Halo Sobat Seratus.
Tanggal 24 Oktober merupakan Hari Polio Sedunia. Hari Polio Sedunia di inisiasi oleh Rotary Internasional untuk mengingat jasa-jasa Jonas Salk dalam menemukan dan mengembangkan vaksin polio yang aman dan efektif.
Polio merupakan penyakit menular yang telah menjadi momok masyarakat Amerika Serikat terutama pasca Perang Dunia ke dua. Wabah penyakit polio selalu menyebar setiap tahunnya. Data yang tercatat adalah bahwa Polio adalah penyakit pembunuh paling tinggi dibandingkan penyakit menular yang lain. Pada tahun 1952 lebih dari 58.000 kasus polio terlaporkan dengan 3.145 orang meninggal dunia. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Karenanya usaha yang keras untuk melakukan pencegahannya merupakan sebuah tindakan bijak yang perlu dijalankan.
Karena itulah Jonas Salk dan teman-temannya mengembangkan vaksin anti polio. Vaksin anti polio Salk ini dinamakan In-activated Poliovirus (IPV) yang penggunaannya dengan disuntik.
Peneliti lain yang juga sebenarnya berjasa dalam pemberantasan penyakit polio adalah Albert Sabin. Dialah yang mengembangkan vaksin polio yang dinamakan dengan Oral Poliovirus (OPV). Vaksin Sabin ini adalah vaksin anti polio yang penggunaannya dengan cara diteteskan di lidah. Perlu diketahui bahwa vaksin inilah yang diteteskan ketika seorang bayi baru dilahirkan di Rumah Sakit. Selain itu vaksin ini jugalah yang digunakan di Posyandu pada Pekan Imunisasi Nasional.
Dengan vaksin oral inilah, Gerakan Inisiasi Pemberantasan Polio Global (Global Polio Eradication Initiative) telah berhasil menurunkan angka penderita Polio di Dunia sampai 99 % pada tahun 2016.
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan karena virus yang terutama akan menyerang anak-anak. Virus Polio ditularkan dari orang ke orang melalui makanan atau minuman lalu berkembang biak di usus. Dari sinilah virus Polio menyerang sistem saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Dalam dunia kesehatan kita mengenal dua jenis polio yaitu polio paralisis dan polio non paralisis. Polio paralisis adalah polio yang akan menyebabkan kelumpuhan sedangkan polio non paralisis adalah polio yang tidak menyebab kelumpuhan.
Adapun gejala penyakit polio ini baik yang paralisis maupun yang non paralisisi cenderung sama seperti demam, muntah, lemah otot, mudah lesu, sakit kepala dan terasa kaku pada kepala, leher atau tangan dan kaki. Namun pada polio paralisis biasanya terjadi dalam waktu sepekan dan lebih serius yang bisa menyebabkan kelumpuhan secara cepat, lumpuh sebelah maupun sesak nafas yang akut sehingga perlu penanganan medis darurat.
Polio adalah penyakit yang belum dapat disembuhkan apabila telah terjangkiti oleh virus. Terapi yang dilakukan oleh dokter terhadap penyakit ini adalah perawatan yang dilakukan dalam rangka mencegah komplikasi dan membuat pasien lebih nyaman seperti terapi fisik untuk meredakan nyeri, mengembalikan fungsi otot dan mengatur pola makan yang bergizi. Istirahat yang cukup dan pemberian alat bantu pernafasan juga merupakan hal yang dapat dilakukan dalam ‘pengobatan’ polio.
Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Karenanya pemberian vaksin polio kepada anak-anak balita adalah langkah yang bijak dalam rangka mengurangi penyakit polio di masyarakat. Vaksin polio yang pertama diberikan kepada anak adalah OPV yang diberikan ketika si anak baru lahir sebelum kembali ke rumah. Sedangkan selanjutnya diberikan IPV ketika anak berumur 2 bulan dan 4 bulan. Selanjutnya pemberian dilakukan antara 6 sampai 18 bulan dan terakhir ketika anak berusia antara 4 sampai 6 tahun.
Penggunaan vaksin polio dapat dibilang relatif aman. Namun apabila terjadi nyeri atau demam pada si anak pasca vaksinasi, segeralah konsultasi kepada dokter untuk di tangani.
Indonesia telah bebas dari penyakit polio, akan tetapi kewaspadaan harus tetap dijaga.
Bacaan lebih lanjut
1. https://www.cdc.gov/polio/
Komentar berhasil disembunyikan.