Sobat100, kepadatan lalu lintas dan volume kendaraan pribadi yang tinggi, menjadi salah satu penyebab utama kemacetan Jakarta. Maka dari itu, MRT (Mass Rapid Transit) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan Moda Raya Terpadu kini hadir sebagai transportasi baru yang senantiasa akan menjawab solusi kemacetan kota Jakarta.

Transportasi umum modern ini berhasil menarik antusias seluruh masyarakat Jakarta demi memanfaatkan transportasi unggulan ibukota. Sobat100 yuk kita lihat informasi mengenai MRT (Moda Raya Terpadu) Jakarta yang menjadi Trending Topic ini.

Sejarah

PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri pada tanggal 17 Juni 2008, berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan mayoritas saham dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (struktur kepemilikan: Pemprov DKI Jakarta 99.98%, PD Pasar Jaya 0.02%). PT MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di antaranya untuk pengusahaan dan pembangunan prasarana dan sarana MRT, pengoperasian dan perawatan (operation and maintenance/O&M) prasarana dan sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan properti/bisnis di stasiun dan kawasan sekitarnya, serta Depo dan kawasan sekitarnya.

Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).

Rencana pembangunan MRT di Jakarta sesungguhnya sudah dirintis sejak tahun 1985. Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Pada tahun 2005, Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudoyono menegaskan bahwa proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional. Berangkat dari kejelasan tersebut, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan saling berbagi tanggung jawab. Pencarian dana disambut oleh Pemerintah Jepang yang bersedia memberikan pinjaman.

Pada 28 November 2006 penandatanganan persetujuan pembiayaan Proyek MRT Jakarta dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar. JBIC pun mendesain dan memberikan rekomendasi studi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Telah disetujui pula kesepakatan antara JBIC dan Pemerintah Indonesia, untuk menunjuk satu badan menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian proyek MRT ini.

JBIC kemudian melakukan merger dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA bertindak sebagai tim penilai dari JBIC selaku pemberi pinjaman. Dalam jadwal yang dibuat JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008-2009, tender konstruksi dan tender peralatan elektrik serta mekanik pada tahun 2009-2010, sementara pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun 2010-2014. Uji coba operasional rencananya dimulai pada tahun 2014. Namun, jadwal tersebut tidak terpenuhi. Desain proyek pun dilakukan mulai tahun 2008-2009, tahap konstruksi dilakukan mulai Oktober 2013, dan dicanangkan selesai pada 2018.

Proyek MRT Jakarta dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ± 16 kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo. Untuk meminimalisir dampak pembangunan fisik Fase I, selain menggandeng konsultan manajemen lalu lintas, PT MRT Jakarta juga memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Pengoperasian Fase I dimulai pada Maret 2019.

Visi & Misi

• Visi

Menjadi penyedia jasa transportasi publik terdepan yang berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mobilitas, pengurangan kemacetan, dan pengembangan sistem transit perkotaan.

• Misi

Mencapai keunggulan yang berkesinambungan di semua elemen kinerja, melalui:

1. Pengembangan dan pengoperasian jaringan transportasi publik yang aman, terpercaya, dan nyaman;

2. Menghidupkan kembali lingkungan perkotaan melalui pengembangan transit perkotaan ternama; dan,

3. Membangun reputasi sebagai perusahaan pilihan dengan melibatkan, menginspirasi, dan memotivasi tenaga kerja kami.

Proyek dan Perkembangan

A. Proyek MRT Jakarta Fase I

Pembangunan konstruksi fase 1 proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dimulai pada 10 Oktober 2013 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden RI Joko Widodo, yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Pada koridor 1 ini, telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer yang meliputi 10 kilometer jalur layang dan enam kilometer jalur bawah tanah. Tujuh stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo), Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Depo akan berada di kawasan Stasiun Lebak Bulus. Sedangkan enam stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.

Pengerjaan konstruksi dibagi dalam enam paket kontrak yang dikerjakan oleh kontraktor dalam bentuk konsorsium (joint operation), yaitu:

• CP101 – CP102 oleh Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO) untuk area Depot dan Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya.

• CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

• CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi Joint Venture (SOWJ JV) untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, dan Setiabudi.

• CP106 oleh Sumitomo – Mitsui – Hutama Karya Join Operation (SMCC – HK JO) untuk area Dukuh Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.

Sedangkan untuk pengerjaan CP107 untuk sistem perkeretaapian (railway system) dan pekerjaan rel (trackwork) oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu Mitsui & Co. – Tokyo Engineering Corporation – Kobe Steel, Ltd – Inti Karya Persada Tehnik) dan CP108 untuk rolling stock oleh Sumitomo Corporation.

B. Pendanaan Proyek

Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Dukungan JICA diberikan dalam bentuk pinjaman penyediaan dana pembangunan. Komitmen yang telah diberikan JICA adalah sebesar ¥125,237,000,000,-, sedangkan loan agreement yang telah diberikan sebesar ¥50,019,000,000,- terdiri dari Loan Agreement No. IP-536 sebesar ¥1,869,000,000,- dan Loan Agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000,-, serta Loan Agreement No. IP-571 sebesar ¥75,218,000,000,-.

Dana pinjaman JICA yang telah diterima Pemerintah Pusat diterushibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dokumen anggaran (APBN) yang berkaitan pinjaman berada pada Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah, Sub Direktorat Hibah Daerah, dengan nama program dan kegiatannya adalah Program Pengelolaan Hibah Negara dengan Kegiatan Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah LN sebagai hibah kepada Pemerintah Daerah. Executing agency adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai implementing agency akan mencatat sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam APBD, menempatkan dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan pembangunan MRT pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta dengan nama Program dan Kegiatan Penyertaan Modal (Pembiayaan/Investasi) Pemerintah DKI Jakarta kepada PT MRT Jakarta. Selain itu, dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan MRT Jakarta juga ditempatkan pada BAPPEDA DKI Jakarta sebagai belanja langsung dengan nama program Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kota, dengan nama kegiatan Management Consulting Services for MRT Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai implementing agency telah menunjuk PT MRT Jakarta sebagai sub implementing dari program pembangunan MRT Jakarta.

