Halo Sobat Seratus.

Siapa yang tidak kenal dengan Cak Lontong? Sarjana lulusan Institut Teknologi Surabaya ini dikenal sebagai pelawak tunggal kawakan di negeri kita. Dalam materi lawakannya, pelawak yang pernah bergabung dengan grup ludruk Tjap Toegoe Pahlawan seringkali menggunakan kekuatan kata seperti contoh-contoh berikut ini.

“Sebelum mudik, periksa kembali apakah rumah Anda sudah terkunci dan pastikan Anda sudah tidak berada di dalamnya.â€

“Jika Anda mudik menggunakan pesawat terbang atau kapal laut, usahakan jangan turun di tengah perjalanan.â€

“Malam kok bisa larut? Padahal malam gak ada yang ngaduk.â€

“Jika Anda ingin kembali ke jalan yang benar, pastikan bahwa jalan itu sudah selesai dibangun.â€

“Tanya: Alat musik apa yang ditiup?

Jawab: Alat musik berdebu.â€

Dalam logika matematika, logika yang dimainkan oleh Cak Lontong dinamakan Sesatan atau Fallacy. Sesatan logika umumnya adalah merupakan sesatan penalaran. Sejak era Yunani Kuno, perhatian terhadap sesatan logika terus berkembang. Aristoteles sendiri telah menyebutkan tiga belas tipe-tipe kesesatan logika. Sementara ahli-ahli logika masa modern dewasa ini telah mengklasifikasi lebih dari seratus jenis tipe kesesatan.

Kesesatan dalam penalaran dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Kalau sesatan tersebut disampaikan secara tidak sengaja, dimana orang yang mengemukakan sebuah penalaran tidak menyadari atau tidak melihat kesesatan penalarannya, hal ini disebut dengan paralogis. Sementara apabila sesatan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan orang lain, hal yang demikian disebut dengan sofisme.

Penalaran bisa sesat karena sifat bahasa seperti homonim (satu kata dua makna), atau homofon (satu pengucapan dua makna) maupun homograf (satu penulisan dua makna).

Selain itu juga kesesatan dapat terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulannya. Kesesatan seperti ini disebut dengan kesesatan relevansi.

Sementara kesesatan yang terjadi akibat dari pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika, disebut sebagai kesesatan formal.

Berikut dibawah ini beberapa kesesatan yang sering kita temui:

1. Argumentum ad hominem

Kesesatan ini terjadi ketika kita berusaha agar orang menerima atau menolak suatu penalaran tidak berdasarkan penalaran, akan tetapi akibat adanya kepentingan yang bermain.

Misalkan ketika kita menyuruh anak kita belajar dengan iming-iming imbalan tertentu. 

Biasanya dalam perdebatan, kesesatan ini tidak menyerang argumen lawan debat tetapi menyerang pribadinya.

2. Argumentum ad populum

Kesesatan ini biasanya ditujukan kepada rakyat, khalayak ramai, atau suatu massa tertentu. Tentu saja dalam hal ini tidak dipentingkan adanya penalaran yang sah. Yang penting dalam hal ini adalah bagaimana caranya untuk membakar emosi massa atau menggugah perasaan audiens.

Logika yang sering dipakai adalah sesuatu itu dikatakan benar apabila kebanyakan orang menganggapnya benar

Argumentum ad populum ini sering kita temui dalam kampanye politik, orasi-orasi saat demonstrasi, propaganda ataupun tukang obat keliling.

3. Argumentum auctoritatis atau argumentum ad verecundiam

Ialah kesesatan yang diterima karena orang yang mengemukakan penalaran tersebut adalah seorang yang berwibawa, dapat dipercaya atau seseorang yang memiliki otoritas tertentu.

4. Argumentum ad baculum

Kesesatan ini muncul karena penerimaan atau penolakan suatu penalaran diakibatkan karena adanya ancaman hukuman atau teror yang berupa paksaan untuk menerima atau menolak suatu gagasan karena ketakutan

5. Argumentum ad misericordiam

Kesesatan ini biasanya dimunculkan untuk menimbulkan belas kasihan agar dapat di terima gagasanya. Biasanya ini berhubungan dengan alasan-alasan agar suatu perbuatan dapat dimaafkan atau dimaklumi. Argumen ini biasanya dilakukan oleh terdakwa untuk menarik belas kasihan seorang hakim pada pengadilan agar diringankan hukumannya.

6. Kesesatan karena komposisi atau divisi.

Pada sebuah kelompok kolektif ada sifat-sifat atau ciri-ciri yang hanya mengenai individu-individu atau sebagian anggota saja dan tidak dapat diterapkan sebagai ciri umum kelompok kolektif itu. Penerapan ciri-ciri individual tersebut yang berlaku sebagai ciri umum sebuah kelompok kolektif itu dinamakan sesatan karena komposisi.

Misalkan terjadi tindakan terorisme oleh orang-orang yang beragama Islam kemudian disimpulkan bahwa Islam adalah adalah agama teror. Tentu ini adalah contoh  kesesatan karena komposisi.

Sedangkan kesesatan karena divisi adalah apabila ada sifat yang berlaku umum untuk suatu kelompok kolektif juga berlaku untuk setiap anggota kelompok tersebut disebut kesesatan karena divisi.

Misalkan sebuah film yang bagus, tidak berarti setiap pemain yang terlibat pada film tersebut bermain bagus.

7. Petition Principii  

Petition Principii adalah kesesatan yang terjadi apabila dalam penalaran yang kita susun kita menggunakan kesimpulannya sebagai premis.

Misalkan dalam Ilmu Geometri, tentu kita tidak dapat membuktikan bahwa melalui tiga titik sembarang dapat dibuat sebuah bidang dengan sebuah bidang dapat ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik yang berada di luar garis itu. Karena yang pertama (aksioma) merupakan premis dari pernyataan yang kedua (dalil).

Seringkali ditemukan kasus bahwa pernyataan A dibuktikan dengan pernyataan B, pernyataan B dibuktikan dengan pernyataan C, dan pernyataan C dibuktikan dengan pernyataan A. Penalaran yang seperti ini merupakan salah satu jenis Petition Principii yang disebut dengan Circulus Vitiosus.

Tentu seperti disebutkan di awal bahwa bentuk sesatan dalam Ilmu Logika Matematika cukup banyak jenisnya. Masih banyak bentuk sesatan-sesatan lain yang dapat disebutkan. Tentu Sobat Seratus dapat mempelajarinya lebih dalam pada jenjang selanjutnya.

Namun dengan sedikit paparan di atas, tentu Sobat Seratus dapat menentukan jenis sesatan yang digunakan Cak Lontong untuk mengocok tawa.

 

Rujukan

1. Soekadijo, R.G, Logika Dasar: Tradisional, Simbolik, dan Induktif, Gramedia Pustaka Utama 2001