Pada tanggal 8 Mei diperingati sebagai Hari Palang Merah Internasional.
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah gerakan kemanusiaan internasional dengan sekitar 17 juta sukarelawan, anggota dan staf di seluruh dunia yang didirikan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan manusia, untuk memastikan rasa hormat bagi semua umat manusia, dan untuk mencegah dan mengurangi penderitaan manusia.
Pendiri Palang Merah
Jean Henry Dunant Adalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah pendiri dan pelopor berdirinya Palang Merah. J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828. Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama Antoinette Colladon. Tanggal 8 Mei dipilih sebagai Hari Palang Merah Internasional karena pada tanggal inilah Bapak Palang Merah, Jean Henri Dunant dilahirkan.
Nama lahir : Jean Henri Dunant
Tanggal lahir : 8 Mei 1828 Jenewa, Swiss
Meninggal : 30 Oktober 1910 (umur 82) Heiden, Swiss
Kebangsaan : Swiss, Perancis
Pekerjaan : aktivis sosial, pebisnis, penulis
Dikenal karena : Pendiri Palang Merah
Orang tua : Jean-Jacques Dunant
Antoinette Dunant-Colladon
Penghargaan : Nobel Perdamaian (1901)
Sejarah Berdirinya Palang Merah
Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.
Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan :
• Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
• Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
Pada tahun 1863, Gustave Moynier, seorang pengacara di Jenewa dan presiden dari Masyarakat Jenewa untuk Kesejahteraan Publik, menerima salinan buku Dunant dan memperkenalkannya untuk diskusi pada pertemuan masyarakat itu. Sebagai hasil dari diskusi awal ini, masyarakat membentuk komisi investigasi untuk memeriksa kelayakan saran Dunant dan akhirnya menyelenggarakan konferensi internasional tentang kemungkinan penerapannya. Anggota komite ini, yang kemudian disebut sebagai "Komite Lima," selain dari Dunant dan Moynier adalah dokter Louis Appia , yang memiliki pengalaman signifikan bekerja sebagai ahli bedah lapangan; Teman dan kolega Appia Théodore Maunoir , dari Geneva Hygiene and Health Commission dan Guillaume-Henri Dufour, seorang jenderal Angkatan Darat Swiss yang sangat terkenal. Delapan hari kemudian, kelima pria itu memutuskan untuk mengganti nama komite menjadi "Komite Internasional untuk Bantuan bagi yang Terluka".[1]
(Komite Lima: Gustave Moynier, Guillaume-Henri Dufour, Henry Dunant, Louis Appia, Théodore Maunoir)
Pada bulan Oktober (26-29) 1863, konferensi internasional yang diselenggarakan oleh komite diadakan di Jenewa untuk mengembangkan langkah-langkah yang mungkin untuk meningkatkan layanan medis di medan perang. Konferensi ini dihadiri oleh 36 orang: delapan belas delegasi resmi dari pemerintah nasional, enam delegasi dari organisasi non-pemerintah lainnya, tujuh delegasi asing non-resmi, dan lima anggota Komite Internasional. Negara bagian dan kerajaan yang diwakili oleh delegasi resmi adalah: Kekaisaran Austria , Grand Duchy of Baden , Kerajaan Bavaria, Kekaisaran Prancis Kedua , Kerajaan Hanover , Grand Duchy of Hesse , Kerajaan Italia , Kerajaan Belanda , Kerajaan Prusia , Kerajaan Rusia , Kerajaan Saxony , Kerajaan Spanyol , Kerajaan Swedia dan Norwegia , dan Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia .
Di antara proposal yang ditulis dalam resolusi akhir konferensi, diadopsi pada 29 Oktober 1863, adalah:
