Minggu yang lalu dunia Sains dikejutkan oleh berita Wafatnya Stephen Hawking di usia 76 tahun. Berita tentang Stephen Hawking sontak langsung meramaikan jagat di dunia maya. Sobat100 yang belum kenal dengan Stephen Hawking (diambil dari wikipedia.org) berikut profilnya

Stephen William Hawking CH CBE FRS FRSA adalah fisikawan teoretis, kosmologi, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge. Karya-karya ilmiahnya meliputi kolaborasi bersama Roger Penrose tentang teorema singularitas gravitasi dalam kerangka relativitas umum dan prediksi teori bahwa lubang hitam mengeluarkan radiasi (biasa disebut radiasi Hawking).

Hawking adalah Anggota Kehormatan Royal Society of Arts (FRSA), anggota seumur hidup Pontifical Academy of Sciences, dan penerima anugerah Presidential Medal of Freedom, penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat. Pada tahun 2002, Hawking menempati peringkat 25 dalam jajak pendapat 100 Greatest Britons oleh BBC. Ia menjabat sebagai Guru Besar Matematika Lucasian di Universitas Cambridge pada tahun 1979 sampai 2009. Ia dikenal sebagai penulis buku sains populer yang membahas teorinya sendiri dan kosmologi secara umum. Bukunya, A Brief History of Time, masuk daftar buku terlaris Britania Raya versi Sunday Times selama 237 pekan.

Hawking mengalami sklerosis lateral amiotrof (ALS) yang lambat, dini, dan langka (juga dikenal sebagai penyakit saraf motorik atau penyakit Lou Gehrig) yang melumpuhkan tubuhnya secara perlahan selama puluhan tahun.[1] Sepanjang hidupnya, ia berkomunikasi menggunakan satu otot pipi yang tersambung dengan alat bicara. Sobat100 yang penasaran dengan kehidupannya bisa menonton film Theory of Everything (yang rilis tahun 2014 dan dibintangi oleh Edward John David Redmayne). Hawking meninggal dunia tanggal 14 Maret 2018 pada usia 76 tahun.[2]

1. Kehidupan awal dan pendidikan

a. Keluarga

Hawking lahir tanggal 8 Januari 1942 di Oxford dari pasangan Frank (1905–1986) dan Isobel Hawking (née Walker; 1915–2013).[3] Ibunya adalah orang Skotlandia.[4] Meski keluarganya mengalami kesulitan keuangan, kedua orang tuanya kuliah di Universitas Oxford. Frank masuk jurusan kedokteran dan Isobel masuk jurusan filsafat, politik, dan ekonomi. Keduanya bertemu tidak lama setelah pecahnya Perang Dunia II di sebuah lembaga riset medis; Isobel bekerja sebagai sekretaris dan Frank bekerja sebagai peneliti medis. Mereka tinggal di Highgate. Namun, karena London dibom, Isobel pindah ke Oxford untuk melahirkan anaknya dengan selamat.[5] Hawking memiliki dua adik, Philippa dan Mary, dan adik adopsi, Edward.[3]

Pada tahun 1950, ketika bapak Hawking mengepalai divisi parasitologi di National Institute for Medical Research, Hawking bersama keluarganya pindah ke St Albans, Hertfordshire.[3][5] Di St Albans, keluarganya dianggap sangat cerdas dan agak eksentrik;[6] keluarga Hawking biasanya makan bersama sambil baca buku.[5] Mereka hidup hemat di rumah yang besar tapi berantakan dan bepergian menggunakan mobil bekas taksi London.[5][6] Ketika bapak Hawking berdinas di Afrika,[6] istri dan anak-anaknya berkunjung ke Majorca selama empat bulan untuk menjenguk sahabat ibunya, Beryl, dan suaminya, seorang penyair bernama Robert Graves.[3]

b. Sekolah dasar dan menengah

Hawking mulai mengenyam pendidikan di Byron House School di Highgate, London. Ia mengungkapkan bahwa "metode pengajaran progresif" membuatnya gagal belajar membaca saat masih sekolah.[7] Di St Albans, Hawking yang masih berusia 8 tahun bersekolah di St Albans High School for Girls selama beberapa bulan. Waktu itu, anak laki-laki boleh tinggal di salah satu asramanya.[3][5]

Hawking bersekolah di Radlett School, sekolah independen di desa Radlett di Hertfordshire, selama satu tahun.[5] Sejak September 1952, ia bersekolah di St Albans School,[6] sekolah independen di kota St Albans di Hertfordshire, setelah Hawking lulus ujian transfer satu tahun lebih awal. Keluarganya sangat mengutamakan pendidikan.[5] Bapak Hawking ingin anaknya bersekolah di Westminster School, tetapi Hawking yang berusia 13 tahun jatuh sakit pada tanggal ujian beasiswa.

Keluarganya tidak mampu membiayai pendidikannya tanpa bantuan beasiswa sehingga Hawking bertahan di St Albans.[3][6] Dampak positifnya adalah Hawking memiliki banyak teman dekat yang sering bermain (contohnya : permainan papan, membuat kembang api, rekayasa pesawat dan kapal),[5] dan mengobrol panjang lebar tentang Kristen dan persepsi luar indera.[6] Sejak 1958, berkat bantuan guru matematika Dikran Tahta, mereka membuat komputer menggunakan bagian mekanik jam, papan kabel telepon lama, dan komponen daur ulang lainnya.[5][6]

