Halo Sobat Seratus

Pada tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Dipilihnya tanggal 25 November sebagai tanggal lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia sebagai hasil Kongress Guru Indonesia 24-25 November 1945 di Surakarta.

Pada perkembangannya, banyak tokoh-tokoh guru yang berdedikasi tingggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini adalah tokoh-tokoh pendidik yang sangat fenomenal di zamannya. Bahkan karya-karyanya melegenda hingga sekarang. Akan tetapi nama-nama belia tidak termasyur karya-karyanya. Bahkan saat sekarang cenderung terlupakan.

Berikut adalah nama-nama beliau yang nyaris terlupakan.

1. Pak Kasur

Pak Kasur bernama asli Soerjono. Lahir di Purbalingga 26 Juli 1912. Beliau adalah seorang pengajar, pendidik dan sahabat anak-anak. Selain itu juga Pak Kasur adalah seorang pengarang hampir 200 lagu anak-anak yang cukup legendaris seperti : Dua Mata Saya, Balonku, Topi Saya Bundar, Bangun Tidur, Kebunku, Satu Dua Tiga Empat, Naik Delman dan sebagainya.

Pada masa mudanya Pak Kasur adalah seorang anggota Kepanduan/Pramuka. Oleh adik-adiknya beliau sering dipanggil dengan Kak Soer. Sehingga kelamaan orang-orang memanggil Beliau sebagai Pak Kasur.

Pada kepanduan inilah Pak Kasur turut bergerilya berjuang merebut kemerdekaan. Hal inilah yang menyebabkan beliau bertemu dengan seorang pengurus PMI yang bernama Sandiah. Seoranng gadis kelahiran Jakarta, 16 Januari 1926. Sandiah ini kemudian dinikahinya pada tahun setelah kemerdekaan. Ibu Sandiah inilah yang kita kenal dengan sebutan Ibu Kasur.

Bersama-sama suami istri ini mendirikan taman kanak-kanak yang diberi nama TK Mini Pak Kasur. Beberapa lulusan TK Mini Pak Kasur antara lain adalah Ibu Megawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra dan Pelawak Ateng.

Pak Kasur meninggal pada umur 78 tahun tanggal 26 Juni 1992. Disusul Ibu Kasur 22 Oktober sepuluh tahun kemudian. Sekarang kita merindukan sosok mereka ditengah sepinya lagu-lagu yang ramah anak.

2. Abdullah Totong Mahmud.

Kalau Sobat Seratus pernah menyanyikan lagu yang berjudul Amelia atau Ambilkan Bulan, tahukah Sobat kalau yang mengarang lagu tersebut adalah Bapak AT Mahmud?

Bapak AT Mahmud lahir di Palembang 3 Februari 1930 adalah seorang pendidik yang juga mengarang ratusan lagu anak-anak diantaranya Pelangi, Anak Gembala, Libur Tlah Tiba dan Paman Datang.

Pak AT Mahmud mulai belajar musik sejak bersekolah di HIS (Hollandsch Indlandsche School). Pada masa pendudukan Jepang, Ishak Mahmudin yang berjasa mengajarkan beliau mengarang lagu.

Setelah beberapa tahun berhenti sekolah karena revolusi dan agresi militer Belanda, pada tahun 1951 Pak AT Mahmud melanjutkan sekolah di SGA (Sekolah Guru bagian A). Kemudian tahun 1962 beliau melanjutkan kuliah di University of Sydney selama setahun untuk mengambil sertifikasi The Teaching Of English As A Foreign Language. Selanjutnya pada tahun 1963 beliau mengajar di SGTK. Di SGTK inilah Pak AT Mahmud seakan menemukan oase dalam pengembangannya di dunia musik. Sejak itulah Pak AT Mahmud mulai mengarang lagu untuk anak-anak.

Lagu-lagu Pak AT Mahmud banyak diapresiasi oleh teman-temannya termasuk para murid-muridnya. Lagu-lagu ini kemudian banyak digunakan dibanyak Taman Kanak-kanak. Tak hanya itu, akhirnya lagu-lagu Pak AT Mahmud makin terkenal luas setelah disiarkan melalui RRI dan TVRI.

Pak AT Mahmud juga sempat mengumpulkan lagu-lagunya dalam beberapa buku seperti buku Kami Menyanyi, Main Ayunan dan Buku Musik.

Pada tahun 2000 lagu-lagu Pak AT Mahmud kembali dipopulerkan oleh Tasya Kamila dengan tajuk Libur Tlah Tiba.

Pada tahun 2010 Bapak AT Mahmud meninggal di Jakarta. Tepatnya 6 Juli 2010. Beliau meninggal karena stroke dan infeksi paru-paru.

3. Tino Sidin

Pak Tino Sidin adalah pendekar pendidikan selanjutnya. Beliau merupakan pengasuh rubrik gemar menggambar di TVRI. Di akhir segmen acara tersebut biasanya beliau menampilkan lukisan-lukisan anak SD se-Nusantara dan diakhir komentarnya selalu beliau bilang, “bagus!â€

Pak Tino Sidin lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 25 November 1925. Sejak kecil bakat gambar beliau sudah terlihat. Karenanya, pada masa pendudukan Jepang beliau dipercaya sebagai Kepala Bagian Poster pada Departemen Penerangan di Tebing Tinggi. Selain itu, Pak Tino Sidin juga pernah mengajar Seni Rupa pada SMP  Negeri Tebing Tinggi.

