkapi Melati Putih (puspa bangsa) dan Anggrek Bulan (puspa pesona). Selain menjadi salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.
Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.
Tubuhan yang ditetapkan sebagai puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya. Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia.
Sejarah Penamaan Rafflesia Arnoldii
Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.[3]
Ciri-ciri Rafflesia Arnoldii
1. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai memiliki bau tidak enak sehingga dikatakan bunga bangkai
2. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai tidak memiliki batang, bunga ini hanya tumbuh langsung menjadi bunga
3. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai memiliki ukuran besar dibandingkan dengan bunga-bunga lainnya dan dapat dikatakan bunga ini merupakan bunga terbesar di dunia. Diameter bunga ini bisa mencapai kurang lebih 100 cm dan beratnya bisa mencapai 10 kg
4. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai termasuk salah satu bunga parasit
5. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai merupakan bunga pemakan daging seperti daging hewan-hewan yang menghinggap di bunga tersebut.
6. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai pada umumnya berwarna merah dengan bintik-bintik kecil berwarna putih.
7. Bunga Rafflesia atau bunga bangkai terdiri dari 5 mahkota bunga yang berukuran besar dan di tengah bunga berbentuk bulat yang mengeluarkan bau tak sedap seperti bau bangkai.[4]
Budidaya Rafflesia Arnoldii
Cara membudidayakan bunga raflesia yang tergolong langka belum ditemukan. Para ilmuwan mendorong pemerintah terus mengupayakan keselamatan habitatnya di hutan alam sehingga bunga itu tidak punah.
Secara terpisah, peneliti bunga raflesia dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sofi Mursidawati, mengatakan, upaya mencari teknik budidaya bunga raflesia masih terus diupayakan. "Kami mengembangkan salah satu spesies raflesia dari Pangandaran, Jawa Barat, tetapi belum sepenuhnya bisa dikatakan berhasil menemukan teknik budidayanya," kata Sofi. Menurut dia, ada karakter biologis yang belum sepenuhnya bisa diungkap dari berbagai spesies bunga raflesia. Begitu pula untuk mengetahui cara perkembangbiakannya. Raflesia merupakan tumbuhan parasit yang menumpang di pohon inang. Menurut Sofi, Rafflesia arnoldii di Bengkulu memiliki inang pohon liana dari genus Tetrastigma. Perambahan hutan menyebabkan pohon liana makin langka. "Liana itu pohon merambat yang sering ditebas batangnya, kemudian diambil airnya untuk diminum di tengah hutan," kata Sofi. Menurut Sofi, jaminan kelangsungan hidup berbagai pohon genus Tetrastigma menjadi prasyarat utama kelangsungan hidup berbagai spesies bunga raflesia. Saat ini LIPI terus menggalakkan konservasi berbagai jenis tumbuhan inang raflesia di Kebun Raya Bogor.[5]
Satwa Nasional Indonesia
Indonesia memiliki beragam hewan yang menjadikannya salah satu negara terkaya di dunia. Maka itu, salah satu yang dijadikan maskot bagi negara ini yaitu satwanya. Tak banyak yang tahu bertepatan dengan hari Tritura ke-27 tanggal 10 Januari 1993, telah ditetapkan tiga satwa nasional oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto.
Berikut ketiga satwa yang menjadi maskot Indonesia tersebut:
1. Komodo, satwa nasional
Satwa nasional Indonesia adalah komodo atau Varanus komodoensis. Komodo atau ora merupakan satwa darat yang sudah sangat populer di Indonesia, bahkan di mancanegara. Satwa ini hanya hidup di Indonesia, sehingga seringkali komodo diidentikkan dengan Indonesia. Bahkan, populasinya di Indonesia pun juga terbatas di Pulau Komodo saja.
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo: Autarchoglossa
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies: V. komodoensis
2. Siluk merah, satwa pesona
Arwana Asia (Scleropages formosus) atau ikan siluk merah atau arwana menjadi satwa pesona sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan pencinta ikan hias. Sebagai ikan hias, ikan siluk merah mempunyai keistimewaan karena geraknya yang indah mempesona. Selain itu sisiknya yang besar dan mengkilat merupakan daya pikat lain dari ikan hias ini.
Arwana Asia adalah spesies asli sungai-sungai di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Ada empat varietas warna yang terdapat di lokasi:
Hijau, ditemukan di Indonesia, Vietnam, Birma, Thailand, dan Malaysia
Emas dengan ekor merah, ditemukan di Indonesia
Emas, ditemukan di Malaysia
Merah, ditemukan di Indonesia
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Osteoglossidae
Genera : Osteoglossum
Phareodus
Scleropages
3. Elang Jawa, satwa langka
Elang Jawa (Spazaetus bartelsi) merupakan satwa langka yang berukuran besar. Burung elang Jawa merupakan salah satu spesies dari banyak spesies elang di Indonesia. Fauna ini pertama kali diteliti oleh ilmuwan bernama Hans Bartels. Sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia[6]
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae
Genus : Nisaetus
Spesies: N. bartelsi
Satwa Langka di Inonesia
Elang Jawa Sebagai Satwa Langka
Elang Jawa memiliki nama latin Nisaetus bartelsi merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang yang hidup endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia yaitu Garuda. Pada tahun 1992 burung Elang Jawa ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.