C. Kesiapan Operasi

Peraturan Daerah (PERDA) No. 3 Tahun 2008 pasal 5 menyebutkan bahwa pada saat perkeretaapian umum perkotaan MRT Jakarta mulai dioperasikan, perseroan berkontrak dengan pemprov DKI Jakarta untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang disepakati dengan mengacu kepada standar internasional.

MRT Jakarta membuka uji coba pada 12 - 24 Maret 2019 sebelum beroperasi secara komersil. Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, masyarakat yang ingin mencoba dipersilakan mendaftar melalui website resmi MRT Jakarta yang dibuka pada 5 Maret 2019. MRT Jakarta sendiri melakukan uji coba ini secara bertahap.

Pada awal uji coba tanggal 12 Maret 2019, MRT Jakarta baru bisa melayani 4.000 penumpang percobaan. Pada hari berikutnya naik menjadi 8.000. Kemudian pada hari berikutnya lagi meningkat lagi menjadi 12.000, begitu seterusnya sampai dengan kapasitas maksimal yakni 28.800 penumpang per hari.

Untuk tenaga kerja masinis, MRT Jakarta sudah menyiapkan 17 instruktur masinis dan 54 masinis. Di antaranya, 45 Masinis sudah menuntaskan 21 roundtrip atau 21 kali perjalanan bolak-balik Bundaran HI - Lebak Bulus.

Stasiun dan Fasilitas

Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang (Elevated) yang membentang ±10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja. Dari rute tersebut, terdapat 7 Stasiun Layang, yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja. Sementara Depo kereta api dibangun di area Lebak Bulus, berdekatan dengan stasiun awal/akhir Lebak Bulus. Seluruh stasiun penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur layang yang berada di atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di permukaan tanah (on ground).

Konstruksi bawah tanah (Underground) MRT Jakarta membentang ±6 km, yang terdiri dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah, yang terdiri dari Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia. Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe EPB (Earth Pressure Balance Machine), dengan pembagian koridor paket pengerjaan terbagi menjadi tiga: CP 104, CP 105 dan CP 106.

Berikut ini merupakan peta sistem stasiun MRT Jakarta yang terhubung dengan transportasi lainnya seperti : Transjakarta, dan KRL Komuter Jabodetabek

Berikut ini merupakan daftar stasiun MRT Jakarta :

1. Stasiun Lebak Bulus

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun layang pertama di ujung selatan Jakarta ini memiliki desain yang dekat dengan elemen alam dengan nuansa warna didominasi hijau dan gradasinya. Bentuk konstruksi ramping sehingga mudah membaur dengan lingkungan di sekitarnya.

Memiliki panjang sekitar 200 meter dan lebar 33,8 meter, stasiun akan terintegrasi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang menghubungkan area pemukiman di sekitar Depo. Area peron penumpang terletak di ketinggian 12,45 meter dari permukaan jalan dan atap stasiun sekitar 20,9 meter dari permukaan jalan.

Untuk kemudahan akses masuk dan keluar stasiun, penumpang dapat menggunakan lima unit tangga, dua unit lift, dan dua unit eskalator dari permukaan jalan ke area concourse. Stasiun juga telah dirancang untuk penambahan satu unit eskalator.

Dari area concourse menuju area peron, penumpang dapat menggunakan enam unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift. Nantinya, akan ada penambahan dua unit eskalator.

Akan tersedia lima unit toilet yang diperuntukkan bagi penumpang pria, wanita, penyandang disabilitas, dan staf stasiun, termasuk satu unit ruang menyusui. Panel atap stasiun menggunakan zinc alumunium. Stasiun akan menggunakan Platform Screen Door (PSD) tipe half height. Di stasiun ini juga akan dilengkapi dengan area khusus untuk menurunkan calon pengguna MRT yang datang dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua.

b. Eksterior

• Pintu masuk dengan eskalator dan berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Dinding terbuat dari panel-panel aluminum berukuran sama yang juga difungsikan sebagai penutup ruang mekanis.

• Atap stasiun mengadopsi sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar-masuk udara dengan leluasa.

c. Interior

• Lantai dan langit-langit stasiun bercorak kotak-kotak, gradasi warna hitam, abu-abu tua hingga abu-abu terang, menyiratkan dinamika pergerakan pengguna • MRT Jakarta yang bergerak masuk dan keluar stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Lebak Bulus

2. Stasiun Fatmawati

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun layang kedua di area komersial yang sibuk di Jakarta Selatan. Stasiun ini bernuansa menyejukkan, sehingga dimunculkan dominasi warna biru dan gradasinya.

Stasiun Fatmawati memiliki dimensi panjang 175 meter, lebar 22,3, dan tinggi mencapai 34,3 meter (dari permukaan jalan hingga atap stasiun) dan 25,6 meter (dari permukaan jalan hingga area peron penumpang). Berbeda dengan stasiun lainnya, stasiun ini memiliki area intermediate yang terletak di bawah area concourse.

Guna menunjang kemudahan akses penumpang, pengguna dapat menggunakan tiga unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift dari permukaan jalan ke area intermediate. Nantinya, akan ada penambahan satu unit eskalator. Dari area intermediate, penumpang dapat menggunakan dua unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift menuju area concourse. Dalam pengembangannya, akan ada penambahan satu unit eskalator di area ini. Selanjutnya, untuk akses menuju area peron, penumpang dapat menggunakan enam unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift. Ke depannya, akan ada penambahan dua unit eskalator di area ini.

Untuk kenyamanan penumpang, akan tersedia satu toilet untuk pria dan satu toilet untuk wanita, penyandang disabilitas, dan staf stasiun. Lantai stasiun akan dilengkapi dengan tac tile untuk kemudahan bagi yang membutuhkan. Atap stasiun menggunakan bahan membrane. Platform Screen Doors (PSD) menggunakan tipe half height.

b. Eksterior:

• Desain stasiun ramping, membaur dengan lingkungan sekitar.

• Gerbang masuk stasiun memiliki atap agar pengguna terhindar dari hujan dan terik matahari.

• Muka bangunan terdiri dari panel-panel alumunium yang memungkinkan keluar-masuk udara secara alamiah.

