Mungkin sobat100 bertanya-tanya dalam hati apa maksud dari judul artikel ini. Apakah benar kita mengikuti sekolah untuk hidup? Ataukah kita belajar untuk mendapatkan gelar setinggi mungkin hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan, agar hidup kita juga nantinya bisa berkelimpahan? Tunggu dulu, sebelum sobat100 menjawab pertanyaan sendiri, mari perhatikan lebih seksama artikel ini, jauh lebih dalam, lebih dalam lagi. Upsss.. saya tidak berniat menghipnotis. Mari kita lanjutkan dan fokuskan diri.
Manusia mengenal pendidikan, atau lebih tepatnya manusia mulai belajar bukan semenjak ia masuk Sekolah Dasar. Bukan pula semenjak ia dilahirkan, atau semenjak anak balita diajarkan oleh ibunya untuk mengucap kata “ibuâ€. Jadi, kapan manusia sebenarnya mulai belajar atau mengenal pendidikan? Seorang bayi telah mempelajari banyak hal di dalam kandungan, ia diperlengkapi dengan baik untuk belajar (Darmawan, 2012). Jadi, bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya manusia mulai mengenal pendidikan atau mulai belajar adalah saat manusia berada dalam kandungan.
Pertanyaan selanjutnya, apakah pendidikan berawal dari kandungan dan berakhir pada saat manusia tersebut menyelesaikan sekolahnya? Apakah pendidikan itu akan berakhir jika seseorang telah menyelesaikan studi S3 nya? Atau setelah dia berhasil mendapatkan gelar Profesor? Tentu saja bukan. Pendidikan tidak akan pernah selesai atau berakhir, pendidikan seseorang akan terus berjalan selama manusia itu hidup. Pendidikan tidak hanya didapatkan selama manusia berada di sekolah atau akademik, karena pendidikan itu akan ada di dalam diri manusia, mengikutinya terus tanpa henti seperti waktu.
Tujuan kita mengenyam pendidikan tidak lain adalah untuk hidup. Jika anda mengatakan pendidikan untuk syarat mendapatkan pekerjaan, itu tidak salah, karena bekerja juga kita lakukan untuk hidup. Pendidikan bagi orang Batak adalah segalanya, bahkan sukses seorang halak hita dalam pendidikan, dianggap sebagai keberhasilan orang tuanya (Simanjuntak, 2016). Seperti kutipan orang Batak tersebut, bagi mereka pendidikan adalah hal yang utama. Orang tua rela menghabiskan hartanya hanya agar anaknya bisa sekolah setinggi - tinggi mungkin, karena bagi mereka kesuksesan orang tua Batak dinilai dari seberapa tinggi pendidikan anaknya. Kita bisa mengambil sisi positif pemikiran dari salah satu suku di Sumatera Utara tersebut. Untuk itu sobat100, marilah kita hidup untuk mengenyam pendidikan, dan pendidikan itu tentu kegunannya bagi kehidupan kita juga.
Di Indonesia sendiri, pendidikan formal dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak - kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat, Hingga ke Perguruan Tinggi. Melalui tingakatan-tingkatan itu diharapakan anak-anak bangsa bisa mendapatkan pendidikan secara sistematis, berurutan, dan nantinya pendidikan itu juga akan bertujuan untuk kehidupan si anak. Bukan hanya melalui sekolah-sekolah formal, bahkan sekolah-sekolah nonformal juga ada, sebagai solusi lain anak untuk mengenyam pendidikan. Di sekolah formal sendiri, tiap-tiap sekolah memiliki peraturan-peraturan tertentu agar si anak bisa menyelesaikan studi pendidikannya. Dan tak lain tentunya juga, setiap sekolah pasti memiliki ujian-ujian yang dilakukan secara bertahap.
Dalam pendidikan sekolah sudah tak asing lagi bagi anak-anak bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Bukan hanya dari materinya saja, tetapi juga mungkin dari gurunya sendiri yang bisa dianggap “kejam†oleh siswa-siswa. Bawalah mereka ke dalam dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka (DePorter, 2010). Maksud dari kalimat tersebut adalah, seorang guru harus terlebih dahulu mengajak dan membuat siswa menyukai si guru terlebih dahulu, dan kemudian menyampaikan materi yang hendak disampaikan oleh si guru. Dengan demikian siswa dan guru bisa saling memahami. Azas yang tercantum dalam buku Deporter tersebut dapat guru-guru sekolah terapkan agar siswa mau menyukai dan mengikuti yang diajarkan guru. Karena penting sekali terlebih dahulu guru memahami karakter siswa-siswanya.