1. Yayasan masyarakat pertolongan nasional untuk prajurit yang terluka;
2. Netralitas dan perlindungan bagi prajurit yang terluka;
3. Pemanfaatan pasukan sukarela untuk bantuan kemanusiaan di medan perang;
4. Organisasi konferensi tambahan untuk memberlakukan konsep-konsep ini;
5. Pengenalan simbol perlindungan khas umum untuk tenaga medis di lapangan, yaitu gelang putih bertuliskan palang merah.
Hanya satu tahun kemudian, pemerintah Swiss mengundang pemerintah semua negara Eropa, serta Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko, untuk menghadiri konferensi diplomatik resmi. Enam belas negara mengirim total dua puluh enam delegasi ke Jenewa. Pada 22 Agustus 1864, konferensi tersebut mengadopsi Konvensi Jenewa pertama "untuk Perbaikan Kondisi Orang yang Terluka dalam Bala Tentara di Lapangan". Perwakilan dari 12 negara bagian dan kerajaan menandatangani konvensi:
• Konfederasi Swiss
• Kadipaten Agung Baden
• Kerajaan Belgia
• Kerajaan Denmark
• Kekaisaran Prancis Kedua
• Kadipaten Agung Hesse
• Kerajaan Italia
• Kerajaan Belanda
• Kerajaan Portugal dan Algarves
• Kerajaan Prusia
• Kerajaan Spanyol
• Kerajaan Württemberg
Pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah. Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.[1]
(Dokumen asli Konvensi Jenewa Pertama, 1864)
Committee of the Red Cross (ICRC)
Komite Internasional Palang Merah / Committee of the Red Cross (ICRC) adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya.
ICRC adalah salah satu dari tiga komponen, sekaligus cikal bakal, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Selain ICRC, komponen Gerakan antara lain Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) dan 186 Perhimpunan Nasional. Perhimpunan Nasional di Indonesia bernama Palang Merah Indonesia (PMI). ICRC adalah organisasi tertua dan dihormati dalam Gerakan, dan merupakan salah satu organisasi yang paling banyak diakui di seluruh dunia. Salah satu contoh pengakuan dunia, ICRC telah tiga kali menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1917, 1944, dan 1963.
A. Misi dan Mandat
Pernyataan misi resmi ICRC berbunyi: Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan mandiri, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lain dan memberi mereka bantuan. ICRC mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan dan berupaya mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.[2]
Tugas utama ICRC bersumber pada Konvensi Jenewa dan Statuta Gerakan, di mana dikatakan bahwa tugas ICRC antara lain:
1. Memantau kepatuhan para pihak yang bertikai kepada Konvensi Jenewa
2. Mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan perang
3. Mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang (Prisoners of War – POW) dan melakukan intervensi yang bersifat konfidensial dengan pihak berwenang yang melakukan penahanan.
4. Membantu pencarian orang hilang dalam konflik bersenjata (layanan pencarian)
5. Mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil
6. Bertindak sebagai perantara netral antara para pihak yang berperang
B. Kegiatan ICRC
Kegiatan terbagi dalam empat kategori, yakni :
1. Perlindungan (protection)
Perlindungan ICRC berusaha untuk melindungi manusia dalam situasi konflik atau kekerasan bersenjata, dan untuk dapat melakukan hal ini, ICRC harus terus berada di dekat para korban dan menjalin dialog secara konfidensial dengan pihak-pihak yang terlibat, baik Negara maupun non-Negara. Kegiatan perlindungan mencakup kunjungan ke tempat-tempat penahanan dan pemulihan kembali hubungan keluarga.
2. Bantuan (assistance)
Bantuan Krisis kemanusiaan sering kali terjadi secara bersamaan dengan, atau menjadi penyebab tak langsung bagi, krisis-krisis lain seperti kelaparan, wabah penyakit, dan kekacauan ekonomi. Dalam kondisi seperti itu, ICRC memberikan bantuan yang dibutuhkan. Walaupun demikian, ICRC selalu berusaha untuk tetap terarah pada tujuan utamanya, yaitu memulihkan kemampuan orang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri atau mandiri. Bantuan bisa bermacam-macam bentuknya, seperti makanan dan/atau obat-obatan, pembangunan atau perbaikan sistem penyediaan air atau sarana medis dan pemberian pelatihan kepada staf kesehatan primer, ahli bedah, dan teknisi prostetik/ortotik.
3. Pencegahan (prevention)
Pencegahan Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi efek buruk dari konflik dan menjaga agar efek-efek semacam itu sekecil mungkin. Semangat yang sesungguhnya dari Hukum Humaniter Internasional ialah agar penggunaan kekuatan dilakukan secara terkendali dan secara proporsional dengan tujuannya. Karena itu, ICRC berusaha untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian prinsip-prinsip kemanusiaan dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi ekses-ekses terburuk dari peperangan.
4. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama Tujuan kegiatan kerja sama ICRC adalah untuk meningkatkan kemampuan Perhimpunan-perhimpunan Nasional memenuhi tanggung jawab mereka sebagai lembaga Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam memberikan pelayanan kemanusiaan di negara masing-masing. ICRC terutama membantu dan mendukung Perhimpunan-perhimpunan Nasional dalam kegiatan mereka untuk memberikan bantuan kepada para korban konflik dan ketegangan dalam negeri (kesiapan dan tanggapan); mempromosikan Hukum Humaniter Internasional dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai Prinsip-Prinsip Dasar, cita-cita, dan kegiatan-kegiatan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional; dan memulihkan hubungan antara anggota keluarga yang tercerai berai sebagai bagian dari jaringan kerja pencarian Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia.
C. Organisasi
ICRC berkantor pusat di kota Jenewa, Swiss dan memiliki kantor-kantor di luar negeri yang disebut Delegasi di sekitar 80 negara. Setiap delegasi berada di bawah tanggung jawab seorang Kepala delegasi yang adalah perwakilan resmi ICRC di suatu negara. Dari 2.000 karyawan profesionalnya, sekitar 800 orang bekerja di kantor pusat Jenewa dan 1.200 ekspatriat bekerja di lapangan. Setengah dari pekerja lapangan bertugas sebagai delegasi (delegate) yang mengatur operasi ICRC di negara-negara berbeda sedangkah separuh lainnya adalah tenaga spesialis seperti dokter, agronomis, insinyur atau penterjemah. Di kantor delegasi, staf internasional dibantu oleh sekitar 13.000 staf nasional, sehingga jumlah total staf yang bekerja untuk ICRC sekitar 15.000 orang. Delegasi juga sering bekerja sama dengan Perhimpunan Nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah dimana delegasi berada sehingga bisa memanfaatkan relawan Palang Merah/Bulan Sabit Merah Nasional untuk membantu sebagian operasi ICRC.[3]
Struktur organisasi ICRC sulit dipahami oleh orang luar. Hal ini sebagian karena kerahasiaan organisasi, tetapi juga karena strukturnya yang berubah-ubah. Majelis (Assembly) dan Presiden (Presidency) adalah dua institusi yang telah lama ada, sedangkan Dewan Majelis (Assembly Council) dan Direktorat (Directorate) baru dibentuk pada paruh kedua abad kedua puluh. Keputusan sering kali dibuat secara kolektif, sehingga kewenangan dan hubungan kekuasaan tidak kaku. Saat ini, organ terpenting adalah Directorate dan Assembly.
1. Direktorat
Direktorat adalah badan eksekutif ICRC. Direktorat bertanggung jawab atas manajemen sehari-hari, sementara Majelis membuat kebijakan. Direktorat terdiri atas Direktur Jenderal dan lima direktur di bidang "Operasi", "Sumber Daya Manusia", "Sumber Daya Keuangan dan Logistik", "Manajemen Komunikasi dan Informasi ", dan "Hukum Internasional dan Kerjasama dalam Gerakan". Anggota Direktorat diangkat oleh Majelis untuk bekerja selama empat tahun. Direktur Jenderal memikul tanggung jawab yang hampir seperti seorang CEO dalam beberapa tahun terakhir, di mana ia sebelumnya lebih merupakan orang pertama di antara yang sederajat di Direktorat.
2. Majelis
Majelis (juga disebut Komite) mengadakan pertemuan secara teratur dan bertanggung jawab mendefinisikan tujuan, pedoman, dan strategi dan mengawasi masalah keuangan ICRC. Majelis memiliki keanggotaan maksimum 25 warga Swiss. Anggota harus fasih Bahasa Prancis, tetapi banyak yang juga berbahasa Inggris dan Jerman. Para anggota Majelis dipilih untuk jangka waktu empat tahun, dan tidak ada batasan berapa kali seorang anggota Majelis bisa dipilih. Tiga perempat suara dari semua anggota dibutuhkan untuk terpilih kembali setelah masa ketiga, yang mana ini menjadi motivasi bagi anggota untuk tetap aktif dan produktif.