Meski dijuluki "Einstein" di sekolah, Hawking awalnya tidak mendapat nilai yang bagus.[5] Seiring waktu, ia mulai menunjukkan kegemarannya terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan. Ia terinspirasi oleh Tahta dan memutuskan belajar matematika di universitas.[8] Bapak Hawking menyarankannya agar belajar kedokteran; ia khawatir karena tidak banyak lapangan pekerjaan untuk sarjana matematika.[6] Ia juga ingin anaknya kuliah di University College, Oxford, almamaternya sendiri. Karena waktu itu belum ada jurusan matematika di sana, Hawking memutuskan belajar fisika dan kimia. Walaupun kepala sekolahnya menyarankan agar Hawking menunggu satu tahun, Hawking dianugerahi beasiswa setelah menjalani ujian pada Maret 1959.[5][6]

c. Sarjana

Hawking mengawali pendidikan tingginya di University College, Oxford, bulan Oktober 1959 pada usia 17 tahun.[5] Selama 18 bulan pertama, ia bosan dan kesepian – ia menganggap tugas kuliahnya "terlalu mudah".[5][6] Guru fisikanya, Robert Berman, kelak mengungkapkan, "Ia perlu tahu bahwa ia dapat melakukan sesuatu, dan ia dapat melakukannya tanpa mempelajari cara yang digunakan orang lain."[5] Menurut Berman, pada tahun kedua dan ketiga, Hawking mulai berusaha "membaur dengan sesama mahasiswa".

Ia mulai dikenal sebagai mahasiswa populer, ceria, dan lucu, tertarik dengan musik klasik dan fiksi ilmiah.[5] Perubahan kepribadian ini terjadi setelah ia memutuskan bergabung dengan klub perahu University College Boat Club. Ia menjadi penyetir dalam tim dayung perahu.[9] Pelatih dayung saat itu mengamati bahwa Hawking memiliki citra yang nekat. Hawking sering menyetir timnya ke arus-arus berisiko yang menyebabkan perahunya rusak.[6]

Hawking menghitung bahwa ia belajar selama seribu jam dalam tiga tahun masa kuliahnya di Oxford. Kebiasaan belajar yang biasa-biasa saja ini membuat ujian akhirnya terasa seperti tantangan. Ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan fisika teoretis saja dan mengosongkan pertanyaan lain yang memerlukan pengetahuan fakta. Gelar kehormatan terbaik adalah syarat melanjutkan pendidikan kosmologi di Universitas Cambridge.[6] Karena gugup, ia kurang tidur sehari sebelum tanggal ujian. Hasilnya, nilainya pas di antara gelar terbaik dan terbaik kedua sehingga memerlukan viva (ujian lisan).[5]

Stephen Hawking
Image copyrightREX FEATURES

Hawking takut dipandang sebagai mahasiswa pemalas dan sulit diatur. Jadi, ketika ia ditanyai soal rencananya dalam ujian lisan, ia menjawab, "Kalau Anda memberi saya gelar terbaik, saya akan melanjutkan pendidikan ke Cambridge. Apabila saya diberi gelar terbaik kedua, saya akan bertahan di Oxford. Saya harap Anda memberi saya gelar terbaik."[6] Dan menurut Berman, para penguji "sadar bahwa mereka sedang berbicara dengan sosok yang lebih pintar daripada mereka sendiri".[5] Setelah menerima gelar BA (Hons.) terbaik di bidang ilmu alam dan pulang dari petualangannya di Iran bersama seorang teman, ia melanjutkan pendidikannya di Trinity Hall, Cambridge, pada Oktober 1962.[6]

d. Doktoral

Tahun pertama Hawking sebagai mahasiswa doktoral diterpa kesulitan. Ia awalnya kecewa karena dibimbing oleh Dennis William Sciama, salah satu pendiri kosmologi modern, alih-alih astronom ternama Fred Hoyle.[5][6] Ia mengetahui bahwa pengetahuan matematikanya tidak memadai untuk meneliti relativitas umum dan kosmologi.[5] Setelah didiagnosis mengidap penyakit saraf motorik, Hawking mengalami depresi – walaupun semua dokternya menyarankan agar ia melanjutkan penelitiannya, ia merasa tidak ada gunanya.[6]

Penyakitnya berkembang lebih lambat dari pada prediksi dokter. Meski Hawking kesulitan jalan tanpa bantuan, ujarannya hampir tidak bisa dipahami. Diagnosis awal bahwa ia akan meninggal dua tahun lagi terbukti tidak benar. Berkat dorongan Sciama, ia melanjutkan penelitiannya.[5][6] Hawking mulai dikenal atas kecerdasan keberaniannya setelah ia menantang secara terbuka tulisan Fred Hoyle dan bimbingannya, Jayant Narlikar, dalam sebuah kuliah pada bulan Juni 1964.[5][6]

 

Ketika memulai kuliah doktoralnya, kalangan fisikawan sedang memperdebatkan dua teori penciptaan alam semesta, Dentuman Besar dan Keadaan Tetap.[5] Terinspirasi oleh teorema singularitas ruang-waktu Roger Penrose di tengah lubang hitam, Hawking menerapkan pemikiran yang sama untuk seluruh alam semesta. Pada tahun 1965, ia menulis tesisnya tentang topik ini.[6][9] Tesis Hawking disetujui tahun 1966.[10] Hawking mengalami banyak perkembangan positif: ia menerima keanggotaan sebagai peneliti di Gonville and Caius College; ia mendapat gelar PhD dalam matematika terapan dan fisika teoretis dengan spesialisasi relativitas umum dan kosmologi pada Maret 1966;[5] dan esainya yang berjudul "Singularities and the Geometry of Space-Time" dan esai Penrose sama-sama memenangi Adams Prize.[3][5]

2. Karier

a. Rentang 1966–1975

Dalam karyanya yang ditulis bersama Penrose, Hawking memperluas konsep-konsep teorema singularitas yang dijelaskan dalam tesis doktoralnya. Perluasan konsep ini mencakup eksistensi singularitas serta teori bahwa alam semesta itu sendiri berawal dari singularitas. Esai mereka menjadi finalis lomba Gravity Research Foundation tahun 1968.[5][6] Tahun 1970, mereka mengumumkan bukti bahwa apabila alam semesta mematuhi teori relativitas umum dan pas dengan semua model kosmologi fisik Alexander Friedmann, alam semesta pasti berawal dari singularitas (ketunggalan).[5][6][11] Pada tahun 1969, Hawking menerima anugerah Fellowship for Distinction in Science di Caius.[5]