• Atap stasiun memakai desain ventilasi bersistem alamiah.

c. Interior:

• Lantai dan langit-langit stasiun bercorak kotak-kotak, gradasi warna hitam, abu-abu tua hingga abu-abu terang, menyiratkan dinamika pergerakan pengguna MRT Jakarta yang bergerak masuk dan keluar stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Fatmawati

3. Stasiun Cipete Raya

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun ketiga dari MRT Jakarta Fase 1 ini didominasi warna tanah, yakni coklat dan gradasinya. Kesan menenangkan dan membumi menjadi cirinya. Stasiun memiliki dimensi panjang 175 meter, lebar 22,3 meter, dan area peron berada di ketinggian 16,3 meter dari permukaan jalan sedangkan atap stasiun terletak 24,79 meter dari permukaan jalan.

Stasiun memiliki empat unit tangga, dua unit lift, dan dua unit eskalator yang menghubungkan permukaan jalan dan area concourse dari kedua sisi stasiun. Dari area concourse, penumpang dapat menggunakan empat unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift. Toilet juga tersedia untuk penumpang, termasuk penyandang disabilitas. Platform screen doors menggunakan tipe half-height. Atap stasiun menggunakan jenis zinc alumunium. Demi kenyamanan pengguna, akan disediakan sejumlah bangku di area peron. Di stasiun ini juga akan disediakan dua area khusus untuk menurunkan calon penumpang MRT Jakarta yang datang dengan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua.

 

b. Eksterior:

• Pintu masuk dengan eskalator dan berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Dinding terbuat dari panel-panel aluminum berukuran sama yang juga difungsikan sebagai penutup ruang mekanis.

• Atap stasiun mengadopsi sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar-masuk udara dengan leluasa.

 

c. Interior:

• Lantai dan langit-langit stasiun bercorak kotak-kotak, gradasi warna hitam, abu-abu tua hingga abu-abu terang, menyiratkan dinamika pergerakan pengguna MRT Jakarta yang bergerak masuk dan keluar stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Cipete Raya

 

4. Stasiun Haji Nawi

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Menurut sejarah, dahulu kala wilayah Haji Nawi dimiliki dan dikelola oleh saudagar bernama Haji Nawi yang berdarah Betawi. Untuk mengenang beliau, salah satu stasiun besar ini didesain secara modern dengan beraneka elemen yang identik dengan kebudayaan Betawi. Di stasiun ini akan dilengkapi dengan dua area khusus untuk menurunkan calon penumpang MRT Jakarta yang datang dengan kendaraan bermotor roda empat atau roda dua.

 

b. Eksterior:

• Pintu masuk dengan eskalator dan berpenutup dengan kaca penyekat menggunakan pola Gigi Balang yang khas Betawi.

• Pola Gigi Balang juga diterapkan di sebagian dinding kaca fasad sehingga kesan modern ala pusat perbelanjaan pun terbentuk.

• Atap stasiun mengadopsi sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar-masuk udara dengan leluasa.

 

c. Interior:

• Lantai dan langit-langit stasiun bercorak kotak-kotak, gradasi warna coklat tua, peach hingga tekstur serat kayu, menyiratkan dinamika pergerakan pengguna MRT Jakarta yang bergerak masuk dan keluar stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Haji Nawi

 

5. Stasiun Blok A

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Sejak dahulu kala wilayah Blok A dikenal sebagai area komersial dan bisnis. Oleh karena itu, Stasiun Blok A dibangun dengan merujuk salah satu unsur perdagangan tradisional masa lalu, yakni pikulan kayu dan keranjang bambu. Dominasi warna yang dimunculkan di stasiun ini adalah abu-abu muda, kuning terang, dan krem.

 

b. Eksterior:

• Dengan desain modern, lembut, dan menenangkan, Stasiun Blok A menjadi oase bagi lingkungan sekitarnya yang cenderung sibuk.

• Pola anyaman bambu diaplikasi di berbagai sudut dinding, baik di gerbang masuk maupun fasad.

• Panel kaca penahan hujan menciptakan kesan modern ala pusat-pusat perbelanjaan.

• Atap stasiun mengadopsi sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar masuk udara dengan leluasa.

 

c. Interior:

• Lantai stasiun bercorak kotak-kotak, gradasi warna abu-abu dan kuning terang senada dengan anyaman bambu, menyiratkan dinamika pergerakan pengguna MRT Jakarta yang bergerak masuk dan keluar stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Blok A

 

6. Stasiun Blok M

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Terletak di antara dua taman (Taman Ayodya dan Martha Tiyahahu) dan Plaza Blok M, Stasiun Blok M didesain dengan unsur-unsur taman kota. Dominasi warna stasiun ini adalah gradasi hijau, abu-abu, putih.

Berukuran panjang 175 meter dan lebar 26 meter, area peron penumpang berada di ketinggian 14 meter dari permukaan jalan, sedangkan atap stasiun mencapai 25 meter dari permukaan jalan. Ketika beroperasi nanti, penumpang dapat menggunakan beberapa pilihan akses masuk area concourse stasiun, yaitu tiga di sisi timur dan dua di sisi barat; dua eskalator; dan dua elevator/lift. Ke depannya, akan ada penambahan dua eskalator.

Dari area concourse, ada enam buah tangga menuju area peron; dua eskalator; dan dua elevator/lift. Ke depannya, akan ada penambahan dua eskalator. Lantai akan dilengkapi dengan tac tile untuk tunanetra, wide passenger gate yang berukuran sekitar 90 cm untuk pengguna kursi roda/sepeda, dan area front office dengan ketinggian yang telah memperhitungkan pengguna kursi roda.

Atap stasiun menggunakan membran roof yang tidak mudah terbakar, perawatan mudah, tahan terhadap perubahan cuaca, dan meneruskan sinar matahari tanpa UV untuk mendapatkan dan mengoptimalkan pencahayaan alami. Menggunakan platform screen door tipe half height dengan ketinggian sekitar 1,3 meter. Di stasiun ini terdapat tiga jalur kereta. Jalur bagian tengah digunakan sebagai area parkir satu set kereta. Stasiun akan terintegrasi dengan Terminal Blok M dan Halte BRT Transjakarta

 

b. Eksterior:

• Stasiun Blok M merupakan salah satu stasiun besar yang memiliki struktur yang megah dan modern, namun tetap bernuansa lembut dan menenangkan. Desain menyerupai membran menjadi ciri khas stasiun ini.