Pada tahun-tahun awal, anggota ICRC adalah orang Jenewa, Protestan, putih, dan laki-laki. Wanita pertama, Renée-Marguerite Cramer, terpilih pada tahun 1918. Sejak saat itu, beberapa orang wanita telah menjabat sebagai Wakil Presiden, dan jumlah wanita setelah Perang Dingin telah mencapai sekitar 15%. Anggota non-Jenewa diterima pertama kali pada tahun 1923, dan satu orang keturunan Yahudi pernah bertugas di Majelis.
Kalau komponen-komponen lain Gerakan banyak yang multi-nasional, ICRC percaya bahwa sifatnya yang satu negara (mono-national) merupakan aset karena kewarganegaraannya adalah Swiss. Berkat netralitas permanen Swiss, pihak yang berkonflik bisa yakin bahwa tidak seorangpun dari pihak "musuh" yang akan menentukan kebijakan di Jenewa. Perang Prancis-Prusia 1870-1871 menunjukkan bahwa bahkan aktor Palang Merah (dalam hal ini Perhimpunan Nasional) dapat begitu terikat dengan nasionalisme sehingga mereka tidak dapat mempertahankan kemanusiaan yang netral.
3. Dewan Majelis
Selanjutnya, Majelis memilih Dewan Majelis (assembly council) beranggotakan lima orang yang merupakan inti aktif dari Majelis. Dewan bertemu setidaknya sepuluh kali setiap tahun dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan atas nama Majelis dalam beberapa hal. Dewan juga bertanggung jawab mengorganisir pertemuan Majelis dan memfasilitasi komunikasi antara Majelis dan Direktorat. Dewan Majelis biasanya termasuk presiden, dua wakil presiden dan dua anggota terpilih. Seorang wakil presiden dipilih untuk masa jabatan empat tahun, sedangkan yang lainnya diangkat secara permanen di mana masa jabatannya berakhir ketika yang bersangkutan pensiun dari jabatan wakil presiden atau dari ICRC. Saat ini Olivier Vodoz dan Christine Beerli adalah wakil presiden ICRC.
4. Presiden
Majelis juga memilih, untuk jangka waktu empat tahun, satu orang untuk menjadi Presiden ICRC. Presiden adalah anggota Majelis dan pemimpin ICRC, dan presiden selalu disertakan dalam Dewan Majelis sejak pembentukannya. Presiden secara otomatis menjadi anggota kelompok tersebut setelah dia diangkat, tetapi ia tidak harus selalu berasal dari dalam organisasi ICRC. Ada faksi yang kuat dalam Majelis yang ingin menjangkau ke luar organisasi untuk memilih presiden dari pemerintah Swiss atau kalangan profesional seperti perbankan atau kedokteran. Tiga presiden terakhir sebelumnya merupakan pejabat dalam pemerintahan Swiss. Pengaruh dan peran presiden tidak terdefinisikan dengan baik, dan perubahan tergantung pada waktu dan gaya pribadi masing-masing presiden. Sejak tahun 2000, presiden ICRC adalah Jakob Kellenberger, seorang penyendiri yang jarang membuat penampilan diplomatik tetapi yang terampil dalam negosiasi pribadi dan nyaman dengan dinamika Majelis. Pada bulan Februari 2007, dia diangkat oleh Majelis untuk periode empat-tahun berikutnya yang akan berakhir pada tahun 2011.
Presiden-presiden ICRC antara lain:
• 1863–1864: Henri Dufour
• 1864–1910: Gustave Moynier
• 1910–1928: Gustave Ador
• 1928–1944: Max Huber
• 1944–1948: Carl Jacob Burckhardt
• 1948–1955: Paul Ruegger
• 1955–1964: Leopold Boissier
• 1964–1969: Samuel Gonard
• 1969–1973: Marcel Naville
• 1973–1976: Eric Martin
• 1976–1987: Alexandre Hay
• 1987–1999: Cornelio Sommaruga
• 2000-2012: Jakob Kellenberger
• 2012-Sekarang: Peter Maurer
5. Staff
Setelah ICRC berkembang dan kian terlibat secara langsung dalam konflik, terjadi peningkatan jumlah staf dengan latar belakang profesional, bukan relawan, selama beberapa tahun terakhir. ICRC hanya memiliki dua belas karyawan pada tahun 1914 dan 1.900 selama Perang Dunia Kedua yang didukung 1.800 relawan. Jumlah staf yang dibayar menurun setelah Perang Dunia I dan II, tetapi mengalami peningkatan kembali dalam beberapa dasawarsa terakhir; secara rata-rata ada 500 staf lapangan tahun 1980-an dan lebih dari seribu staff pada tahun 1990-an. Dimulai tahun 1970-an, ICRC menjadi lebih sistematis dalam pelatihan untuk mengembangkan staf yang lebih profesional. ICRC menjadi karier yang menarik bagi lulusan universitas terutama di Swiss, tetapi beban kerja sebagai karyawan ICRC sukup menuntut. 15% dari staf keluar setiap tahun dan 75% karyawan bekerja kurang dari tiga tahun. Staf ICRC multi-nasional dan sekitar 50% bukan warga negara Swiss pada tahun 2004. Staf internasional ICRC dibantu dalam pekerjaan mereka oleh sekitar 13.000 karyawan nasional yang dipekerjakan di negara-negara di mana delegasi ada.
