Banyak dari para orang tua yang memiliki anak usia pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan menengah atas (SMA) yang berpikir bahwa tingkat kecerdasan anak hanya di pengaruhi oleh gaya belajar di lingkungan rumah dan sekolah, para orang tua beranggapan bahwa semakin rajin dan tekun putra dan putrinya dalam belajar maka akan semakin cerdas daya tangkap otaknya. Bahkan tak jarang para orang tua berpikir kecerdasan putra dan putrinya tergantung dari faktor Genetika.
Padahal banyak Study dan Research salah satunya yang di lakukan oleh Ridley di tahun 1979. Ridley menyimpulkan bahwa kira – kira separuh IQ kita dapatkan melalui pewarisan, dan kurang dari 20% berasal dari asuhan keluarga. Namun ternyata pewarisan kecerdasan anak yang didapatkan dari Genetika hanya berjalan 20% saat anak masih usia balita, dan meningkat pada usia remaja menjadi 75%.
Persentase tersebut pun masih dicampurtangani oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan dan pola asuh keluarga. Faktor lingkungan memang sangat dominan, namun bisa di patahkan dengan faktor pola asuh keluarga. Faktor pola asuh keluarga tidak dominan namun sangat penting, salah satunya pola asupan makanan. Pada Research yang di lakukan Ridley, ia mengambil sampel dari anak sepasang suami – istri profesor Mekanika Kuantum dan Doktor Biologi Molekuler, lalu dibesarkan di Nusa Tenggara Timur, tempat Dimana anak – anak menderita gizi buruk. Tujuh belas tahun kemudian jelas Anak tersebut tidak menunjukan perbedaan mencolok terhadap anak lainnya yang penduduk asli.
Research tersebut akhirnya memunculkan aspek penting baru yang menunjang tingkat kecerdasan anak yaitu, Pola Asupan Makanan keluarga. Tentunya makanan yang baik bagi keluarga khususnya anak – anak adalah yang mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi sendiri ada 2 jenis, Gizi Makro dan Gizi Mikro. Gizi Makro yaitu meliputi kandungan Karbohidrat, Protein dan Lemak, sedang untuk Gizi Mikro meliputi kandungan Mineral, seperti kalsium, kalium, dan zat besi lainnya.
Lalu Zat Gizi manakah yang berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak?
Dilihat dari fungsinya Protein sangat condong dalam peran peningkatan kecerdasan.
Karena mekanisme kerja Protein yang membantu untuk Untuk menyeimbangkan cairan dalam tubuh dengan asam basa. Sehingga kestabilan pH cairan pada tubuh kita akan berjalan dengan normal dan Protein juga dapat berfungsi untuk mengangkut serta menyimpan zat yang akan berubah menjadi protein yang terdapat pada hemoglobin, sehingga dapat mengangkut oksigen pada eritrosit, dan protein yang terdapat pada mioglobin juga dapat mengangkut oksigen dalam otot (Sunita, 2009).
Lalu apa hubungannya dengan meningkatkan kecerdasan?
Kurang lebih 85% otak terdiri atas cairan, cairan tersebut membawa unsur penting yaitu “makanan†untuk otak, makanan tersebut adalah oksigen (O2). Oksigen dibawa bersama sel darah merah atau eritrosit. Maka proteinlah yang membantu menstabilkan PH cairan yang menuju otak, terbayang bukan jika asupan Protein yang diberikan untuk anak tidak mencukupi, maka PH cairan dalam tubuh anak tidak akan stabil, supply oksigen ke otak akan terhambat sehingga saraf neuron pada otak tidak saling terhubung. Maka informasi yang diterima baik secara linguistik dan motorik akan lambat tersampaikan ke otak.
Protein sendiri terbagi 2 jenis, yaitu protein nabati dan protein hewani. Dilihat dari ejaannya tentu kita tahu bahwa protein nabati berasal dari tumbuh – tumbuhan, biji – bijian dan Kacang - kacangan, sedangkan protein hewani berasal dari hewan (Rejeki, 2011).
Lalu makanan apa yang dapat membantu meningkatkan kecerdasan otak dari kedua jenis protein tersebut ?.
Banyak sekali bahan makanan yang mengandung protein tersebut, bisa dari daging merah hewan ternak, ikan atau makanan laut lainnya juga dari daging hewan unggas.
seperti study yang dilakukan oleh DR Stephen Carr Leon dalam disertasi PhD-nya . Stephen memperhatikan pola asupan makanan para ibu di Israel yang sedang mengandung janinnya . Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang. Semua bahan makanan tersebut mengandung omega 3 dan omega 6.