• Gerbang masuk stasiun memakai atap dan dinding kaca berpola pepohonan. Struktur atap dibuat laksana cabang-cabang pohon.

• Sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar-masuk udara dengan leluasa diterapkan pada konstruksi bangunan stasiun.

 

c. Interior:

• Lantai bagian dalam stasiun menyiratkan zona pergerakan keluar dan masuk penumpang, dengan paduan warna hijau dan abu-abu terang.

• Atap bagian dalam stasiun ini dibuat khas dengan membran dan lampu gantung pada strukturnya yang mencerminkan pohon dan buah-buahan.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda dibuat warna-warni, terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Blok M

7. Stasiun Sisingamangaraja

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Sebagai stasiun layang terakhir MRT Jakarta Fase 1 sebelum masuk ke area bawah tanah, Stasiun Sisingamangaraja terletak di depan gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Gedung Sekretariat ASEAN. Gedung ini akan menjadi landmark dari area stasiun. Desainnya mengangkat tema ASEAN, multikultural, persatuan dalam keberagaman. Unsur warna yang dimunculkan adalah coklat alam dan gradasi abu-abu. Stasiun ini juga akan terintegrasi dengan Halte CSW Transjakarta koridor 13 menggunakan jembatan penyeberangan (skywalk).

Berukuran panjang 175 meter dan lebar 21 meter, area peron penumpang berada di ketinggian 14 meter dari permukaan jalan, sedangkan atap stasiun mencapai 24 meter dari permukaan jalan. Ketika beroperasi nanti, penumpang dapat menggunakan beberapa pilihan akses masuk area concourse stasiun, yaitu satu tangga di sisi timur dan barat; satu eskalator/di sisi timur; dan satu elevator/lift. Ke depannya, akan ada penambahan satu eskalator di sisi barat.

Dari area concourse, ada empat buah tangga menuju area peron; dua eskalator; dan dua elevator/lift. Ke depannya, akan ada penambahan dua eskalator.

Lantai akan dilengkapi dengan tac tile untuk tunanetra, wide passenger gate yang berukuran sekitar 90 cm untuk pengguna kursi roda/sepeda, dan area front office dengan ketinggian yang telah memperhitungkan pengguna kursi roda.

Atap stasiun menggunakan sandwich panel type, yaitu Galvanized Steel dengan core PIR Urethane, yang tahan korosi, tahan api selama satu jam, dan memiliki thermal conductivity yang rendah sehingga mampu menahan radiasi dari luar (mengurangi dampak panas dari terik sinar matahari). Menggunakan platform screen door tipe half height dengan ukuran sekitar 1,3 meter.

 

b. Eksterior:

• Desain fasad stasiun memakai elemen garis-garis horizontal yang melambangkan pergerakan dalam gaya modern sederhana. Digunakan aksen kayu secara berulang untuk menitikberatkan identitas stasiun.

• Panel kaca penahan hujan menciptakan kesan modern ala pusat-pusat perbelanjaan.

• Atap stasiun mengadopsi sistem ventilasi alamiah yang memungkinkan keluar-masuk udara dengan leluasa.

 

c. Interior:

• Lantai bagian dalam stasiun berpola kotak-kotak, menyiratkan zona pergerakan keluar dan masuk penumpang. Terdapat sebuah desain barikade dermaga sebagai focal point bagian dalam stasiun.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform security door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Sisingamangaraja

 

8. Stasiun Senayan

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah pertama yang terletak di ujung jalan Sudirman ini memiliki nuansa warna didominasi coklat dan abu-abu. Desain stasiun ini ramah dan menyatu dengan area di sekitarnya.

Dengan panjang 200 meter dan lebar 19 meter, area peron penumpang stasiun bawah tanah pertama di fase 1 ini terletak di kedalaman sekitar 14 meter di bawah permukaan tanah. Area komersil atau concourse stasiun yang terletak di depan kawasan perkantoran Senayan ini berada di kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan jalan.

Untuk kemudahan dan kenyamanan pengguna, akses masuk ke stasiun dari jalan raya terdiri dari empat buah tangga (dua unit sisi barat dan dua unit di sisi timur), dua unit eskalator (satu unit di sisi barat dan satu unit di sisi timur), dan dua unit lift. Dari area concourse, terdapat dua unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift yang dapat digunakan untuk menuju ke area peron penumpang. Stasiun akan terintegrasi dengan halte busway yang berjarak sekitar 110 meter.

b. Eksterior:

• Dinding kaca dengan struktur kolom yang miring menyiratkan karakter pergerakan manusia dengan merepresentasikan ruang transisi publik.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Langit-langit yang bermotif mencerminkan kekayaan budaya di interior stasiun.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium dengan aksen garis horizontal, menyesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun ketika tidak beroperasi.

 

c. Interior:

• Penutup bermotif dan bercorak kotak-kotak dengan gradasi warna coklat, abu-abu tua hingga abu-abu terang, melapis tiang penyangga dan langit-langit stasiun memberi kesan siluet. Begitu juga dengan lantai.

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

• Stasiun memiliki tangga khusus sebagai jalur evakusi.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Senayan

 

9. Stasiun Istora

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah kedua ini terletak di depan area pusat olahraga stadion Gelora Bung Karno. Konsep dasarnya menyiratkan unsur olahraga dengan dominasi warna kuning tua, putih, dan abu-abu. Stasiun Istora memiliki panjang 220 meter dan lebar 20 meter. Berada di kedalaman sekitar 15 meter dari permukaan jalan, Stasiun Istora memiliki tiga pilihan akses masuk stasiun, yaitu empat unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift. Dari area concourse/komersil, pengguna dapat menggunakan tiga unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift menuju area peron penumpang. Stasiun ini akan terintegrasi dengan Halte Transjakarta Polda Metro Jaya

 

b. Eksterior:

• Dinding kaca dengan struktur kolom yang miring menyiratkan karakter pergerakan manusia dengan merepresentasikan ruang transisi publik.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Langit-langit yang bermotif mencerminkan kekayaan budaya di interior stasiun.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium dengan aksen garis horizontal, menyesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun.