6. Pendanaan
Anggaran ICRC pada tahun 2010 mencapai 1.156 juta franc Swiss (Rp11 trilyun). Seluruh dana yang diberikan kepada ICRC bersifat sukarela dan diterima sebagai sumbangan berdasarkan dua jenis permintaan yang diajukan oleh Komite: Appeal Kantor Pusat yang bersifat tahunan untuk menutup biaya-biaya internal dan Appeal Darurat untuk misi-misi yang bersifat per kasus. Pendanaan ICRC berasal dari tiga kategori, yaitu negara, swasta dan perhimpunan nasional. Negara-negara penyumbang ICRC antara lain Swiss, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru, Negara-negara Eropa lainnya, dan Uni Eropa. Negara-negara ini menyumbang sekitar 80-85% dari anggaran ICRC. Sekitar 3% berasal dari hibah pihak swasta, dan sisanya berasal dari perhimpunan nasional.[4]
International Federation of Red Cross (IFRC)
Federasi Internasional Palang Merah / International Federation of Red Cross (IFRC) didirikan pada tahun 1919 dan hari ini mengkoordinasikan kegiatan antara 190 Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah dalam Gerakan. Di tingkat internasional, Federasi memimpin dan mengorganisir, dalam kerja sama erat dengan Perhimpunan Nasional.
A. Misi
Misi bantuan kemanusiaan yang menanggapi keadaan darurat skala besar. Sekretariat Federasi Internasional berpusat di Jenewa, Swiss. Pada tahun 1963, Federasi (saat itu dikenal sebagai Liga Masyarakat Palang Merah) dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan ICRC.
B. Tugas IFRC
Tugas-tugas IFRC dapat diringkas sebagai berikut:
1. Untuk mempromosikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan
2. Untuk memberikan bantuan bantuan dalam situasi darurat yang sangat besar, seperti bencana alam
3. Untuk mendukung masyarakat nasional dengan kesiapan bencana melalui pendidikan anggota sukarela dan penyediaan peralatan dan persediaan bantuan
4. Untuk mendukung proyek perawatan kesehatan setempat
5. Untuk mendukung masyarakat nasional dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemuda
C. Status hukum dan organisasi
IFRC memiliki kantor pusat di Jenewa. Ini juga menjalankan lima kantor zona (Afrika, Amerika, Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah-Afrika Utara), 14 kantor regional permanen dan memiliki sekitar 350 delegasi di lebih dari 60 delegasi di seluruh dunia. Dasar hukum untuk pekerjaan IFRC adalah konstitusinya. Badan eksekutif IFRC adalah sekretariat, yang dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal. Sekretariat didukung oleh lima divisi termasuk "Layanan Program", "Nilai-nilai kemanusiaan dan diplomasi kemanusiaan", "Masyarakat Nasional dan Pengembangan Pengetahuan" dan "Layanan Tata Kelola dan Manajemen".
Badan pembuat keputusan tertinggi IFRC adalah Majelis Umum, yang mengadakan setiap dua tahun dengan delegasi dari semua masyarakat nasional. Di antara tugas-tugas lain, Majelis Umum memilih sekretaris jenderal. Di sela-sela sidang Majelis Umum, Dewan Pimpinan adalah badan utama IFRC. Ia memiliki wewenang untuk membuat keputusan untuk IFRC di sejumlah bidang. Dewan Pengurus terdiri dari presiden dan wakil presiden IFRC, ketua-ketua Komisi Keuangan dan Pemuda, dan dua puluh wakil terpilih dari masyarakat nasional.
