Matematika sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dll. Sedemikian pentingnya, matematika juga dijuluki sebagai Queen of Sciences, ratunya para ilmu, sekaligus juga pelayannya. Dalam ilmu-ilmu sains khususnya, menjadikan matematika itu memiliki peranan yang cukup penting. Menyadari betapa perlu dan dekatnya matematika dengan kehidupan sehari-hari, maka menjadi hal yang penting untuk mempelajarinya.
Pentingnya matematika, dapat dilihat dalam kurikulum matematika di sekolah yang mendapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, pelajaran matematika itu ada dan dipelajari, baik secara global maupun spesifik. Bahkan pada jenjang prasekolah pun, matematika sudah mulai diperkenalkan. Namun realitanya, banyak orang yang menganggap pelajaran matematika itu sulit. Akibatnya, siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya. Hal senada diungkap oleh seorang ahli pendidikan barat yang menyatakan bahwa ada rasa takut akan matematika, rasa takut tersebut mendekam dalam pikiran [1]. Masih menurut Buxton, rasa takut ini terjadi dikarenakan adanya “Mind in Chaos†[2], yaitu suatu kesan negatif yang dibiarkan terjadi sejak mereka masih kecil bahwa matematika itu sulit yang pada akhirnya menjadikan mereka sampai dewasa berfikiran bahwa matematika sulit dan menakutkan. Anak-anak sekolah dasar yang banyak mengeluh kalau pelajaran ini susah.
Kelulusan Ujian Nasional selama ini tetap saja ada banyak siswa yang gagal lulus yaitu secara total dari seluruh peserta mencapai lebih dari 7,46 % dan salah satu mata pelajaran yang menjadi “pengganjal†kelulusan mereka adalah MATEMATIKA. Faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan pemahaman matematika siswa salah satunya adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang kondusif yaitu lingkungan yang menyenangkan dan aman bagi kesehatan. Saat ini, kebanyakan sekolah menggunakan kapur tulis atau spidol dalam proses belajar mengajar.
Mengenai kapur, Oxford Concise Dictionary mendefinisikan kapur sebagai kapur sederhana putih lembut yang digunakan untuk membakar kapur dan untuk menulis dan menggambar. Sebuah penjelasan alternatif mungkin membaca; zat lembut, bersahaja, dari warna putih keabu-abuan, atau kekuningan, dan memiliki komposisi yang sama seperti batu kapur yang umum. Ini terdiri dari urutan batu gamping sangat murni terutama lembut, putih, sangat halus yang umumnya 300-400 m tebalnya. Kapur tulis standar yang digunakan di kelas pada umumnya terbuat dari kalsium karbonat, yaitu bentuk olahan dari batu kapur alam.
Untuk beberapa orang yang menderita asma atau masalah pernapasan seperti batuk, debu dari kapur tulis bisa menjadi alergen atau pemicu kambuhnya penyakit, yang ditandai dengan gejala batuk, mengi, sesak dada dan sesak napas. Hal ini karena partikel kapur tulis yang tergolong besar (sehingga masih terlihat beterbangan di ruangan) tersaring oleh filter pertama pada sistem pernapasan manusia, yaitu bulu hidung. Partikel kapur tulis tersebut tidak masuk ke dalam paru-paru namun tertahan oleh bulu hidung, sehingga untuk beberapa orang debu kapur tulis bisa menyebabkan reaksi bersin dan batuk.
Perkembangnya zaman sekolah-sekolah tampaknya lebih memilih untuk menggunakan spidol dan papan tulis putih (whiteboard) ketimbang kapur tulis yang berdebu. Sedangkan spidol yang dianggap bersih, tak berdebu dan aman ternyata mengandung bahan kimia yang disebut xylene, yaitu bahan kimia inilah yang menimbulkan aroma khas pada spidol dan juga banyak digunakan pada cat, thinner dan pernis. Xylene adalah bahan kimia beracun yang ditemukan pada banyak barang-barang rumah tangga. Partikelnya yang kecil paling mungkin memasuki tubuh ketika dihirup. Menghirup racun dalam spidol dapat memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang. Bahan kimia ini dapat menimbulkan gejala inhalasi mirip ketika orang menggunakan obat penenang atau alkohol, yang efeknya bisa bertahan hingga 15 sampai 45 menit.
Hasil studi yang dikutip dari Toxicological Profile for Xylene, Agency for Toxic Substances and Disease Registry, efek jangka pendek dari xylene bisa mengganggu pernapasan, pusing, sakit kepala dan kehilangan memori jangka pendek.[3] Sedangkan efek jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kerusakan hati, ginjal dan sistem saraf pusat. Beberapa merek spidol juga mengandung propyl alcohol yang tidak terlalu beracun tetapi dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan.
Pentingnya Konsep pemahaman/kemampuan matematis Bagi Tingkat Perkembangan Siswa
- Pengertian Bermain
Menurut Dworetzky, ada lima kiteria dalam bermain :- Motivasi instrinsik, yaitu tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak.
- Pengaruh positif, yaitu tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
- Bukan dikerjakan sambil lalu, yaitu tingkah laku itu dilakukan.
- Cara/tujuan, yaitu cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya.