 

c. Interior:

• Penutup bermotif dan bercorak garis horizontal dengan gradasi warna putih, abu-abu tua, hingga abu-abu terang, melapis tiang penyangga dan langit-langit stasiun memberi kesan siluet. Begitu juga dengan lantai.

• Dindingnya diberi sentuhan dominasi warna kuning tua dengan desain menggunakan konsep athletes movements.

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

• Stasiun memiliki tangga khusus sebagai jalur evakuasi.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Istora

10. Stasiun Bendungan Hilir

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah ketiga yang terletak di kawasan bisnis Sudirman ini dikemas dengan konsep sungai dan aliran air, bernuansa alam dengan dominasi warna coklat dan gradasinya. Dengan panjang 200 meter dan lebar 19.3 meter, stasiun yang rencananya akan terkoneksi dengan beberapa gedung perkantoran di sekitarnya ini, area peron stasiun berada di kedalaman 16,6 meter di bawah permukaan jalan dan area komersil/concourse di kedalaman 10,8 meter.

Stasiun ini memiliki tiga unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift dari permukaan jalan ke area komersil stasiun. Dari area concourse, terdapat dua unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift menuju area peron penumpang. Stasiun ini akan terintegrasi dengan Halte Transjakarta Setiabudi dengan jarak sekitar 350 meter. 

 

b. Eksterior:

• Dinding kaca dengan struktur kolom yang miring menyiratkan karakter pergerakan manusia dengan merepresentasikan ruang transisi publik.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Motif berpola di langit-langit akan dipantulkan ke lantai oleh pencahayaan lampu.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium dengan aksen garis horizontal, menyesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun.

 

c. Interior:

• Lantai dan langit-langit akan didominasi oleh warna coklat dan gradasinya dengan corak terinspirasi dari aliran sungai. Perbedaan warna ini juga menunjukkan area menunggu dan area bergerak bagi penumpang.

• Penutup bermotif dan bercorak garis horizontal dengan gradasi warna coklat, abu-abu tua hingga abu-abu terang, melapis tiang penyangga dan langit-langit stasiun memberi kesan siluet. Begitu juga dengan lantai.

• Dindingnya diberi sentuhan dominasi warna kuning tua dengan desain menggunakan konsep athletes movements.

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

• Setiap stasiun akan memiliki tangga khusus sebagai jalur evakuasi.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Bendungan Hilir

 

11. Stasiun Setiabudi

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah keempat yang terletak di kawasan bisnis Sudirman ini dikemas dengan konsep elegan dan bernuansa ketenangan serta dominasi warna putih, keemasan, dan coklat. Memiliki panjang 200 meter dan lebar 19.4 meter, Stasiun Setiabudi menyediakan empat buat pintu masuk menuju area concourse yang terdiri empat unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift. Dari area concourse, penumpang dapat menggunakan dua unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift/elevator untuk menuju area peron penumpang.

 

b. Eksterior:

• Dinding kaca dengan struktur kolom yang miring menyiratkan karakter pergerakan manusia dengan merepresentasikan ruang transisi publik.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Motif berpola di langit-langit akan dipantulkan ke lantai oleh pencahayaan lampu.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium dengan aksen garis horizontal, menyesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun.

 

c. Interior:

• Pada bagian lantai, akan menggunakan dua dominasi warna yaitu coklat dan gradasinya untuk menciptakan suasana tenang. Penggunaan dua warna ini juga menunjukkan perbedaan area bergerak dan menunggu bagi penumpang.

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat

• Setiap stasiun akan memiliki tangga khusus sebagai jalur evakuasi

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Setiabudi

 

12. Stasiun Dukuh Atas

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah kelima yang terletak di kawasan bisnis Sudirman ini dikemas dengan nuansa alam hutan, terutama pohon-pohon besar. Warna-warna coklat dan gradasinya akan mendominasi stasiun yang menjadi kawasan terintegrasi dengan lima moda transportasi publik lainnya di Jabodetabek, yaitu MRT, LRT, Transjakarta, Commuterline, dan kereta bandara Soekarno Hatta.

Dibandingkan dengan stasiun bawah tanah lainnya, Stasiun Dukuh Atas adalah stasiun yang letaknya paling dalam yaitu area komersil/concourse mencapai 10 meter di bawah permukaan tanah dan area peron penumpang mencapai 24 meter di bawah permukaan tanah. Stasiun ini memiliki panjang 200 meter dan lebar 20 meter.

Untuk kemudahan akses, stasiun menyediakan empat unit tangga, dua unit eskalator, dan dua unit lift yang bisa dipergunakan oleh penumpang untuk masuk ke area concourse. Konstruksi stasiun telah disiapkan untuk penambahan satu unit eskalator. Dari area concourse, pengguna dapat menggunakan dua unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift untuk mencapai area peron penumpang. Sepert halnya dengan stasiun bawah tanah lainnya, Stasiun Dukuh Atas akan menggunakan PSD jenis full height. Di stasiun ini akan disediakan area khusus menurunkan calon penumpang MRT Jakarta yang datang dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua.

 

b. Eksterior:

• Kanopi didesain menyerupai pola melengkung dari cabang-cabang pohon besar, serta struktur kolom dinding kaca yang tegak lurus memberi kesan pohon besar yang kokoh.

• Taman dan area pejalan kaki akan dibangun, sebagai bagian dari fungsi kawasan terintegrasi.

Skylight akan dibangun untuk memberikan pencahayaan alami ke sebagian area bawah tanah.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca dan langit-langit berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium yang dilapisi dengan batu alami, menyesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun

• Dilengkapi dengan flood gate sebagai fungsi perlindungan dari banjir.

 

c. Interior:

• Dominasi warna coklat pada keramik memberikan kesan kuat tentang konsep ruang, ritme pergerakan, dan tujuan.

• Lampu temaram dengan desain melingkar akan diletakkan di atas tangga berjalan

• Lantai concourse akan didominasi oleh warna coklat dan gradasinya.