Omega-3 dianggap sebagai salah satu asam lemak esensial, yang berarti bahwa substansi tersebut dibutuhkan tubuh agar tetap sehat, tetapi tubuh tidak mampu memproduksinya sendiri. Mendapatkan cukup omega-3 memiliki banyak manfaat kesehatan karena memiliki efek anti peradangan dan anti penggumpalan darah dan memiliki indikasi efektif mencegah penyakit jantung dan kanker (Andang. 2008). Asam-asam lemak omega-3 juga baik bagi sistim saraf pusat dan otak. Penelitian di Inggris telah membuktikan bahwa anak-anak yang diberi asam-asam lemak esensial memperlihatkan nilai lebih tinggi pada ujian membaca. Tidak aneh jika asam lemak ini banyak digunakan dalam terapi atau orang yang mengalami hiperaktif dan gangguan mental seperti Obsesiv-Compulsive Disorder (OCD) dan depresi.
Induk dari asam lemak omega-3 adalah alpha linoleic acid (ALA) yang dapat dikonversi tubuh menjadi eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). EPA, dan DHA memiliki efek anti peradangan yang sangat baik. EPA adalah komponen penting dari seluruh sistem saraf (Das, UN 2006) .
Mereka diperlukan untuk membuat neurotransmitter serotonin ampuh, sekaligus memainkan banyak peran penting dalam tubuh. Asam lemak Omega-3 disebut esensial karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan. Asam lemak ini banyak terdapat pada salmon atau tuna. Omega-3 juga dapat diperoleh dari kacang walnut, dan sayuran berwarna hijau.
Seperti omega-3, omega-6 juga merupakan salah satu asam lemak esensial. Asam lemak jenis ini memiliki efek proinflamasi atau properadangan namun ternyata juga menyimpan unsur anti peradangan. Dalam kondisi normal, reaksi inflamasi ini perlu karena membantu tubuh memperbaiki dirinya sendiri seperti dalam kasus otot keseleo (Andang. 2008). Asam lemak Omega-6 sama pentingnya dengan asam lemak omega-3 meski jumlahnya tidak dianjurkan sebesar omega-3 (IFICF, 2009).
Berikut Tabel Sumber Asam lemak omega-6
Asam lemak omega-6 terdapat pada minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, biji-bijian, kacang-kacangan, dan serealia (USDA).
Berikut Tabel rekomendasi asupan Omega-3 dan Omega-6 untuk tubuh (Institute of Medicine, 2002).
Dengan keadaan goelogis Indonesia yang di kelilingi lautan dan pegunungan yang subur tentunya sumber pangan terbanyak seharusnya berasal dari komoditas perikanan dan pertanian, sehingga menunjang pemenuhan lemak esensial bagi anak Indonesia. Sehingga kasus gizi buruk yang terjadi di beberapa daerah terminimalisir dan peningkatan SDM (sumber daya manusia) di Indonesia semakin tinggi karena sumber pangan yang mendukung kecerdasan otak anak bangsa.
Tentu dukungan dari pemerintah juga diperlukan dimana ekspor bahan pangan tersebut diminimalisir pula, dan persedian pangan tersebut diutamakan kualits terbaiklah yang untuk persediaan konsumsi dalam negeri, bukan malah sebaliknya, yaitu kualitas terbaik yang di ekspor lebih banyak tapi kualitas menengahlah yang diperuntukan untuk konsumsi dalam negeri. Kalau pun tersedia bahan pangan tersebut dalam kualitas terbaik, tentunya hanya kalangan tertentu saja yang bisa mengkonsumsinya.
Kesimpulannya sudah jelas bahwa peningkatan kecerdasan otak, didukung dari kinerja otak itu sendiri. Dukungan tersebut berasal dari beberapa faktor, diantaranya adalah 20% didapat dari pewarisan gentika, yang akan meningkat seiring umur anak bertambah, namun kualitas pewarisan gentika kecerdasan di dukung dari beberapa faktor juga, seperti lingkungan keluarga atau lingkungan sekolah (menurut kebanyakan orang tua yang masih awam). Namun ternyata yang paling dominan adalah pola asupan makanan keluarga. Pola asupan makanan keluarga yang tergantung pada kemampuan daya beli sumber pangan berkualitas masing – masing keluarga.
Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Das, UN 2006. Essential fatty acids: biochemistry, physiology and pathology. Biotech. J. 1:420-439.
Gunawan, Andang. 2008. Asam lemak Omega-3,-6, dan -9 Apa Bedanya? Mana yang lebih Baik?. Jakarta : Narya Gunatra.
IFICF. 2009. Omega-6 Fatty Acids and Health Fact Sheet. foodinsight.org.
Institute of Medicine. 2002. Dietary Reference In takes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids.
Rejeki, Sherli Sri. 2011. Lemak. sherchemistry.wordpress.com.
USDA. National Nutrient Databank, Agricultural Research Service. ars.usda.gov
Catatan Editor
Rudi Maezar merupakan tim Sinotif Cabang Boulevard Barat. Pria yang berasal dan berdomisili di kota Jakarta ini adalah lulusan dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Komentar berhasil disembunyikan.