Pada tahun 1970, Hawking memaparkan hukum kedua mekanika lubang hitam. Menurut hukum ini, cakrawala peristiwa lubang hitam tidak akan bisa mengecil.[5] Bersama James M. Bardeen dan Brandon Carter, ia mengusulkan empat hukum mekanika lubang hitam dengan analogi termodinamika.[3] Hawking kecewa karena Jacob Bekenstein, mahasiswa bimbingan John Wheeler, benar-benar menerapkan konsep termodinamika dan ternyata terbukti benar.[5][6]

Pada awal 1970-an, penelitian Hawking bersama Carter, Werner Israel, dan David C. Robinson sangat mendukung teorema rambut nihil Wheeler. Menurut teorema ini, materi awal pembentuk lubang hitam dapat diketahui dengan melihat massa, muatan listrik, dan rotasinya.[3][12] Esainya yang berjudul "Black Holes" dianugerahi Gravity Research Foundation Award pada Januari 1971.[3] Buku pertama Hawking, The Large Scale Structure of Space-Time, ditulis bersama George Ellis dan diterbitkan tahun 1973.[5]

Sejak 1973, Hawking beralih ke kajian gravitasi kuantum dan mekanika kuantum.[3][5] Karyanya di bidang ini dipicu oleh kunjungannya ke Moskwa dan diskusi dengan Yakov Borisovich Zel'dovich dan Alexei Starobinsky; karya kedua ilmuwan ini menunjukkan bahwa menurut prinsip ketidakpastian, lubang hitam yang berputar mengeluarkan partikel.[6] Hawking baru tahu bahwa kalkulasinya menghasilkan temuan yang berlawanan dengan hukum keduanya (lubang hitam tidak akan bisa mengecil)[5] dan mendukung pandangan Bekenstein tentang entropi lubang hitam.[3][6]

Hasil penelitiannya yang dipaparkan tahun 1974 menunjukkan bahwa lubang hitam mengeluarkan radiasi yang kini dikenal sebagai radiasi Hawking. Radiasi ini akan terus berlanjut sampai lubang hitam kehabisan energi dan menguap.[5][13][14] Awalnya, radiasi Hawking menuai kontroversi. Pada akhir 1970-an dan usai penerbitan artikel tambahan, temuan ini diakui secara luas sebagai terobosan dalam fisika teoretis.[3][5][6] Hawking diangkat sebagai Fellow of the Royal Society (FRS) tahun 1974, beberapa pekan setelah pengumuman temuan radiasi Hawking. Kala itu ia merupakan salah satu ilmuwan termuda yang menjadi anggota Royal Society.[3][6]

Hawking diangkat sebagai Profesor Tamu Kehormatan Sherman Fairchild di California Institute of Technology (Caltech) tahun 1970. Ia bekerja dengan temannya, Kip Thorne,[5] dan membuat taruhan ilmiah tentang status lubang hitam bintang gelap Cygnus X-1. Taruhan ini adalah "polis asuransi" untuk pandangan bahwa lubang hitam tidak ada.[5] Hawking mengakui bahwa ia kalah taruhan pada tahun 1990, kekalahan pertama dari serangkaian taruhan yang kelak ia buat bersama Thorne dan rekan-rekannya.[5] Hawking membina hubungan dengan Caltech dan menghabiskan satu bulan di sana setiap tahun sejak kunjungan pertamanya.[5]

b. Rentang 1975–1990

Hawking kembali ke Cambridge tahun 1975 untuk menduduki jabatan akademik yang lebih senior, yaitu reader fisika gravitasi. Pada pertengahan hingga akhir 1970-an, publik semakin tertarik dengan lubang hitam dan para fisikawan yang mempelajarinya. Hawking sering diwawancarai oleh media cetak dan televisi.[5][6] Ia juga mendapat banyak penghargaan akademik atas karya-karyanya.[5] Pada tahun 1975, ia dianugerahi Eddington Medal dan Pius XI Gold Medal, lalu Dannie Heineman Prize, Maxwell Prize dan Hughes Medal tahun 1976.[3][6] Ia diangkat sebagai guru besar di bidang fisika gravitasi tahun 1977.[5] Pada tahun berikutnya, ia menerima Albert Einstein Medal dan gelar doktor kehormatan dari Universitas Oxford.[3][5]

Pada akhir 1970-an, Hawking diangkat sebagai Guru Besar Matematika Lucasian di Universitas Cambridge.[5][15] Kuliah pertamanya dalam kapasitasnya sebagai guru besar berjudul "Is the End in Sight for Theoretical Physics". Ia mengusulkan Supergravitasi N=8 sebagai teori utama untuk menyelesaikan berbagai persoalan besar yang dipelajari fisikawan.[5] Pengangkatannya bertepatan dengan masalah kesehatan yang memaksanya dirawat di rumah.[5] Pada saat yang sama, ia juga mengubah pendekatannya terhadap fisika. Ia semakin intuitif dan spekulatif dan tidak lagi menuntut bukti matematis. "Bagi saya, lebih baik benar dari pada cermat", kata Hawking kepada Kip Thorne.[5] Pada tahun 1981, ia berpendapat bahwa informasi di lubang hitam tidak dapat diselamatkan apabila lubang hitam menghilang. Paradoks informasi ini melanggar dasar mekanika kuantum dan memicu perdebatan yang menahun, termasuk "Perang Lubang Hitam" dengan Leonard Susskind dan Gerard 't Hooft.[5][16]

Stephen Hawking.StarChild.jpg

Hawking berada di NASA's StarChild Learning Center, pada tahun 1980-an

Inflasi kosmologis – teori bahwa setelah Dentuman Besar, alam semesta awalnya meluas dengan sangat cepat sebelum pelan-pelan melambat – digagas oleh Alan Guth dan dikembangkan oleh Andrei Linde.[5] Usai konferensi di Moskwa bulan Oktober 1981, Hawking dan Gary Gibbons mengadakan Nuffield Workshop selama tiga pekan pada musim panas 1982 dengan topik "The Very Early Universe" di Universitas Cambridge; lokakarya ini berfokus pada teori inflasi.[5][17][18] Hawking juga memulai penelitian teori kuantum baru terhadap asal usul alam semesta. Dalam konferensi di Vatikan tahun 1981, ia memaparkan penelitiannya yang menunjukkan bahwa alam semesta mungkin tidak ada batas atau awal atau akhir.[5][6] Ia kemudian mengembangkan penelitian ini bersama Jim Hartle.