D. Masalah pendanaan dan keuangan
Bagian utama anggaran IFRC didanai oleh kontribusi dari masyarakat nasional yang menjadi anggota IFRC dan melalui pendapatan dari investasinya. Jumlah pasti kontribusi dari masing-masing masyarakat anggota ditetapkan oleh Komisi Keuangan dan disetujui oleh Majelis Umum. Pendanaan tambahan apa pun, terutama untuk pengeluaran tak terduga untuk misi bantuan pertolongan, dikumpulkan oleh "banding" yang diterbitkan oleh IFRC dan datang untuk sumbangan sukarela oleh masyarakat nasional, pemerintah, organisasi lain, perusahaan, dan individu.
Perhimpunan Palang Merah Nasional
Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional ada di hampir setiap negara di dunia. Saat ini 190 Perhimpunan Nasional diakui oleh ICRC dan diakui sebagai anggota penuh Federasi. Setiap entitas bekerja di negara asalnya sesuai dengan prinsip-prinsip hukum humaniter internasional dan ketetapan dari Gerakan internasional. Bergantung pada keadaan dan kapasitas spesifik mereka, Perhimpunan Nasional dapat mengambil tugas kemanusiaan tambahan yang tidak secara langsung ditentukan oleh hukum humaniter internasional atau mandat Gerakan internasional. Di banyak negara, mereka terkait erat dengan sistem perawatan kesehatan nasional masing-masing dengan menyediakan layanan medis darurat .
Lambang sedang digunakan
1. Palang Merah
The Red Cross emblem secara resmi disetujui di Jenewa pada tahun 1863.
Bendera Palang Merah tidak menjadi bingung dengan Salib Saint George yang ada di bendera Inggris , Barcelona , Georgia , Freiburg im Breisgau , dan beberapa tempat lainnya. Untuk menghindari kebingungan ini simbol yang dilindungi kadang-kadang disebut sebagai "Palang Merah Yunani" (sekarang Palang Merah Hellenic ); istilah itu juga digunakan dalam hukum Amerika Serikat untuk menggambarkan Palang Merah. Palang merah palang Saint George meluas ke tepi bendera, sedangkan palang merah pada bendera Palang Merah tidak. Bendera Palang Merah adalah versi pengalihan warna dari Bendera Swiss.
Pada tahun 1906, untuk mengakhiri argumen Kekaisaran Ottoman bahwa bendera tersebut berakar dari agama Kristen, diputuskan untuk mempromosikan secara resmi gagasan bahwa bendera Palang Merah telah dibentuk dengan membalikkan warna federal Swiss , meskipun tidak jelas. bukti asal ini pernah ditemukan.
2. The Red Crescent
The Red Crescent emblem pertama kali digunakan oleh para relawan ICRC selama konflik bersenjata 1876-1878 antara Kekaisaran Ottoman dan Kekaisaran Rusia. Simbol ini secara resmi diadopsi pada tahun 1929, dan sejauh ini 33 negara di dunia Muslim telah mengenalinya. Sama dengan promosi resmi simbol palang merah sebagai pembalikan warna bendera Swiss (bukan simbol agama), bulan sabit merah juga disajikan sebagai turunan dari pembalikan warna bendera Kekaisaran Ottoman.
3. The Red Crystal
Pada tanggal 8 Desember 2005, sebagai tanggapan atas meningkatnya tekanan untuk mengakomodasi Magen David Adom (MDA), layanan darurat medis, bencana, ambulans dan bank darah Israel, sebagai anggota penuh gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, sebuah lambang baru (secara resmi) yang Ketiga Protokol Emblem , tapi lebih dikenal sebagai Red Kristal ) diadopsi oleh amandemen Konvensi Jenewa dikenal sebagai Protokol III .
DAFTAR PUSTAKA :
1. Palang Merah Inodesia. 2011. Sejarah PMI. pmi.or.id
2. Dunant, Henry. 1986. A Memory of Solferino. ICRC, Geneva
3. Bennett, Angela. 2005. The Geneva Convention: The Hidden Origins of the Red Cross. Sutton Publishing, Gloucestershire
4. Favez, Jean-Claude.1999. The Red Cross and the Holocaust. Cambridge,
Komentar berhasil disembunyikan.