- Kelenturan, yaitu bermain itu perilaku yang lentur.[4]
Dikutip dari buku Bermain, Mainan dan Permainan, menurut Karl Groos bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dimasa muda, oleh karena itu tetap dilakukan di masa dewasa.
Menurut Plato, Aristoteles, Frobel mengaggap kegiatan bermain yang mempunyai nilai praktis. Artinya, bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.[5]
- Fungsi Bermain
Menurut Hartley, Frank, dan Goldenson ada 8 fungsi bermain bagi anak :
a) Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
b) Untuk melakukan berbagai peran yang ada didalam kehidupan nyata.
c) Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.
d) Untuk menyalurkan perasaan yang kuat.
e) Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima.
f) Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan.
g) Mencerminkan pertumbuhan.
h) Untuk memecahkan masalah.[4]
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Bermain pada Anak
Menurut Hurlock faktor yang mempengaruhi kegiatan bermain :
a) Kesehatan.
b) Perkembangan motorik.
c) Intelegensi.
d) Jenis kelamin, lingkungan dan taraf sosial ekonomi.
e) Alat permainan.[5]
- Ciri-ciri Kegiatan Bermain
Menurut Smith et al, Garvey, Rubin, Fein dan Vandenberg mengungkapkan beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut:
a) Dilakukan berdasarkan motivasi instrinsik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri.
b) Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.
c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas keaktivitas lain.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.
e) Bebas memilih.
f) Mempunyai kualitas pura-pura.[5]
- Tahapan perkembangan bermain
Menurut Jean Piaget ada tahapan bermain, sebagai berikut :- Sensory motor paly (3 atau 4 bulan – ½ tahun)
Bermain dimulai kepada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan aau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan anak semata-mata merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperolehnya.
- Symbolic ataiisiu make belive palay (2-7 tahun)
Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan symbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat objektif, anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.[5]
- Sensory motor paly (3 atau 4 bulan – ½ tahun)
Psikologi warna banyak diterapkan dalam perancangan interior suatu ruangan. Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan bahwa penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor penting penentu kesuksesan suatu proyek[1]. Pemilihan warna yang salah dalam suatu ruangan, dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang – orang dengan kebutuhan khusus, seperti penderita cacat mental atau autisme. Bagi para penderita autisme, pemilihan warna dalam ruangan harus diperhatikan secara jeli. Pemilihan warna dalam ruang ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, seperti kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan hangat.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih warna – warna pastel yang lembut dengan intensitas rendah. Warna – warna gelap dalam sebuah ruangan, akan menimbulkan perasaan takut dan bahkan depresi. Psikologi warna banyak diterapkan dalam perancangan interior suatu ruangan. Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan bahwa penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor penting penentu kesuksesan suatu proyek. Pemilihan warna yang salah dalam suatu ruangan, dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang – orang dengan kebutuhan khusus, seperti penderita cacat mental atau autisme. Bagi para penderita autisme, pemilihan warna dalam ruangan harus diperhatikan secara jeli. Pemilihan warna dalam ruang ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, seperti kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan hangat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih warna – warna pastel yang lembut dengan intensitas rendah. Warna gelap dalam sebuah ruangan, akan menimbulkan perasaan takut dan bahkan depresi.
APLIKASI PAPAN TULIS BERMAGNET
Tersedianya seperangkat media ajar berupa papan tulis yang inofatif yang memenuhi standar proses pembelajaran dan standar kesehaan. Adapun standar proses pembelajaran ditunjukkan dengan tingkat/respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan media yang dihasilkan. Dilihat dari segi ekonomi yang sangat menghemat karena tidak perlu lagi membeli bahan dasar berupa kapur maupun tinta untuk isi ulang spidol. Dari segi kesehatan sangat baik tidak ada pengaruhnya, dan ini sararannya pada usia dini baik saat duduk di sekolah taman kanak-kanak sampai sekolah dasar dari kelas satu sampai tiga dengan palajaran matematika dasar untuk cepat diserap oleh siswa. Supaya dari kecil anak tersebut dididik supaya menyukai pelajaran matematika ini. Sekaligus untuk menunjukan bentuk yang tiga dimensi dan warna-warna yang menarik bagi daya ingat siswa. Memperkenalkan kepada siswa kepada berbagai warna.
Pengunaan metode ini dapat memudahkan dalam belajar konsep bilangan matematika untuk awal siswa belajar matematika, dan mampu mempermudah guru dalam memberikan penjelasan pelajaran matematika. Sehingga kesehatan siswa tidak terganggu selama proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
- Buxton. 1984: 1. Learning in Mathematics. UK: University Press.
- Buxton. 1984: 2. Learning in Mathematics. UK: University Press.
- Anonymous. 2012. Fakta : Spidol Lebih Berbahaya Dari Kapur Tulis. carboonj.blogspot.co.id
- Moeslichatoen. 1990. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta halaman : 395-396.
- Tedjasaputra, Mayke S. 2001 : 3. Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Grasindo.
Catatan Editor
Doni Nur Hidayat adalah seorang guru Matematika SMA Sinotif Cabang Kemang Pratama, Bekasi. Pria asal Bondowoso ini merupakan lulusan dari IKIP PGRI Jember.
Komentar berhasil disembunyikan.