Tahun 1983, mereka memperkenalkan sebuah model yang dikenal dengan nama keadaan Hartle–Hawking. Menurut model ini, sebelum kala Planck, alam semesta tidak memiliki batas di ruang-waktu; sebelum Dentuman Besar, waktu tidak ada dan konsep awal semesta tidak ada artinya.[19] Singularitas awal model Dentuman Besar klasik digantikan oleh gambaran Kutub Utara. Seseorang tidak bisa pergi ke sebelah utara Kutub Utara, tetapi tidak ada batas di sana – Kutub Utara hanyalah titik tempat bertemunya dan berakhirnya semua garis yang menuju ke utara.[6][20] Awalnya, usulan tanpa batas ini memprediksi alam semesta tertutup yang berdampak pada penjelasan keberadaan Tuhan. Seperti yang dijelaskan Hawking, "Apabila alam semesta tidak terbatas tetapi terkurung... Tuhan pun tidak bisa bebas memilih cara menciptakan alam semesta."[5]

Saat itu Hawking tidak membantah eksistensi Sang Pencipta. Ia mengajukan pertanyaan di A Brief History of Time: "Apakah teori terpadu sangat meyakinkan sehingga teori ini melahirkan dirinya sendiri?"[5] Dalam karya awalnya, Hawking berbicara tentang Tuhan menggunakan metafora. Ia menulis di A Brief History of Time: "Apabila kita menemukan teori yang lengkap, temuan ini akan menjadi kemenangan tertinggi nalar manusia – karena dengan itu, kita pun tahu isi pikiran Tuhan."[21] Dalam buku yang sama, ia berpendapat bahwa keberadaan Tuhan tidak diperlukan untuk menjelaskan asal usul alam semesta. Diskusi dengan Neil Turok membuat Hawking sadar bahwa pandangan keberadaan Tuhan cocok dengan alam semesta terbuka.[22]

Penelitian Hawking selanjutnya di bidang arah waktu menghasilkan artikel tahun 1985 yang memaparkan bahwa apabila dugaan tanpa batas itu benar, maka ketika alam semesta berhenti meluas dan runtuh, waktu akan berjalan terbalik.[5] Artikel yang ditulis Don Page dan penghitungan independen oleh Raymond Laflamme memaksa Hawking mencabut konsep ini.[5]

Ia menerima berbagai penghargaan pada periode ini. Pada tahun 1981, ia dianugerahi Franklin Medal.[6] Dalam rangkaian 1982 New Year Honours, ia diberi gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE).[3][5] Penghargaan-penghargaan ini tidak berdampak besar terhadap kekayaan Hawking. Karena termotivasi oleh keinginan mendanai pendidikan anak-anaknya dan pengeluaran rumah tangganya, pada tahun 1982, ia memutuskan untuk menulis buku sains populer tentang alam semesta yang dapat dipahami masyarakat luas.[5][6] Alih-alih pers universitas, ia menandatangani kontrak penerbitannya dengan Bantam Books, sebuah penerbit massal, dan mendapat hasil penjualan yang besar.[5][6] Draf pertama bukunya yang berjudul A Brief History of Time selesai ditulis pada tahun 1984.[5]

Salah satu pesan pertama yang disampaikan Hawking lewat alat bicaranya adalah permintaan kepada asistennya untuk membantunya menyelesaikan A Brief History of Time.[5] Peter Guzzardi, penyuntingnya di Bantam, mendorongnya untuk menjelaskan gagasannya dengan jelas dalam bahasa yang tidak teknis. Proses ini melibatkan banyak sekali revisi yang lama-kelamaan membuat Hawking kesal.[5] Buku ini terbit pada April 1988 di Amerika Serikat dan Juni di Britania Raya. Buku ini laris terjual dan langsung memuncaki daftar buku terlaris di kedua negara selama beberapa bulan.[5][6][23] Buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa[5] dan terjual sebanyak 9 juta eksemplar.[23] Hawking pun menjadi sorotan media.[5] Sampul majalah Newsweek dan sebuah acara televisi menjulukinya sebagai "Master of the Universe".[5]

Kesuksesannya mendatangkan banyak keuntungan sekaligus tantangan terhadap status selebritinya.[5] Hawking sering bepergian untuk mempromosikan bukunya, menikmati pesta, dan berdansa sampai dini hari.[5] Ia sulit menolak undangan dan pengunjung sehingga karya dan mahasiswanya agak terabaikan.[5] Sejumlah rekannya tidak suka dengan perhatian masyarakat luas kepada Hawking dan merasa bahwa ia terkenal karena disabilitas yang dialaminya.[5][6] Ia mendapat banyak penghargaan akademik, termasuk lima gelar kehormatan,[5] Gold Medal of the Royal Astronomical Society (1985),[3] Paul Dirac Medal (1987)[5] dan Wolf Prize bersama Penrose (1988).[6] Dalam rangkaian 1989 Birthday Honours, ia dianugerahi gelar Companion of Honour (CH).[5] Kabarnya ia menolak gelar ksatria dari Ratu.[24]

c. Rentang 1990–2000

Hawking melanjutkan kariernya di bidang fisika: pada tahun 1993, ia ikut menyunting sebuah buku tentang gravitasi kuantum Euklides bersama Gary Gibbons dan menerbitkan edisi koleksi artikelnya tentang lubang hitam dan Dentuman Besar.[5] Tahun 1994, di Newton Institute Cambridge, Hawking dan Penrose menyampaikan serangkaian kuliah yang diterbitkan pada tahun 1996 dengan judul "The Nature of Space and Time".[5] Tahun 1997, ia mengaku kalah taruhan ilmiah terbuka tahun 1991 yang dibuatnya bersama Kip Thorne dan John Preskill dari Caltech. Hawking bertaruh bahwa usulan Penrose tentang "konjektur penyensoran kosmik" (tidak ada "singularitas telanjang" di dalam cakrawala) benar.[5] Setelah mengetahui bahwa pengakuan kalahnya sedikit terburu-buru, ia pun membuat taruhan baru yang lebih terperinci. Taruhan kali ini menyatakan bahwa singularitas seperti itu akan terjadi tanpa syarat tambahan.[5]