• Keramik lantai peron penumpang akan menunjukkan rute antara tangga berjalan dan area platform screen door (PSD). Langit-langit akan menggunakan alumunium yang disusun dengan baffle system, menyesuaikan dengan sistem pencahayaan dan EM (electrical and mechanical).

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

• Setiap stasiun akan memiliki tangga khusus sebagai jalur evakuasi.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Dukuh Atas

13. Stasiun Bundaran Hotel Indonesia

a. Deskripsi dan Fitur Stasiun

Stasiun bawah tanah keenam ini mengusung konsep gaya hidup internasional, karena terletak di area hotel internasional, pusat perbelanjaan, kantor kedutaan, dan salah satu ikon Jakarta, Bundaran HI. Warna-warna putih, perak, dan abu-abu akan mendominasi stasiun menggunakan konsep gaya hidup perkotaan, modern, internasional, dan perdamaian dunia.

Dengan panjang mencapai 400 meter dan lebar 20 meter, Stasiun Bundaran Hotel Indonesia memiliki scissor crossing untuk perpindahan kereta di rel up track ke down track. Area concourse berada di kedalaman 10 meter dari permukaan tanah dan area peron penumpang pada kedalaman 18 meter di bawah permukaan tanah. Stasiun akan terintegrasi dengan Halte Bundaran HI Transjakarta dan Gedung Indonesia 1.

Untuk akses masuk ke area concourse, penumpang dapat menggunakan empat unit tangga, empat unit eskalator, dan dua unit lift. Nantinya akan ada penambahan satu unit eskalator. Dari area concourse, disediakan tiga unit tangga, dua unit eskalator, dan satu unit lift. Platform Screen Doors menggunakan tipe full height.

 

b. Eksterior:

• Kanopi didesain dengan konsep garis lurus dan tegas seperti bangunan disekitarnya.

• Dinding luar bagian bawah menggunakan batu alami.

• Dinding kaca diberi warna hijau di bagian bawahnya, menyesuaikan tanaman di area pejalan kaki.

• Dilengkapi dengan eskalator dan tangga serta berpenutup untuk menghindari terik matahari dan hujan.

• Celah antara dinding kaca dan langit-langit berfungsi sebagai ventilasi udara dan perlindungan terhadap cuaca.

• Lokasi berada di area pejalan kaki jalan raya, dengan tinggi yang memperhitungkan keamanan dari genangan air pada musim hujan.

• Dilengkapi dengan rolling door sebagai fungsi penutup pintu stasiun.

• Dilengkapi dengan flood gate sebagai fungsi perlindungan terhadap banjir.

• Desain Cooling Tower dan Ventilation Tower yang menggunakan dinding alumunium yang dilapisi dengan batu alam berwarna abu-abu gelap, dengan desain menyesuaikan konteks urban disekitarnya.

 

C. Interior:

• Lantai concourse akan didominasi warna putih dan perak dengan desain cekung pada langit-langitnya, menunjukkan kesan luas dan tinggi, yang dilengkapi pencahayaan terang.

• Langit-langit akan menggunakan alumunium yang disusun dengan baffle system, menyesuaikan dengan sistem pencahayaan dan EM (electrical and mechanical). Dominasi warna coklat pada keramik memberikan kesan kuat tentang konsep ruang, ritme pergerakan, dan tujuan.

• Keramik lantai peron penumpang akan menunjukkan rute antara tangga berjalan dan area platform screen door (PSD).

• Pendingin ruangan dan beberapa area duduk akan tersedia demi kenyamanan pengguna.

• Sebuah lantai concourse disediakan khusus untuk area fasilitas umum dan retail. Fasum meliputi toilet untuk pria/wanita/difabel, ruang menyusui, lift bagi difabel. Area retail akan mewadahi atm center, toko serba ada, dan lain-lain.

• Area menunggu kereta bagi penumpang dibuat nyaman dan aman, dibatasi pagar akrilik berpintu otomatis (platform screen door/PSD). Lampu-lampu penanda terletak tepat di muka PSD sehingga mudah dilihat.

• Setiap stasiun akan memiliki tangga khusus sebagai jalur evakuasi.

Klik untuk melihat : Peta Lokalitas Stasiun Bundaran Hotel Indonesia

 

Teknologi

A. Sistem Perkeretaapian dan Track Work di MRT Jakarta

Sistem perkeretaapian MRT Jakarta terdiri dari sebelas pekerjaan utama yang beberapa di antaranya adalah teknologi baru perkeretaapian yang baru diterapkan di Indonesia, seperti Platform Screen Doors (PSD) dan sistem persinyalan Communication-based Train Control (CBTC). Berikut penjelasan singkat terkait sistem perkeretaapian yang digunakan di MRT Jakarta:

1. Substation System

Sumber listrik MRT Jakarta diperoleh dari dua gardu induk milik PT PLN (Persero) yaitu Gardu Induk Pondok Indah dan Gardu Induk CSW. Dari dua gardu induk ini, listrik dengan tegangan 150kV diterima oleh Receiving Substation (RSS) lalu diubah menjadi 20kV untuk keperluan operasi RSS, Traction Substation (TSS)/Gardu Traksi, dan Electrical Room (ER) di setiap stasiun/depo. Dua suplai tegangan tinggi ini merupakan jaminan operasional MRT Jakarta. RSS menggunakan sistem GIS (Gas Insulated Switchgear) yang ditempatkan di bawah tanah. Sistem ini memiliki ukuran yang lebih compact daripada switchgear konvensional. TSS/gardu traksi sepanjang jalur MRT Jakarta terdiri atas TSS Lebak Bulus, TSS Cipete Raya, TSS Sisingamangaraja, dan TSS Dukuh Atas. Kapasitas TSS didesain dengan memperhitungkan beban motor traksi pada kereta/rollingstock dengan konfigurasi rangkaian sesuai kebutuhan operasional. Keluaran TSS adalah listrik 1500V DC sebagai penyulang/feeder kereta/rollingstock melalui Overhead Contact System (OCS).