Persebaran dari Elang Jawa terbatas hanya di pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur (Semenanjuing Blambangan Purwo). Namun terbatas hanya di wilayah hutan primer dan didaerah perbukitan berhutan pada peralihan daratan rendah dengan pegunungan. Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, didaratan rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Tempat yang ditinggali Elang Jawa pada umumnya sukar untuk dicapai, meskipun tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia.
Total jumlah Elang Jawa hanya sekitar 137-188 pasang saja atau diperkirakan jumlah individu elang ini hanya berkisar antara 600 – 1000 ekor. Populasi Elang Jawa ini terbilang kecil, mereka bertahan menghadapi ancaman besar untuk kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi liar. Pembalakana liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupnya hutan primer di Pulau Jawa. Selain itu, jenis elang ini juga terus diburu untuk diperjualbelikan di pasar gelap sebagai binatang peliharaan.
Berdasarkan alasan tersebutlah Organisasi konversi dunia IUCN memasukan Elang Jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam punah). Demikian pula, pemerintah Indonesia menetapkan hewan ini sebagai hewan yang dilindungi undang-undang.
Sejarah Penemuan Elang Jawa
Awal keberadaan Elang Jawa sesungguhnya diketahui sejak tahun 1820, pada saat Van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung salak untuk museum Leiden di Negeri Belanda. Namun pada masa itu, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagi jenis elang brontok. Dan pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari pasir datar, sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O Finsch mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengira jenis ini sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Hingga pada tahun 1924, prof Stresemann memberi nama takson tersebut dengan epitet spesifik Bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas dan memasukkan anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis.
Burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.[7]
Ciri-ciri Elang Jawa
Elang Jawa merupakam salah satu species langka Indonesia, adapun untuk ciri-ciri burung Elang Jawa di antaranya adalah sebagai berikut :
• Burug Elang Jawa memiliki ukaran tubuh antara 60 sampai 70cm
• Burung Elang Jawa memiliki ciri jambul di atas kepalanya
• Paruh burung elang berwarna hitam
• Bulu pada kepala berwarna cokelat
• Ekor berwarna kecokelatan dengan garis gelap[8]
Upaya Pelestarian Elang Jawa
Pemerintah telah melakukan berbagai macam solusi untuk melindungi Elang Jawa dari kepunahan diantaranya yang tercantum di PP Nomor 7 Tahun 1999 mengenai penangkapan, perburuan, jual beli, dan kepemilikan atas alasan apapun terhadap Elang Jawa. Yang telah dilarang aktivitasnya bagi orang yang melakukan pelanggaran terkait PP tersebut maka tersangka dapat terjerat hukuman penjara maksimal hingga 5 tahun.
Pemerintah juga telah mengupayakan penangkaran dan suaka alam di habitat asli Elang Jawa tersebut, akan tetapi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian Elang Jawa ini masih sangat kurang.
Perburuan Elang Jawa secara besar-besaran masih terus berlanjut bahkan setidaknya ada 22 elang Jawa menghilang dari tahun ke tahun akibat dari perburuan tangan jahil manusia.[9]
Demikianlah pembahasan mengenai puspa dan satwa, semoga dapat memberikan kita pengetahuan yang lebih luas mengenai burung endemik dari Indonesia khususnya Pulau Jawa. Semoga kita semakin peduli dengan lingkungan kita dan dapat lebih bijak dalam menyikapi berbagai macam hal terkait satwa langka yang patut untuk dilindungi.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Alamendah. 2010. Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN). alamendah.org
2. Nita. 2011. Cinta Puspa danSatwa. wordpress.com
3. Nita. 2011. Bunga Raflesia / Padma Raksasa. sayangilingkungan.co.id
4. drehananm, khevan. 2018. Ciri-Ciri Bunga Rafflesia Arnoldi atau Bunga Bangkai di Indonesia. blogspot.com
5. Wahono, Tri. 2011. Cara Budidaya Raflesia Belum Ditemukan. sains.kompas.com
6. Putri Puspita. 2017. Tiga Satwa Ini Menjadi Maskot Indonesia. bobo.grid.id
7. Mas Ad. 2016. Elang Jawa Satwa Langka Nasional yang Terancam Punah. faunadanflora.com
8. Edwardp. 2016. Ciri ciri khusus burung elang jawa. brainly.co.id
9. alihamdan. 2018. Jenis Elang Jawa (Ciri-ciri, Habitat, Gambar, Wallpaper). alihamdan.id
Komentar berhasil disembunyikan.