Pada tahun itu juga, Thorne, Hawking, dan Preskill membuat taruhan lain tentang paradoks informasi lubang hitam.[25][26] Thorne dan Hawking berpendapat bahwa karena relativitas umum membuat lubang hitam mustahil mengeluarkan radiasi dan kehilangan informasi, massa-energi dan informasi yang terkandung dalam radiasi Hawking pasti "baru" dan bukan berasal dari dalam cakrawala peristiwa lubang hitam.

Karena ini bertentangan dengan mekanika kuantum mikrokausalitas, teori mekanika kuantum harus dirombak. Sebaliknya, Preskill berpendapat bahwa karena mekanika kuantum menunjukkan bahwa informasi yang dikeluarkan oleh lubang hitam berkaitan dengan informasi yang disedot sebelumnya, konsep lubang hitam yang dipaparkan oleh relativitas umum pasti mengalami penyesuaian.[27]

Hawking juga memiliki kepribadian terbuka demi memperkenalkan sains kepada khalayak ramai. Film A Brief History of Time yang disutradarai Errol Morris dan diproduseri Steven Spielberg tayang perdana pada tahun 1992. Hawking ingin filmnya lebih menyoroti ilmu pengetahuan dari pada biografinya, tetapi ia akhirnya mengalah. Meski mendapat banyak pujian, film ini tidak didistribusikan secara luas.[5] Koleksi esai, wawancara, dan diskusi berjudul Black Holes and Baby Universes and Other Essays diterbitkan tahun 1993.[5] Seri televisi enam episode berjudul Stephen Hawking's Universe dan buku pengiringnya dirilis tahun 1997. Kali ini, serinya berfokus pada ilmu pengetahuan seperti yang dikehendaki Hawking.[3][5]

d. Periode 2000–2018

Hawking sering menulis untuk pembaca awam. Ia menerbitkan The Universe in a Nutshell tahun 2001.[5] Ia menulis A Briefer History of Time pada tahun 2005 bersama Leonard Mlodinow untuk memperbarui buku sebelumnya agar dapat dibaca oleh masyarakat luas. Ia juga menerbitkan God Created the Integers tahun 2006.[5] Bersama Thomas Hertog di CERN dan Jim Hartle, sejak 2006 sampai seterusnya, Hawking mengembangkan teori "kosmologi ke bawah". Menurut teori ini, alam semesta tidak memiliki satu kondisi tunggal, melainkan beberapa kondisi. Karena itu, teori yang memprediksi konfigurasi semesta masa kini dari satu kondisi tunggal itu tidak cocok.[28] Kosmologi ke bawah menyatakan bahwa masa kini "menyeleksi" masa lalu dari superposisi berbagai versi sejarah yang mungkin ada. Teori ini mengusulkan solusi bagi persoalan kesempurnaan semesta.[29][30]

Hawking sering bepergian, termasuk ke Cile, Pulau Paskah, Afrika Selatan, Spanyol (untuk menerima Fonseca Prize tahun 2008), Kanada, dan Amerika Serikat.[5] Karena disabilitas yang dialaminya, Hawking sering bepergian dengan jet pribadi karena praktis.[5] Pada 2011, jet pribadi menjadi satu-satunya cara ia bepergian ke luar negeri.[5]

Per 2003, para fisikawan sepakat bahwa Hawking keliru mengenai hilangnya informasi dalam lubang hitam.[5] Dalam kuliah tahun 2004 di Dublin, ia mengaku kalah taruhan dengan Preskill, tetapi menjelaskan solusinya sendiri yang cukup kontroversial terhadap masalah paradoks informasi. Solusi ini meliputi kemungkinan bahwa lubang hitam memiliki lebih dari satu topologi.[5][27] Dalam artikel tahun 2005 yang ia tulis tentang hal ini, ia berpendapat bahwa paradoks informasi dijelaskan dengan mempelajari semua sejarah alam semesta alternatif; hilangnya informasi dalam lubang hitam dibatalkan oleh lubang hitam yang tidak kehilangan informasi.[5][26] Pada Januari 2014, ia mengaku bahwa dugaan hilangnya informasi dalam lubang hitam adalah "blunder terbesarnya".[31]

Dalam perdebatan ilmiah lain, Hawking menegaskan dan bertaruh bahwa boson Higgs tidak akan pernah ditemukan.[5] Partikel ini diduga ada menurut teori medan Higgs oleh pada tahun 1964. Hawking dan Higgs terlibat dalam debat terbuka yang sengit tentang persoalan ini pada tahun 2002 dan 2008. Higgs mengkritik pandangan Hawking dan mengeluh bahwa "status selebriti [Hawking] memberinya kredibilitas instan yang tidak dimiliki ilmuwan lain."[5]

Note : Partikel Higgs Boson ini akhirnya ditemukan pada Juli 2012 di CERN setelah Large Hadron Collider (LHC) dibangun. Hawking mengaku bahwa ia kalah taruhan[32][33] dan mengatakan bahwa Higgs sepatutnya memenangi Hadiah Nobel Fisika;[34] Higgs menerima hadiah ini pada tahun 2013.[35]