 

2. Overhead Contact System

Fungsi utamanya yaitu menyalurkan listrik 1500 V DC sepanjang jalur MRT Jakarta ke rolling stock/kereta. Terdapat 2 (dua) jenis OCS yang digunakan di MRT Jakarta yaitu Simple Catenary System (SCS) untuk depo dan jalur layang, serta Rigid Suspension System (RISS) untuk area bawah tanah.

 

3. Sistem Distribusi Daya/Power Distribution System

Fungsi dari subsistem ini adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik ke stasiun dan depo. Subsistem ini mencakup penyaluran tenaga listrik dengan tegangan 20 kV (keluaran dari RSS) ke setiap stasiun dan depo, lalu diubah menjadi tegangan rendah 380V/220V. Sistem kelistrikan MRT didukung oleh penyulang ganda untuk meningkatkan keandalan system.

 

4. Sistem Persinyalan/Signaling System

MRT Jakarta menggunakan sistem persinyalan Communication-based Train Control (CBTC) dengan menggunakan moving block system. Sistem persinyalan ini bekerja sinergis antarempat bagian yang penting, yaitu Automatic Train Supervisory (ATS) yang berada di Operation Control Center (OCC); Peralatan di lapangan (wayside equipment) baik yang berada di stasiun maupun di sepanjang jalur kereta; Jaringan data komunikasi sebagai penghubung peralatan di lapangan dan di dalam kereta; dan Peralatan di dalam kereta (on-board equipment).

 

5. Sistem Telekomunikasi/Telecommunication System

Sistem ini menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dan informasi yang diperlukan dalam operasional MRT Jakarta. Mulai dari penyediaan infrastruktur jaringan untuk backbonekomunikasi data, penyediaan sistem radio dan telepon untuk komunikasi antarpersonel, penyediaan informasi keamanan dan keselamatan melalui kamera pengawas (CCTV System) dan Disaster Prevention System, hingga penyediaan informasi untuk penumpang berupa informasi waktu dan jadwal perjalanan kereta melalui Clock System, Public Address System, dan juga Passenger Information Display System.

 

6. Power SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)

Fungsi utamanya adalah mengatur dan memonitor RSS, TSS, dan ER, yaitu untuk tegangan (150kV, 20kV, 380V AC, dan 1500V DC); arus (150kV, 20kV, 380V AC, dan 1500 DC); status CB dan DS; status dan alat proteksi; serta alarm.

 

7. Facility SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)

Merupakan sistem yang berfungsi untuk memonitor perangkat-perangkat fasilitas yang berada di dalam stasiun sehingga dapat mendeteksi kegagalan sistem secara cepat serta mengontrol beberapa kipas/fan di stasiun bawah tanah.

 

8. Automatic Fare Collection System

Sistem tiket elektronik di MRT Jakarta, dengan menggunakan IC card Ticket yang dapat di beli di loket/Ticket Office Machine atau di mesin tiket otomatis/Ticket Vending Machineyang disediakan di area stasiun, pengguna layanan MRTJ dapat masuk ke area berbayar/paid area melalui gerbang penumpang/passangergate untuk kemudian naik ke kereta MRTJ. Setelah sampai di stasiun tujuan penumpang dapat melakukan tap out di gerbang keluar/exit gate. Sistem tiket ini juga akan mendukung program penggunaan uang elektronik perbankan yang digaungkan pemerintah. Sistem tiket otomatis ini diatur agar kecepatan penumpang sejak dari pembelian tiket hingga melewati gerbang penumpang/passenger gate dapat menambah kenyamanan pengguna MRT Jakarta.

 

9. Platform Screen Doors

Adalah partisi pembatas antara area peron penumpang dengan rel kereta. Terdiri dari dua jenis, yaitu full height untuk stasiun bawah tanah dan half height untuk stasiun layang. PSD terdiri dari pintu buka tutup otomatis, fixed door, dan pintu darurat. Buka tutup pintu otomatis terhubung dengan sinyal kereta dan dilengkapi dengan lampu alarm buka tutup.

 

10. Elevator dan Eskalator

a. Eskalator:

Adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.Terdapat 4-unit pada setiap stasiun pada level ground to Concourse 2-unit dan Concourse to Platform 2 unit, khusus pada Stasiun Fatmawati terdapat 6 unit yaitu Ground to Intermediate 2 unit, Intermediate to Concourse 2 Unit dan Concourse to Platform 2 unit, Sudut kemiringan 30°, lebar anak tangga 1.000 mm dengan 3 flat step, kecepatan 0.65 m/sec dan dengan kapasitas 11.700 person/h. Ada dua tipe eskalator yang digunakan, yaitu eskalator tipe luar ruang/outdoor dan eskalator tipe dalam ruang/indoor.

 

b. Elevator/lift:

Adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Di MRT Jakarta, penggunaan elevator diprioritaskan untuk usia lanjut, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan orang tua yang membawa anak dengan kereta dorong. Panel tombol pada unit elevator menggunakan standar ketinggian 90 – 120 cm (sesuai dengan kenyamanan pengguna kursi roda dengan fitur handicapped operating panel/HCOP. Elevator yang digunakan pada stasiun MRT ini merupakan tipe Machine Room Less (MRL) elevator, yaitu tidak memiliki ruangan khusus di atas elevator shaft untuk peletakan mesin penggeraknya, dan memiliki mesin yang lebih kecil, yang diletakkan pada ruang override pada bagian atas hoistway.

Tipe elevator yang digunakan pada setiap stasiun MRT merupakan passenger type, yang memiliki kapasitas maksimum 900 kg, dan memiliki travel speed 60 m/min. Akan ada dua jenis bukaan pintu, yaitu Pass Through Door Opening dan Corner Door Openingdengan pertimbangan kemudahan penumpang prioritas (lansia, ibu hamil, pengguna kursi roda, dan orang tua dengan kereta dorong) agar tidak perlu berbalik 360°ketika masuk atau keluar elevator.

 

11. Track work

Tipe struktur rel kereta api yang digunakan terdiri dari Ballasted Track untuk area Depo, Direct Fixation Track with Anti-Vibration Sleeper untuk konstruksi layang, dan Direct Fixation Track with PC Sleeper untuk konstruksi bawah tanah.