Pendidikan di sekolah tidak kalah pentingnya menjadi salah satu kehidupan siswa selama masa hidupnya. Sehingga tak jarang, banyak siswa yang berlomba-lomba untuk menjadi yang tebaik di sekolah, mampu menyelesaikan semua ujian-ujian dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Berhubungan dengan hal tersebut, di lingkungan luar sekolah pun bermunculan berbagai solusi bagi siswa untuk memuluskan target-target siswa tersebut, diantaranya belajar tambahan di rumah secara privat dengan guru tambahan ataupun bimbingan belajar.
Semakin banyaknya siswa yang membutuhkan bantuan pendidikan sekolah sehingga makin banyak pula bimbingan-bimbingan belajar yang beredar. Persaingan-persaingan bimbingan belajar membuat bimbingan belajar memiliki tuntutan agar bisa menjadi lebih baik, memiliki inovasi belajar, serta kreatifitas juga model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk bergabung dengan bimbel tersebut. Matematika, Fisika dan Kimia adalah beberapa mata pelajaran yang paling sering ditawarkan oleh bimbingan belajar, karena materi tersebut biasanya dianggap sulit dan tidak menyenangkan bagi siswa.
Belajar di bimbingan belajar harus memiliki perbedaan dengan belajar di sekolah agar siswa tertarik dengan materi pelajaran tersebut. Kembali kepada azas DePorter di atas, bimbel juga harusnya dituntut mengenali karakter siswa, agar bisa menjadi partner belajar bagi siswa. Menjadikan pembelajaran agar menyenangkan bukanlah hal yang sulit dilakukan oleh bimbingan belajar. Jikalau bimbingan belajar bisa belajar dari pengalaman siswa di sekolah sehingga bisa melakukan inovasi yang berbeda dari yang diajarkan atau yang didapat siswa dari sekolahnya.
Mengingat zaman teknologi yang semakin berkembang, sekolah dan bimbingan belajar dituntut dapat memadukan pendidikan dengan teknologi sehingga siswa bisa memahami pelajaran menjadi lebih mudah dan sederhana. Seperti yang kita tahu, bahwa buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Dengan teknologi sekarang, buku bukan lah satu-satunya sumber pengetahuan. Karena dengan internet semua orang bisa mengakses pengetahuan tanpa batas. Tetapi tentunya dengan kontrol dan penggunaan yang benar maka ilmu dari internet bisa menambah wawasan siswa akan ilmu pengetahuan. Jangan menutup mata terhadap perkembangan teknologi, dengan “penyaringan†yang tepat, ilmu pengetahuan yang didapat akan semakin berkembang, sehingga pendidikan bisa berkembang dan bertumbuh sebagaimana manusia hidup berkembang dan tumbuh dari dia di kandungan hingga di akhir ayatnya nanti.
Dengan inovasi teknologi, diharapkan pendidikan semakin mudah terjangkau bagi seluruh umat manusia. Karena pendidikan adalah kebutuhan hidup bagi umat manusia, dan juga pendidikan tersebut tujuannya adalah untuk hidup manusia itu sendiri. Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Jika demikian, selayaknya pendidikan tidaklah dijadikan oleh segelintir orang sebagai lahan bisnis. Sekolah seharusnya bisa memberikan keringanan agar semua anak berhak mendapatkan pendidikan tanpa adanya hambatan. Bukan hanya sekolah, baik itu pendidikan nonformal lain, ataupun juga bimbingan belajar, mari kita renungkan sejenak kembali apakah sebenarnya hakiki pendidikan itu. Sehingga nantinya segalah usaha yang berhubungan dengan kelancaran pendidikan tidak dijadikan sebagai “lahan bisnisâ€. Pendidikan bukanlah untuk mencari keuntungan, tetapi pendidikan untuk kehidupan haruslah bisa berjalan sebagai mana mestinya tanpa adanya hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Jerry. 2012. Bayi Belajar Semenjak dalam Kandungan. jerry-darmawan.blogspot.co.id.
Simanjuntak, Coky. 2016. Pendidikan Orang Batak sudah Terbaik di Abad 19. batakgaul.com.
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Catatan Editor
Daniel Rumahorbo adalah guru Matematika SMA dari Sinotif Cabang Boulevard Barat Kelapa Gading. Pria asal Pematangsiantar merupakan lulusan dari Universitas HKBP Nommensen.
Komentar berhasil disembunyikan.