Stephen Hawking sitting in his wheelchair inside

Hawking dalam inagurasi Laboratory of Astronomy and Particles di Paris pada tahun 2006

Tahun 2007, Hawking bersama putrinya, Lucy, menerbitkan George's Secret Key to the Universe, buku anak-anak yang menjelaskan fisika teoretis secara sederhana dan menampilkan tokoh-tokoh yang mirip dengan keluarga Hawking.[5] Buku ini memiliki beberapa sekuel yang terbit tahun 2009, 2011, dan 2014.[36]

Pada tahun 2002, dalam jajak pendapat nasional, BBC memasukkan Hawking dalam daftar 100 Orang Britania Paling Berpengaruh.[37] Ia dianugerahi Copley Medal oleh Royal Society (2006),[38] Presidential Medal of Freedom, penghargaan sipil tertinggi Amerika Serikat (2009),[39] dan Special Fundamental Physics Prize di Rusia (2013).[40]

Beberapa bangunan diberi nama sesuai nama dirinya, termasuk Stephen W. Hawking Science Museum di San Salvador, El Salvador,[41] Stephen Hawking Building di Cambridge,[42] dan Stephen Hawking Centre di Perimeter Institute di Kanada.[43] Karena Hawking meneliti tentang waktu, ia diundang untuk meresmikan jam mekanik "Chronophage" ("pemakan waktu") Corpus Clock di Corpus Christi College, Cambridge pada bulan September 2008.[5]

Sepanjang kariernya, Hawking membimbing 39 mahasiswa PhD ternama. Sesuai peraturan Universitas Cambridge, Hawking pensiun sebagai Guru Besar Matematika Lucasian pada tahun 2009. Meski muncul dugaan bahwa ia berencana meninggalkan Britania Raya sebagai bentuk protes atas pemotongan anggaran penelitian ilmiah dasar,[5] Hawking bekerja sebagai direktur penelitian di Departemen Matematika Terapan dan Fisika Teoretis Universitas Cambridge.[44]

Tanggal 28 Juni 2009, untuk menguji konjektur yang dipaparkannya tahun 1992 tentang mustahilnya perjalanan ke masa lalu, Hawking mengadakan pesta bagi semua orang, lengkap dengan makanan pembuka dan sampanye dingin, tetapi undangannya baru disebar setelah pestanya berakhir sehingga hanya petualang lintas waktu yang bisa hadir; sesuai dugaan, tidak ada yang hadir.[45]

Tanggal 20 Juli 2015, Hawking turut meluncurkan Breakthrough Initiatives, proyek pencarian kehidupan luar bumi.[46] Hawking membuat Stephen Hawking: Expedition New Earth, dokumenter tentang kolonisasi luar angkasa sebagai salah satu episode Tomorrow's World (2017).[47]

Pada Agustus 2015, Hawking mengatakan bahwa tidak semua informasi hilang ketika benda lain memasuki lubang hitam. Menurut teorinya, informasi dapat diambil/diselamatkan dari lubang hitam.[48] Pada Juli 2017, Hawking dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Imperial College London.[49]

C. Kehidupan pribadi

Hawking menikah dengan Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada tahun 1965. Jane Hawking mengurusnya hingga perceraian mereka pada tahun 1991. Mereka bercerai karena tekanan ketenaran dan meningkatnya kecacatan Hawking.

Mereka telah dikaruniai tiga anak: Robert (lahir 1967), Lucy (lahir 1969), dan Timothy (lahir 1979). Hawking lalu menikahi perawatnya, Elaine Mason (sebelumnya menikah dengan David Mason, perancang komputer bicara Hawking), pada tahun 1995. Pada Oktober 2006, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.[50]

Ketika ditanyakan mengenai IQnya pada tahun 2004, Hawking menjawab, "Saya tidak tahu. Orang yang membanggakan IQnya adalah seorang pecundang."[51]

D. Kematian

Hawking meninggal di rumahnya di Cambridge pada pagi hari tanggal 14 Maret 2018 (GMT), menurut seorang juru bicara keluarga. Keluarganya mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengungkapkan kesedihan mereka.[52] Keluarga Hawking tidak mengungkapkan penyebab kematiannya, mereka menyatakan bahwa dia "meninggal dengan damai".[53]

E. Penghargaan

  •     1975 Eddington Medal
  •     1976 Hughes Medal of the Royal Society
  •     1979 Albert Einstein Medal
  •     1981 Franklin Medal
  •     1982 Order of the British Empire
  •     1985 Gold Medal of the Royal Astronomical Society
  •     1986 Anggota Pontifical Academy of Sciences
  •     1988 Wolf Prize dalam bidang fisika
  •     1989 Prince of Asturias Awards in Concord
  •     1989 Companion of Honour
  •     1999 Julius Edgar Lilienfeld Prize of the American Physical Society[54]
  •     2003 Michelson Morley Award of Case Western Reserve University
  •     2006 Copley Medal of the Royal Society
  •     2008 Fonseca Price of the University of Santiago de Compostela[55]
  •     2009 Presidential Medal of Freedom[39]

Barack Obama talking to Stephen Hawking in the White House

Presiden Barack Obama berbincang dengan Stephen Hawking sebelum acara penyerahan Presidential Medal of Freedom pada 12 Agustus 2009

F. Karya

1. Buku sains populer

  •     A Brief History of Time (1988)[36]
  •     Black Holes and Baby Universes and Other Essays (1993)[56]
  •     The Universe in a Nutshell (2001)[36]
  •     On the Shoulders of Giants (2002)[36]
  •     God Created the Integers: The Mathematical Breakthroughs That Changed History (2005)[36]
  •     The Dreams That Stuff Is Made of: The Most Astounding Papers of Quantum Physics and How They Shook the Scientific World (2011)[57]
  •     My Brief History (2013)[36]

2. Ko-penulis

  •     The Nature of Space and Time (bersama Roger Penrose) (1996)
  •     The Large, the Small and the Human Mind (bersama Roger Penrose, Abner Shimony dan Nancy Cartwright) (1997)
  •     The Future of Spacetime (bersama Kip Thorne, Igor Novikov, Timothy Ferris dan pengantar oleh Alan Lightman, Richard H. Price) (2002)
  •     A Briefer History of Time (bersama Leonard Mlodinow) (2005)[36]
  •     The Grand Design (bersama Leonard Mlodinow) (2010)[36]

3. Prakata

    Black Holes & Time Warps: Einstein's Outrageous Legacy (Kip Thorne, dan kata pengantar oleh Frederick Seitz) (1994)

4. Fiksi anak-anak

Ditulis bersama putrinya, Lucy.