 

B . Mesin Tiket Otomatis dan Mesin Isi Ulang untuk Kemudahan Mobilitas Penumpang

Tiket kereta MRT Jakarta terdiri dari dua jenis, yaitu tiket per perjalanan (MRT Jakarta menggunakan istilah single trip) dan tiket multi perjalanan (MRT Jakarta menggunakan istilah multi trip). Pengisian saldo di kartu single trip dilakukan per perjalanan. Masa berlaku kartu single trip selama tujuh hari, terhitung sejak pembelian pertama. Sedangkan kartu multi trip dapat digunakan seterusnya selama saldo masih mencukupi untuk digunakan dalam setiap perjalanan. Kedua jenis kartu tersebut dapat diperoleh di Mesin Tiket Otomatis (Ticket Vending Machine/TVM) dan loket penjualan di setiap stasiun MRT Jakarta. Selain TVM, stasiun MRT Jakarta juga akan dilengkapi dengan Mesin Isi Ulang (Top Up Machine/AVM).

 

1. Mesin Tiket Otomatis (Ticket Vending Machine/TVM)

Didominasi oleh warna abu-abu metalik, mesin penjual tiket ini berdimensi 85x85x180 cm dan dapat ditemukan di area komersil (concourse) yang tak berbayar. TVM memiliki empat fungsi, yaitu penjualan tiket single trip dan multi trip, isi ulang saldo multi trip, isi ulang single trip, dan menunjukkan informasi atau status tiket.

2. Mesin Isi Ulang (Top Up Machine)

Memiliki dimensi dan dominasi warna yang serupa dengan TVM, mesin ini hanya dapat ditemukan di area concourse berbayar. Mesin ini hanya diperuntukkan untuk isi ulang saldo multi trip (penyelaras tarif) dan memperlihatkan informasi atau status tiket.

Ada delapan komponen utama mesin ini, yaitu layar sentuh berisi pilihan menu, tombol panggilan bantuan, bukti transaksi, tempat memasukkan dan menerima uang kertas, tempat memasukkan uang koin, tempat keluarnya kartu, tempat meletakkan kartu multi trip/single trip, dan tempat menerima uang kertas atau koin kembalian.

 

C. Platform Screen Doors: Jaminan Keamanan Penumpang

 Platform screen doors (PSD) adalah partisi pembatas antara area peron penumpang dan jalur rel kereta. MRT Jakarta menggunakan dua jenis PSD, yaitu full height untuk stasiun bawah tanah dan half height untuk stasiun layang. Di partisi pembatas ini, terdapat pintu geser otomatis (automatic sliding door) yang digunakan sebagai akses masuk dan keluar penumpang dari kereta; pintu darurat (emergency door); dan pintu keluar masuk masinis (driver swing doors).

Pemasangan PSD bertujuan agar mencegah penumpang terjatuh ke area rel kereta; mencegah kereta terlambat akibat insiden keselamatan; mengurangi biaya penggunaan energi yang disebabkan oleh proses mendinginkan terowongan bawah tanah; dan mengurangi kebutuhan jumlah staf stasiun dan awak kereta. Pada stasiun layang, pemasangan PSD akan meningkatkan keamanan dan keselamatan penumpang di area peron, sedangkan di stasiun bawah tanah, PSD mampu mengurangi biaya operasional penyejuk udara hingga 40 persen.

Partisi pembatas ini terbuat dari bahan kaca transparan (tempered glass), dan rangka atau frame kaca terbuat dari bahan besi baja ringan. Komponen inti penyusun PSD terdiri dari kaca, rangka bingkai, motor penggerak, sensor, lampu indikator buka tutup pintu, pengeras suara, insulation membrane, dan tiang infrared. Terdapat panel manual di ujung peron yang hanya boleh digunakan oleh masinis dalam kondisi tertentu. Pada PSD, terdapat tiga jenis pintu, yaitu Pintu Geser Otomatis (Automatic Sliding Doors), Pintu Darurat (Emergency Doors), dan pintu khusus masinis (Driver Swing Doors).

 

1. Pintu Geser Otomatis/Automatic Sliding Doors

Untuk jalur layang, tinggi pintu ASD sekitar 1,3 meter dan lebar dua meter. Untuk stasiun bawah tanah, tinggi ASD sekitar dua meter dan lebar dua meter. Pintu ASD yang terintegrasi dengan sistem persinyalan kereta, yaitu Communication-based Train Control (CBTC) yang memungkinkan pintu terbuka atau tertutup secara otomatis ketika pintu kereta terbuka atau tertutup serta memungkinkan posisi kereta akan selalu tepat di depan ASD tersebut.

Dilengkapi dengan dua sensor (obstacle sensor dan infrared sensor) untuk mencegah penumpang terjepit di antara ASD ini, pintu juga dilengkapi dengan lampu indikator dan pengeras suara sebagai penanda atau peringatan pintu akan terbuka atau tertutup. Sebagai tambahan fitur jaminan keselamatan dan kenyamanan pengguna, PSD juga dilengkapi dengan insulation membrane yang berfungsi untuk mencegah electrical shock dari PSD, meskipun sengatan tersebut sangat jarang terjadi dan tidak membahayakan. Untuk fase 1 ini, akan disediakan 672 pintu geser otomatis yang tersebar di 13 stasiun.

 

2. Pintu Darurat/Emergency Doors

Sebagai tambahan fitur keselamatan, PSD juga dilengkapi dengan pintu darurat yang hanya bisa dibuka secara manual dari sisi rel/kereta. Pintu darurat berjumlah 168 unit yang tersebar di tiga belas stasiun. Tersedia enam pintu darurat PSD di satu area peron stasiun (dua belas pintu darurat per stasiun), kecuali Stasiun Blok M yang memiliki tiga lajur.

 

3. Pintu masinis/Drivers Swing Doors

Terletak di ujung tiap peron penumpang, pintu khusus masinis diperuntukkan khusus sebagai akses keluar masuk masinis. Terdapat 56 unit di tiga belas stasiun di fase 1 ini. Di dekat pintu ini, terdapat panel manual yang hanya boleh dioperasikan oleh masinis pada kondisi tertentu.

 

Sumber : https://www.jakartamrt.co.id/