Halo Sobat Seratus, pada tulisan yang lalu kita telah berkenalan dengan tujuh orang Pahlawan Nasional yang akan menghiasi uang rupiah kita.
Sekarang akan kita perkenalkan beberapa Pahlawan Nasional lain yang akan dijadikan gambar utama mata uang kita.
Mereka itu adalah:
1. Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia adalah Pahlawan Nasional yang akan menggantikan Kapitan Pattimura pada lembaran seribu rupiah. Pahlawan dari Aceh ini lahir di Pirak Aceh pada tahun 1870. Beliau merupakan seorang wanita Aceh yang pemberani. Hal ini dikarenakan Cut Meutia adalah sedikit dari deretan wanita yang dikenal terjun ke medan perang.
Awalnya pada tahun 1901, Cut Meutia terjun pada Perang Aceh bersama suaminya Teuku Cik Muhammad atau yang dikenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Bersama dengan suaminya, mereka melakukan perlawanan perang gerilya melawan Belanda ke dalam hutan di Krueng Pasai. Mereka melakukan penyerangan terhadap rombongan-rombongan patroli Belanda. Tentu hal ini sangat merugikan Belanda.
Penangkapan dan hukuman mati yang dijatuhkan oleh Belanda terhadap Teuku Cik Tunong pada tahun 1905, tidak menyurutkan perlawanan Cut Meutia. Setelah melaksanakan wasiat suaminya untuk menikahi Pang Nanggroe, Cut Meutia kemudian bergabung dengan Laskar Teuku Muda Gantoe.
Bahkan perlawanan ini tetap diteruskan setelah Pang Nanggroe syahid pada 25 September 1910. Cut Meutia melanjutkan perlawanan melawan Belanda. Dengan sisa-sisa pasukannya, Cut Meutia menuju Gayo sambil menyabotase pos-pos Belanda. Sayang perlawanan ini hanya berumur sebulan setelah pada tanggal 24 Oktober 1910, Cut Meutia juga turut syahid di Alue Kurieng.
Cut Meutia di angkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres 106 tahun 1964.
2. I Gusti Ketut Pudja
I Gusti Ketut Pudja adalah Pahlawan Nasional yang akan menghiasi uang logam seribu rupiah. Pahlawan Nasional dari Bali ini lahir satu hari sebelum berdirinya Budi Utomo. Beliau juga termasuk salah seorang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebagai wakil dari daerah Sunda Kecil. Daerah Sunda Kecil adalah daerah yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara.
Kemudian setelah kemerdekaan, beliau diangkat sebagai Gubernur Sunda Kecil.
Tentu tugasnya tidak ringan. Bersama Ketua Komite Nasional Indonesia Sunda Kecil Ida Bagus Manuaba, beliau berkeliling pulau Bali dan Nusa Tenggara untuk menjelaskan tentang kemerdekaan Indonesia.
I Gusti Ketut Pudja wafat di RSCM pada tanggal 4 Mei 1977. Beliau di angkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden SBY tahun 2011.
3. TB Simatupang
Tahi Bonar Simatupang adalah nama Pahlawan Nasional yang akan menghiasi koin lima ratus rupiah. Pahlawan Nasional yang lahir di Sidikalang Sumatra Utara pada tanggal 28 Januari 1920 ini merupakan salah satu tokoh penting dalam Perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pasca Proklamasi, beliau bergabung dengan TKR dan ikut bergerilya bersama Jenderal Soedirman. Selain itu, sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang, beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar.
TB Simatupang mengakhiri karirnya di Militer ketika berpangkat Letnan Jenderal pada tahun 1960. Setelah itu, beliau mengabdikan dirinya kepada Gereja. Dalam perjalanan pelayanannya itu beliau sempat menjabat sebagia Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Ketua Majelis Petimbangan PGI dan lain lain.
TB Simatupang juga terjun ke dalam bidang pendidikan dengan mengajar di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat serta Akademi Hukum Militer. Tak hanya itu, beliau juga pernah menjabat Yayasan Universitas Kristen Indonesia dan Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen.
TB Simatupang meninggal di Jakarta pada tahun 1990.
4. Dr. Cipto Mangunkusumo.
Dr. Cipto Mangunkusumo akan menghiasi koin dua ratus rupiah. Pahlawan yang lahir di Jepara pada tahun 1889 ini merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah salah seorang dari Tiga Serangkai yang sangat kritis terhadap Belanda.
Bersama dua temannya Ki Hajar Dewantara dan Dr. Setiabudi Douwes Dekker mereka mendirikan Indische Partij yang frontal menuntut Kemerdekaan Indonesia. Karena frontalnya inilah akhirnya Indische Partij dilarang Belanda dan pendirinya ditangkap, dipenjarakan lalu dibuang ke Belanda.
Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat pergerakan Tiga Serangkai kita. Gerakan Anti Belanda dan propaganda Kemerdekaan Indonesia terus didengungkan.
Pada tahun 1914, dengan alasan kesehatan Dr. Cipto diperkenankan kembali ke tanah air. Dr. Cipto lalu bergabung dengan Insulinde, ialah partai yang merupakan re-inkarnasi dari Indische Partij. Dr. Cipto juga sempat menjadi anggota Volksraad yang dimanfaatkan untuk melontarkan kritik kepada Pemerintah Belanda.
Karena kefrontalannya terhadap Belanda, Dr. Cipto dianggap orang yang berbahaya. Karena itu berulang kali Belanda mengasingkan beliau ke bermacam-macam tempat seperti Madura, Aceh, Palembang, Jambi dan lain-lain. Dr. Cipto meninggal dalam pembuangan pada tanggal 8 Maret 1943.
5. Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
Nanti uang pecahan seratus rupiah, akan dihiasi oleh wajah Prof. Dr. Ir. Herman Johannes. Sang Profesor yang Pahlawan ini adalah juga seorang Saintis. Beliau adalah ahli Fisika dan Kimia lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang kita kenal dengan nama ITB. Beliau juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Profesor yang lahir pada tanggal 28 Mei 1912 di Rote ini, juga turut andil dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949. Terutama dalam Serangan Umum 1 Maret. Beliau ahli Fisika dan Kimia, bertugas untuk meledakkan jembatan-jembatan yang berada di Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan untuk melumpuhkan pasukan Sekutu. Atas jasanya tersebut, sang Profesor memperoleh Bintang Gerilya dari pemerintah RI pada tahun 1958.
Profesor Herman Johannes meninggal tahun 1992 dan dimakamkan di pemakaman keluarga UGM di Sawitsari Yogyakarta.
Komentar berhasil disembunyikan.