  •     George's Secret Key to the Universe (2007)[36]
  •     George's Cosmic Treasure Hunt (2009)[36]
  •     George and the Big Bang (2011)[36]
  •     George and the Unbreakable Code (2014)
  •     George and the Blue Moon (2016)

5. Film dan seri

  •     A Brief History of Time (1992)[58]
  •     Stephen Hawking's Universe (1997)[59]
  •     Hawking – BBC television film (2004) starring Benedict Cumberbatch
  •     Horizon: The Hawking Paradox (2005)[60]
  •     Masters of Science Fiction (2007)[61]
  •     Stephen Hawking and the Theory of Everything (2007)
  •     Stephen Hawking: Master of the Universe (2008)[62]
  •     Into the Universe with Stephen Hawking (2010)[63]
  •     Brave New World with Stephen Hawking (2011)[64]
  •     Stephen Hawking's Grand Design (2012)[65]
  •     The Big Bang Theory (2012, 2014 dan 2017)
  •     Stephen Hawking: A Brief History of Mine (2013)[66]
  •     The Theory of Everything (2014), dibintangi Eddie Redmayne[67]
  •     Genius by Stephen Hawking (2016)

6. Karya ilmiah pilihan

  •     Hawking, S. W.; Penrose, R. 1970. The Singularities of Gravitational Collapse and Cosmology. Proceedings of the Royal Society A: Mathematical, Physical and Engineering Sciences 314 (1519): 529–548. Bibcode:1970RSPSA.314..529H. doi:10.1098/rspa.1970.0021.
  •     Hawking, S. 1971. Gravitational Radiation from Colliding Black Holes. Physical Review Letters 26 (21): 1344–1346. Bibcode:1971PhRvL..26.1344H. doi:10.1103/ PhysRevLett.26.1344.
  •     Hawking, S.W. 1972. Black holes in general relativity. Communications in Mathematical Physics 25 (2): 152–166. Bibcode:1972CMaPh..25..152H. doi:10.1007/ BF01877517.
  •     Hawking, S. W. 1974. Black hole explosions?. Nature 248 (5443): 30–31. Bibcode:1974Natur.248...30H. doi:10.1038/248030a0.
  •     Hawking, S.W. 1982. The development of irregularities in a single bubble inflationary universe. Physics Letters B 115 (4): 295–297. Bibcode:1982PhLB.. 115..295H. doi:10.1016/0370-2693(82)90373-2.
  •     Hartle, J.; Hawking, S. 1983. Wave function of the Universe. Physical Review D 28 (12): 2960–2975. Bibcode:1983PhRvD..28.2960H. doi:10.1103/ PhysRevD.28.2960.
  •     Hawking, S. 2005. Information loss in black holes. Physical Review D 72 (8): 084013.

Well itu tadi biografi singkat dari Stephen Hawking, semoga menginspirasi sobat100. Jadi jangan pernah minder jika Sobat100 merasa memiliki kekurangan. Kejar terus impianmu dan berbuat baiklah kepada sesama, seluruh makhluk hidup dan alam semesta.

Salam100

laugh

Daftar Pustaka

[1] Laurance, Jeremy . 2012. Mind over matter: How Stephen Hawking defied Motor Neurone Disease for 50 years. independent.co.uk

[2] Overbye, Dennis. 2018. Stephen Hawking Dies at 76; His Mind Roamed the Cosmos. nytimes.com

[3] Larsen, Kristine. 2005. Stephen Hawking: a biography. Greenwood Publishing Group

[4] Tim Sunday Herald. 1998. Mind over matter Stephen Hawking. The Herald. Glasgow.

[5] Ferguson, Kitty. 2011. Stephen Hawking: His Life and Work. Random House

[6] White, Michael; Gribbin, John. 2002. Stephen Hawking: A Life in Science (edisi ke-2). National Academies Press.

[7] Hawking, Stephen (7 December 2013). Stephen Hawking: "I'm happy if I have added something to our understanding of the universe". Radio Times.

[8] Hoare, Geoffrey; Love, Eric. 2007. Dick Tahta. The Guardian (London)

[9] Geach, James. 2017. Stephen Hawking's PhD thesis, explained simply. weforum.org

[10] Hawking, Stephen William. 1966. Properties of Expanding Universes (PhD thesis). University of Cambridge.

[11] Hawking, Stephen; Penrose, Roger. 1970. "The Singularities of Gravitational Collapse and Cosmology". Proceedings of the Royal Society A 314 (1519): 529–548.

[12] R. D. Blandford. 1989. Astrophysical Black Holes. Dalam S. W. Hawking and W. Israel. Three Hundred Years of Gravitation. Cambridge University Press. hlm. 278.

[13] Hawking, Stephen W. 1974. Black hole explosions?. Nature 248 (5443): 30–31.

[14] Hawking, Stephen W. 1975. "Particle creation by black holes". Communications in Mathematical Physics 43 (3): 199–220.

[15] Tim BBC. 2009. Hawking gives up academic title. bbc.co.uk

[16] Susskind, Leonard. 2008). The Black Hole War: My Battle with Stephen Hawking to Make the World Safe for Quantum Mechanics. Hachette Digital, Inc. hlmn. 9, 18.

[17] Gibbons, Hawking & Siklos. 1985. The Very Early Universe: Proceedings of the Nuffield Workshop, Cambridge 21 June to 9 July, 1982 1st Edition. Cambridge University Press.