Ketika merantau ke Yogyakarta Pak Tino bergabung dengan Seniman Indonesia Muda dalam membuat poster-poster perjuangan. Kemudian setamatnya dari ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) pada tahun 1969, Pak Tino mendirikan Pusat Latihan Lukis Anak-anak. Dan mulai tahun 1978, beliau mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI. Acara inilah yang memberikan inspirasi kepada anak Indonesia saat itu untuk senang menggambar.

Atas prestasi-prestasinya itu, maka pada tahun 1980 Pak Tino menjadi Penatar Guru Gambar TK-SD seluruh Indonesia dalam naungan Departemen P dan K. Bahkan buku karangannya Gemar Menggambar juga dijadikan buku pegangan guru.

Pak Tino kini telah meninggalkan kita sejak 29 Desembar 1995, tetapi beliau telah menjadi inspirasi bagi jutaan anak Indonesia untuk senang menggambar.

4. Siti Rahmani Rauf

Banyak yang menganggap bahwa Ibu Siti Rauf adalah pencetus ide metode baca ‘Ini Budi’. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Sebagaimana penuturan putri keempat beliau, bahwa beliau bukan pencetus metode baca ‘Ini Budi’. Beliau hanya meneruskan untuk membuat alat peraganya.

Alat peraga Nenek Rauf ini merupakan sekumpulan poster yang dalam satu poster berisi sebuah kalimat kemudian diuraikan berdasarkan suku katanya. Dengan alat peraga ini siswa dan guru sama-sama aktif dalam belajar huruf dan kalimat. Metode inilah yang disebut metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).

Nenek Ani lahir di Padang 5 Juni 1919 dan meninggal di Jakarta 10 Mei 2016

5. Drs. Suyadi

Kalau disebut nama Drs. Suyadi, mungkin kebanyakan orang akan mengerutkan kening seraya berkata,â€siapa, ya?â€

Tetapi jika disebutkan nama Pak Raden, setiap orang pasti akan menghubungkannya dengan tokoh pelit dan galak yang kumisnya lebat dan kemana-mana selalu mengenakan blangkon dalam film boneka Si Unyil.

Drs. Suyadi adalah nama asli dari Pak Raden. Beliau lahir di Puger Jember tanggal 28 November 1932. Pak Raden kecil bercita-cita menjadi dalang walaupun beliu suka juga dengan menggambar. Akan tetapi kegemarannya menggambar, membawa beliau menjadi mahasiswa Seni Rupa ITB sehingga meraih gelar Doktorandus yang selalu menempel di depan namanya.

Dengan kemampuannya menggambar, Pak Raden menjadi Ilustrator beberapa buku paket pendidikan yang dikeluarkan oleh Departemen P dan K.

Kegemaran menggambar Pak Raden ini juga membawa beliau ke Perancis untuk belajar perfilman di studio Prancis, Les Cineastes Associes dan di Les Films Martin Boschet.

Setelah beberapa waktu bekerja sebagai art director, akhirnya Pak Raden bergabung dengan PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) untuk membidani lahirnya Film Boneka Si Unyil. Dengan kemampuannya sebagai Perupa, Pak Raden membuat boneka-boneka karakter pemeran Si Unyil.

Film Boneka Si Unyil menjadi booming pada era 80-an. Tidak hanya menyapa anak-anak setiap minggu pagi, akan tetapi juga telah dibuat kasetnya dan lain-lain merchandise-nya. Tak hanya itu, Film Boneka Si Unyil juga mendapatkan penghargaan dari Unicef sebagai Film Edukasi Terbaik untuk Negara-negara Berkembang.

Memudarnya rating Film Boneka Si Unyil tidak lantas membuat Pak Raden berhenti mengabdi dalam dunia pendidikan. Beliau kemudian membawa kisah si Unyil dari layar kaca menjadi pertunjukan langsung. Pak Raden mendongeng sambil menggambar atau juga memainkan boneka-bonekanya.

Pak Raden menjalankan sisa-sisa hidupnya dengan mendongeng kepada anak-anak, karena itulah passion beliau. Beliau menghampiri anak-anak dengan berkursi roda, tertawa dan tersenyum bersama dengan kepolosan anak-anak. Pak Raden membaur dengan keceriaan anak-anak, tak peduli dengan kehidupannya yang pas-pasan.

Pada tanggal 30 oktober 2015 malam di RS Pelni Petamburan, Pak Raden menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Demikianlah sekelumit kisah dari beliau-beliau yang ikhlas dalam berbagi dan membangun karakter bangsa. Akan tetapi hendaknya keikhlasan itu tidak membuat kita melupakan mereka. Semoga terinspirasi.

Rujukan

1. https://www.youtube.com/watch?v=c-ydnWEoE6w

2. https://www.youtube.com/watch?v=Ae4PKeyIeiY

3. http://historia.id/persona/pak-tino-sidin-dan-pinjaman-uang-dari-pak-harto

4. http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Info-Bobo/Bobo-File/