[18] Hawking, S.W. 1982. The development of irregularities in a single bubble inflationary universe. Phys. Lett. B 115 (4): 295.

[19] Hartle, J.; Hawking, S. 1983. Wave function of the Universe". Physical Review D 28 (12): 2960.

[20] Baird, Eric. 2007. Relativity in Curved Spacetime: Life Without Special Relativity. Chocolate Tree Books.

[21] Sample, Ian. 2011. Stephen Hawking: 'There is no heaven; it's a fairy story'. The Guardian.

[22] Yulsman, Tom. 2003. Origins: the quest for our cosmic roots. CRC Press.

[23] Radford, Tim. 2009. How God propelled Stephen Hawking into the bestsellers lists. The Guardian.

[24] Duvall, Suzy. 2012. Top 10 People Who Declined Knighthood. toptenz.net.

[25] Hawking, S.W.; Thorne, K.S.; Preskill. 1997. Black hole information bet. Pasadena, California.

[26] Hawking, S.W. 2005. Information loss in black holes. Physical Review D 72 (8): 084013.

[27] Preskill, John. 2004. On Hawking’s Concession. theory.caltech.edu.

[28] Highfield, Roger. 2008. Stephen Hawking's explosive new theory. The Daily Telegraph.

[29] Highfield, Roger. 2012. Stephen Hawking: driven by a cosmic force of will. The Daily Telegraph (London). 

[30] Hawking, S.W.; Hertog, T. 2006. Populating the landscape: A top-down approach. Physical Review D 73 (12): 123527.

[31] Kwong, Matt (28 January 2014). Stephen Hawking's black holes 'blunder' stirs debate. CBC News.

[32] Wright, Robert. 2012. Why Some Physicists Bet Against the Higgs Boson. The Atlantic.

[33] BBC. 2012. Stephen Hawking loses Higgs boson particle bet – Video. The Guardian (London).

[34] Agence France-Press. 2012. Higgs boson breakthrough should earn physicist behind search Nobel Prize: Stephen Hawking. nationalpost.com.

[35] Amos, Jonathan. 2013. Higgs: Five decades of noble endeavour. BBC News.

[36] Hawking, S.W. Books. Stephen Hawking Official Website.

[37] Tim BBC. 2002. 100 great British heroes. news.bbc.co.uk.

[38] Tim Universitas Cambridge. 2006. Oldest, space-travelled, science prize awarded to Hawking. The Royal Society.

[39] MacAskill, Ewen. 2009. Obama presents presidential medal of freedom to 16 recipients. The Guardian (London).

[40] Tim Breakthrough Prize. 2013. Fundamental Physics Prize Awarded to Alexander Polyakov. Fundamental Physics Prize.

[41] Komar, Oliver; Buechner, Linda. 2000. The Stephen W. Hawking Science Museum in San Salvador Central America Honours the Fortitude of a Great Living Scientist. Journal of College Science Teaching XXX (2).

[42] Tim BBC. 2007. The Stephen Hawking Building. BBC News.

[43] Perimeter Institute. 2011. Grand Opening of the Stephen Hawking Centre at Perimeter Institute. Siaran pers.

[44] Tim Telegraph. 2010. Professor Stephen Hawking to stay at Cambridge University beyond 2012. The Daily Telegraph (London).

[45] Billings, Lee. 2014. Time Travel Simulation Resolves "Grandfather Paradox". Scientific American.

[46] Katz, Gregory. 2015. Searching for ET: Hawking to look for extraterrestrial life. Associated Press.

[47] Knapton, Sarah. 2017. Tomorrow’s World returns to BBC with startling warning from Stephen Hawking – we must leave Earth. The Telegraph.

[48] Tim DaliyNews. 2015. Stephen Hawking says he has a way to escape from a black hole. New Scientist.

[49] Evanson, Deborah. 2017. Stephen Hawking awarded Imperial College London's highest honour.  Imperial College London.

[50] Sapsted, David. 2007. Hawking and second wife agree to divorce. The Daily Telegraph (London).

[51] Solomon, Deborah. 2004. The Science of Second-Guessing: Questions for Stephen Hawking. New York Times.

[52] Tim BBC. 2018. Physicist Stephen Hawking dies aged 76. BBC News.

[53] News, A. B. C. 2018. Stephen Hawking, author of 'A Brief History of Time,' dies at 76. ABC News

[54] Tim APS Physics. 2018. Julius Edgar Lilienfeld Prize. American Physical Society.

[55] Tim USC. 2008. Fonseca Prize 2008. University of Santiago de Compostela.

[56] Hawking, S.W. 1993. Black Holes and Baby Universes. Bantam.

[57] Gribbin, John. 2011. How Physics got Weird. Wall Street Journal.

[58] Morris, Errol. 1992. A Brief History of Time: Synopsis. errolmorris.com.

[59] Tim PBS. 2012. Stephen Hawking's Universe. PBS.

[60] Tim BBC. 2012. The Hawking Paradox. BBC.

[61] Richmond, Ray. 2007. "Masters of Science Fiction" too artistic for ABC. Reuters.

[62] Walton, James. 2008. Last night on television: Stephen Hawking: Master of the Universe (Channel 4) - The Palace (ITV1). The Daily Telegraph.

[63] Tim Discovery Channel. 2011. Into the Universe with Stephen Hawking. Discovery Channel.

[64] Moulds, Josephine. 2011. Brave New World with Stephen Hawking, episode one, Channel 4, review. The Daily Telegraph.

[65] Tim Discovery Channel. 2012. Stephen Hawking's Grand Design. Discovery Channel UK.

[66] Wollaston, Sam. 2013. Stephen Hawking: A Brief History of Mine – TV review. The Guardian.

[67] Labrecque, Jeff. 2014. Eddie Redmayne plays Stephen Hawking in 'Theory of Everything' trailer. Entertainment Weekly.